Sudah dua minggu ini Casseland rutin mengunjungi kediaman Winter. Selain untuk bertemu Aleena, kini Casseland juga menambah tujuan baru, yaitu untuk menemui Calixer dan Regina.
Sejak hari dimana mereka berkumpul di rumah kaca, keempat nya menjadi akrab. Bahkan Calixer sudah berhenti bertingkah menyebalkan pada Casseland dan menerima nya dengan baik. Bahkan di beberapa kesempatan Aleena memergoki mereka saling bertukar surat. Kedua nya diam-diam menjadi sahabat pena. Lucu juga.
Di awal Calixer jahil dan usil pada anak itu, berakhir dia yang menempel pada Casseland. Bahkan dengan santai dia mengakui kalau dia menganggap Casseland sebagai sahabat dan rivalnya.
Regina sendiri berkata tidak keberatan kalau keluarga Winter menambah satu anggota keluarga lagi di mansion mereka.
Dalam sekejap Casseland berhasil mencuri perhatian dari anak-anak keluarga Winter seperti seorang tokoh utama.
Aleena tentu yang paling senang dengan kemajuan itu. Casseland di novel adalah anak yang penyendiri dan tidak punya teman hingga dia dewasa. Namun kali ini, dia memiliki keluarga Winter di sisi nya. Anak polos dan menggemaskan seperti Casseland kini tidak sendirian lagi.
Dengan kemajuan yang bagus seperti ini membuat Aleena semakin semangat menjalani hari-harinya. Dia percaya bahwa masa depan pasti dapat dia rubah menjadi lebih baik. Selain untuknya, juga untuk Casseland dan keluarga Winter.
"Latihan hari ini sampai disini saja. Kakak harap kau bisa lebih baik lagi untuk esok hari." Cedric menancapkan pedangnya ke tanah sambil menatap adiknya yang berbaring kelelahan di tanah.
Aleena berusaha mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Sungguh, sejujurnya latihan bersama Cedric jauh lebih berat daripada latihan bersama pelatihnya di kehidupan lalunya.
Cedric sangat serius dalam melatihnya. Bahkan ketika Aleena di ambang batas, Cedric masih terlihat santai dan tidak terganggu. Bahkan tidak ada sebutir keringat pun yang menetes darinya. Berbeda dari Aleena yang sudah mandi peluh. Dasar sword master yang keren. Dan hebatnya orang sekeren itu adalah kakak yang juga adalah pelatihnya.
Aleena tahu Cedric melatihnya dengan serius karena tidak ingin ketika terjun ke lapangan terjadi sesuatu pada Aleena karena kurang latihan. Aleena tahu kalau Cedric ingin keselamatannya terjamin. Jadi Cedric membekali nya dengan latihan pedang yang cukup hingga dia pada akhirnya bisa terjun ke lapangan dengan berani.
Karena itu Aleena tidak pernah protes ketika tulangnya menjadi kaku di malam hari, atau tiba-tiba lengannya terkilir karena menangkis serangan Cedric yang keras.
Karena Aleena tahu, kakaknya melakukan itu karena peduli padanya. Karena menyayangi nya.
Hati Aleena menghangat. Aleena Winter benar-benar beruntung memiliki keluarga yang saling menyayangi seperti ini. Hangat dan harmonis.
Casseland berlarian kecil menghampiri nya sambil membawa sebotol air. "Minum dulu kak."
Dengan di bantu Casseland, Aleena meneguk rakus air botol hingga membasahi leher dan bajunya. Tapi siapa peduli? Di lapangan tidak ada yang namanya menjaga sopan santun dan betingkah anggun.
"Memang tidak perlu bertingkah anggun, tapi tetap saja kau itu perempuan, tahu." Cedric berjongkok di depan Aleena dan menyentil pelan kening adiknya.
"Hehehe, haus kak."
Cedric berdecih, mengeluarkan sapu tangan dan mengusap bibir serta leher adiknya yang basah oleh air. "Minum pelan-pelan, nanti tersedak."
Casseland di sebelahnya mengiyakan dengan cepat, "kak Ed benar. Kak Ale harus minum pelan-pelan."
"Baiklah, kalau sudah begini kalian mirip. Aku jadi bertanya-tanya, adik kandung kak Ed itu Cassel atau Calix."
"Hei! Aku bahkan tidak melakukan apapun! Jangan seret aku!" Dari sebrang lapangan Calixer berteriak protes.
Aleena baru saja akan bangkit untuk kembali ke kamar, tapi Cedric menahannya, "ada seseorang yang ingin aku perkenalkan padamu."
Aleena mengangkat sebelah alisnya, "siapa?"
Cedric menoleh ke arah kiri dan mengangguk kecil seakan memberikan kode. Dari arah kiri muncullah sesosok lelaki jangkung dengan wajah tampan yang berjalan mendekati mereka di tengah lapangan latihan.
Cedric memperkenalkan orang itu, "perkenalkan, dia Theodor. Pelatih baru mu."
Lelaki bernama Theodor itu membungkuk untuk memberi salam. Aleena termenung sejenak. Pelatih baru katanya?
"Loh, bukan kah kak Ed pelatih ku? Untuk apa lagi pelatih lain?"
"Mulai kedepannya aku akan sibuk mengurus gate. Sangat di sayangkan aku tidak punya cukup waktu untuk melatih mu lagi semenjak kemunculan gate ganda. Kau tahu berita itu bukan? Tentang gate yang selalu muncul bersamaan di satu waktu. Ini pertama kalinya terjadi, karena itu guild kami kewalahan. Pada awalnya niatku adalah untuk melatih mu sendiri dengan kedua tanganku hingga aku memutuskan kau siap untuk bergabung dengan guild. Tapi tampaknya aku tidak bisa melakukan niat itu. Karena itu sebagai gantinya aku meminta Theodor secara khusus untuk menjadi pelatih mu." Cedric menjelaskan panjang lebar.
"Tenang saja, aku percaya pada kemampuan Theodor dan dia pasti bisa melatih mu dengan baik. Selain aku, Theodor juga adalah salah satu sword master yang di akui Kekaisaran. Karena itu aku percaya dia bisa melatih mu. Meskipun bukan aku yang melatih mu, tapi aku yakin kau mampu menjadi yang terbaik." Cedric benar-benar percaya pada kualitas dirinya.
Jika sudah seperti ini bagaimana Aleena tidak bersemangat? Meskipun itu bukan Cedric yang dia kagumi, tapi dia bisa berlatih dj bawah orang yang telah di beri kepercayaan oleh Cedric. Pasti hasilnya tetap akan bagus.
Aleena mengangguk mantap. Tidak masalah siapa pelatih nya. Dia akan berlatih dengan baik dan giat kemudian bergabung dengan guild. Setelah itu isi novel akan berguncang karena alur berhasil di rubah.
Aleema menganalisis perawakan Theodor. Lelaki itu terlihat kalem dan santai. Tatapan matanya tenang, dan wajahnya memancarkan aura orang jenius. Mungkin ini sebabnya Cedric bisa menaruh kepercayaan pada orang ini. Karena setelah melihat perawakan dan sikapnya yang tenang, Aleena juga langsung menaruh kepercayaan padanya.
"Salam kenan tuan Theodor. Saya harap kita bisa akur ke depannya." Aleena mengulurkan tangan dan di balas jabatan ringan oleh Theodor.
"Saya juga mohon bantuannya, lady."
Aleena mengangguk. Setelah proses perkenalan usai, Cedric membawa Theodor pergi dari lapangan latihan. Katanya ada yang mau mereka diskusikan. Aleena sendiri bergabung dengan Calixer di pinggir lapangan.
"Tampan juga lelaki itu. Pasti menyenangkan ya di latih orang tampan~~" Aleena sangat amat tahu bahwa Calixer tengah menyindir nya.
"Tentu saja. Aku cantik, jelas di kelilingi orang tampan. Memangnya kenapa?"
Calixer mengangkat bahu, "ingat, kau punya tunangan, kakakku sayang."
Aleena mencebik. Pandai sekali Calixer ini menghancurkan moodnya. Jelas saja mood bagusnya jadi hancur karena diingatkan lagi oleh sosok tokoh utama pria di dunia itu.
"Katakan saja kau mau ku puji tampan juga kan? Tidak perlu membawa-bawa Alecto dalam percakapan kita."
"Oh? Tanpa kau puji aku juga sudah tampan kak. Benar kan Cassel?"
Casseland mengangguk semangat, "kak Lixie memang yang paling tampan!"
Calixer menaikkan sebelah alisnya, menatap Aleena dengan wajah tengil nya, "tuh, dengar."
"Terlalu tampan sampai aku ingin merobek-robek nya." Aleena gemas sekali rasanya. Dosa apa dia yang merupakan anak tunggal di kehidupan sebelumnya harus mendapatkan adik dengan sifat ajaib seperti Calixer ini?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Destroying The Plot
Fantasía[CERITA INI DI PINDAH KE AKUN @IchaSunny] Aleena itu menyukai novel fantasy atau action, tapi dia justru bertransmigrasi ke novel roman historical! Dia menjadi karakter tidak penting, simpelnya karakter pelengkap cerita. Aleena menjadi tunangan dar...