{11} tekanan

8 3 0
                                    

Sesampainya ia di sebuah rumah tempat dimana lokasi penumpang beban nya tuku Ervan berhenti disana seraya menggoyang goyangkan body motor nya agar makhluk di jok belakang motor nya melepas pelukan erat yang ia dapatkan.

"Sampe, turun!"

"Eughhh... Angkat dong, aku lemes nih," tanpa dosa nya gadis itu berucap dengan entengnya tanpa beban dan dosa.

"CK," dengan nekad Ervan menekan bel dan seorang satpam muncul dari balik pos jaga disana.

"Loh non Siska?" Kaget pak satpam setengah baya itu.

"Jadi namanya Siska?" Batin Ervan.

"Eumm mas? Ini non Siska nya kenapa ya, kok kaya gini?" Tanya pak satpam itu ketika melihat keadaan Siska yang terkesan amburadul.

"Mabok," jawab Ervan singkat.

"Eleuh eleuh non, bagaimana atuh ini.
Mana ada tuan sama nyonya dirumah, bisa kena marah sampean," pusing pak satpam.

"Biarin aja kenapa pak, btw bantuin kek ini, nyusahin dia," jengah Ervan.
Gara gara satu gadis ini nih dia gak ikut kumpulan malem ini.
Haishhh..sial..

"E-eh lupa saya, sini saya bantuin."

Terlihat Siska sudah tak bergumam dari sana dan bisa disimpulkan dia sudah teler akibat efek dari alkohol yang ia konsumsi.

Mungkin over ??

Mana pakaian nya kek astaghfirullah..
Monodai mata inces kull author ini.
Haishh...

"Masuk aja mas, udah saya bukain pagernya," suruh pak satpam ramah.

"Gak papa nih? Kenapa gak bapak aja?" Tanya Ervan yang aslinya keberatan kalo sampe nganterin gadis ini sampai ke rumah.

"Gapapa mas, saya harus jaga disini, takut kecolongan." Jelas pak satpam.

"Huh... Yaudah." Pasrah Ervan lalu masuk ke dalam mansion yang terkesan elegan itu.

Dengan susah payah Ervan membopong tubuh Siska yang sudah teler menaiki beberapa undakan anak tangga hingga akhirnya tiba di depan pintu mansion dengan nafas tersengal sengal.

Ervan dengan hati hati memencet bell yang terpampang disamping pintu besar itu, tak lama kemudian muncullah seorang maid berusia sekitar 45 tahun an.

"Eh ya Allah non Siska," kaget maid tersebut ketika melihat anak majikannya mabok.

"Bi, bantuin saya bi," dengan lirih Ervan berucap.

"Eh astaghfirullah bentar mas, saya panggil pak Gatot dulu, saya mana kuat bantuin."

Setelahnya maid itupun terlihat pergi dari sana dengan sedikit tergesa gesa.
Beberapa menit kemudian maid itupun datang lagi dengan seorang pria setengah baya yang mungkin adalah pak Gatot yang dimaksud maid tadi.

"Sini akang bantuin."
Dengan cekatan pak Gatot membantu Ervan yang seperti nya sudah agak kewalahan menghadapi tubuh Siska yang perlahan lunglai lemas.

"Ada apa ini ribut ribut?!"
Hingga terdengar suara bariton menggema dengan diikuti dua orang pasangan suami istri turun dari tangga.

"Loh Siska," kaget wanita glamor yang Ervan perkiraan ibu Siska,melihat keadaan putrinya yang amburadul itu.
Sementara ayah nya terlihat memijat pangkal hidungnya.

"Anak itu..huuuhh.." geram sang ayah.

"Kamu? Siapa? Kenapa bisa dengan anak saya!?" Tanya Bram tajam.
Sementara skaya melihat Lamat Lamat wajah Ervan yang terkesan familiar di matanya.

"Anu om, tadi kan saya mau pulang ke rumah nah diperjalanan tiba tiba anak om ini menghadang, saya yang gak mau ambil resiko ya ngerem lah, nah putri om ini ngeracau gak jelas dan maksa saya nganterin dia pulang om, nah saya sempet nolak.. ehh dia malah nekad naik ke jok belakang motor saya dan gak mau turun.
Yaudah dengan terpaksa saya anterin nih anak pulang.. gitu deh omm tann.." entah setan apa yang merasuki Ervan, sifat gemulai nya muncul saat menjelaskan bagaimana Siska bisa bersamanya.
Skaya yang terus memperhatikan gerak gerik Ervan memicingkan matanya.

SEPENGGAL LUKA { on going } Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang