Aleena menggigit bibirnya dan dengan cepat berdiri. Dia tidak bisa berada di sana lagi. Tidak kakak, tidak adiknya, keduanya sama-sama bisa membuat Aleena terancam darah tinggi dan mati muda bahkan sebelum kematian aslinya di alur novel.
Casseland panik melihat reaksi yang di tunjukkan Aleena dan merasa sangat menyesal. Dia dengan cepat menggenggam tangan gadis itu sangat erat, bahkan kini mulai menangis terisak.
"Maafkan Cassel, kak Ale." Tangis nya.
Aleena membuang muka. Jujur dia kesal dengan kebodohannya sendiri, tapi tetap saja kenapa malah anak ini yang menangis dan minta maaf?! Kan seharusnya dia yang melakukan itu!
Anak ini telah dia siksa selama ini loh! Aleena benar-benar tidak mengerti kenapa bocah aneh ini masih menempeli pembully nya bahkan menyesal karena telah 'menjahili'. Aleena tahu Casseland juga termasuk tokoh utama novel, tapi apakah wajar kalau tokoh utama menang punya sifat se malaikat itu yang memaafkan setiap kesalahan yang di lakukan antagonis atau npc?
Aleena benar-benar harus meluruskan ini.
Dia juga harus memastikan bahwa bocah ini tidak mengalami gejala masokis dini.
Aleena kembali berjongkok dengan keadaan masih di genggam erat oleh Casseland yang menangis.
Dengan helaan nafas berat, Aleena mencengkram bahu Casseland dengan tangan satunya yang bebas, "katakan padaku, kenapa kau begitu menyukai ku? Kau tidak akan mengejarku kalau kau benci aku. Aku mau jawaban langsung tanpa basa-basi. Aku tidak berharap kau akan berbohong, Casseland." Tatapan matanya tajam dan lurus, menatap sepasang manik abu-abu Casseland.
Casseland menunduk sebentar sebelum mengangkat wajahnya kembali, "karena Cassel mengagumi kak Ale."
"Kenapa."
"Itu..."
"Kenapa, Casseland."
Itu bukan hanya sekedar pertanyaan, tapi penekanan. Aleena benar-benar butuh jawaban saat ini.
Juga karena image nya jelek, tidak masalah jika dia sedikit menekan bocah ini sehingga terlihat kasar bagi orang-orang yang melihat. Tapi tidak masalah, toh image miliknya memang perempuan kasar dan jahat terutama pada tuan muda kedua keluarga ini.
Kedua sisi pipi Casseland memunculkan semburat merah, tanda bahwa dia malu-malu. "Karena kak Ale seperti peri!"
Hening sejenak.
Aleena melongo, berusaha memproses jawaban yang di keluarkan bocah itu.
Peri?
Ah!
Di novel memang sempat di ceritakan adegan tentang Alecto yang bertanya pada Casseland mengapa dia begitu mengagumi Aleena meski sudah di siksa berulang kali. Dan Casseland hanya menjawab bahwa Aleena mirip peri.
Tapi mana mungkin cuma begitu kan?!
Aleena mengusap keningnya dengan wajah lelah, "mungkin kau memang terlalu menganggap remeh aku ya, Casseland Leinster."
Casseland bergetar mendengar jawaban itu, dia semakin mengeratkan cengkraman nya, "Cassel benar-benar mengagumi Kak Ale." Suaranya bergetar.
"Jujur padaku, Leinster. Jika kau masih tidak mau mengatakannya, jangan pernah berharap aku sudi menemui mu lagi."
"Karena kakak terlihat sedih setiap memukuli Cassel!" Teriak Casseland tiba-tiba.
"..."
Casseland menangis lagi, tapi dia tetap berusaha menjawab, "kakak memukuli Cassel bukan karena ingin benar-benar menyiksa Cassel, tapi kak Ale ingin menarik perhatian kakak tertua. Kakak sama seperti Cassel, Cassel juga ingin perhatian kakak tertua. Cassel pikir dengan di pukuli oleh kak Ale, kakak tertua akan menaruh sedikit perhatian nya pada Cassel. Tapi itu hanya mimpi untuk Cassel. Bahkan sampai detik ini--" Dia tersendat karena tangis nya, "kakak tertua tetap tidak punya waktu untuk memperhatikan Cassel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Destroying The Plot
Fantastik[CERITA INI DI PINDAH KE AKUN @IchaSunny] Aleena itu menyukai novel fantasy atau action, tapi dia justru bertransmigrasi ke novel roman historical! Dia menjadi karakter tidak penting, simpelnya karakter pelengkap cerita. Aleena menjadi tunangan dar...