Ekspresi wajah Cedric terlihat rumit begitu Aleena tiba di depannya. Aleena mendadak gugup ketika di tatap sedalam itu oleh kakaknya. Wajar saja jika Cedric seperti itu. Yang Cedric tahu hubungan Aleena dengan tunangannya tidak baik, bahkan benar-benar kacau. Tapi yang dia lihat kemudian adalah Aleena yang berjalan beriringan dengan sang Duke muda. Bahkan Alecto menceritakan bahwa Aleena hampir menjadi korban dari para bandit.
"Bisa jelaskan lebih detail, Leena?" Nada suara Cedric terdengar datar. Setelah menceritakan yang terjadi pada Aleena dan mengantarkannya kepada Cedric, Alecto pamit untuk pergi karena ada hal yang harus dia lakukan. Bahkan lelaki itu memberikan pisau Aleena pada Cedric.
"Eh... Itu... Aku di seret oleh bandit dan yah, Alecto menyelamatkan aku." Jelas gadis itu.
Cedric mendengus. "Kau sendiri yang berkata tidak butuh tunangan mu lagi. Tapi apa yang aku lihat sekarang? Kau di selamat kan oleh lelaki itu dan bahkan di antar padaku?"
Aleena terkekeh canggung, "aku baru saja hendak melawan bandit-bandit itu namun tiba-tiba saja dia muncul dan nenghajar mereka semua bahkan sebelum aku sempat bertindak. Bukan salahku."
Cedric melipat tangannya, "padahal itu kesempatan bagus untuk melatih hasil latihan mu selama ini. Aku tidak khawatir karena mereka cuma bandit kelas teri. Tapi seharusnya kau malu ahli pedang seperti mu di selamat kan dan terlihat tidak berdaya di depan orang yang menjadi alasanmu berlatih pedang." Cedric mendengus.
Aleena sudah terbiasa dengan mulut pedas Cedric. Toh Cedric benar. Aleena memang sedikit malu karena harus du selamatkan oleh Alecto dalam melawan bandit yang tidak ada apa-apa nya itu.
"Aku tidak tahu harus berkata apa..."
Cedric menghembuskan nafas panjang dan mengusap lembut kepala Aleena, "tapi mereka tidak menyentuhmu kan? Kau tidak terluka kan?"
Aleena tersenyum lebar dan memeluk Cedric erat. Meskipun ucapannya tajam, tapi Aleena yang paling tahu bahwa sebenarnya Cedric benar-benar khawatir padanya, meskipun yang di hadapi Aleena hanya bandit kelas teri.
Cedric berdeham, tapi tetap memeluk tubuhnya tak kalah erat. "Ayo pulang, aku sudah memesan gaun mu."
Aleena melonggarkan pelukan mereka, "benar-benar ya aku tidak perlu mengukur tubuh ku lagi?"
"Tidak perlu soalnya aku sudah hapal ukuran kalian bertiga." Cedric menjawab santai seakan menghapal di luar kepala ukuran tubuh ketiga adiknya adalah hal yang wajar di lakukan. Benar-benar si sulung yang hebat.
Aleena sendiri merasa jika di dunia nya dulu dia punya adik, Aleena yakin dia tidak sampai menghapal ukuran tubuhnya secara akurat seperti yang Cedric lakukan.
Atau mungkin hanya Cedric saja yang jenius, jadi ukuran tubuh bukan masalah besar untuknya.
Apapun itu, Aleena tidak ambil pusing. "Omong-omong aku tadi membawa kue. Tapi karena di seret oleh bandit-bandit itu kotak kue nya jatuh." Aleena mengadu dengan sedih.
"Yasudah ayo beli lagi, sekalian makan siang."
"Boleh jajan yang lain?"
"Terserah."
Keduanya bergandengan menyusuri jalanan yang ramai di lalui orang-orang. Acara jalan-jalan mereka berakhir di sore hari.
Janet menuangkan teh di cangkir Aleena, "jadi bagaimana anda akan bersikap jika bertemu dengan mereka berdua?"
"Di pikir-pikir lagi aku malas harus bertemu mereka. Apa aku tolak saja jika Alecto mengirim undangan lagi?" Gumam Aleena.
"Nanti kelihatan sekali jika nona berusaha menghindari nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Destroying The Plot
Fantasía[CERITA INI DI PINDAH KE AKUN @IchaSunny] Aleena itu menyukai novel fantasy atau action, tapi dia justru bertransmigrasi ke novel roman historical! Dia menjadi karakter tidak penting, simpelnya karakter pelengkap cerita. Aleena menjadi tunangan dar...