{13} pembalasan ke penghianat

4 2 0
                                    

Bau anyir menyeruak amis membangunkan kesadaran Vanya.
Dengan terduduk tak seperti tadi ia diikat dan disumpal mulutnya.

Seketika matanya membelalak kaget melihat sekujur tubuh seseorang disampingnya yang terlihat babak belur tak sadarkan diri.

"H-hans.." lirih Vanya membatin.

Perutnya terasa kram dan mual apalagi bau anyir serta sumpalan di mulutnya membuatnya tambah sengsara.

Dengan sekuat tenaga raga dan jiwa ia menggoyang goyangkan kaki dan tangannya berharap tali yang sudah terganti borgol ditangan nya bisa lepas.

"Akhh.." ringis nya tatkala mendapat tendangan yang cukup mengagetkan dari belakang.

"Mau kabur sayang..? hmm?" Senyum
Smrik  terpatri rapi di bibir Miguel membuat tubuh Vanya bergetar hebat ketakutan.

"Kok gak jawab? Kurang lebar ya bibirnya?sini aku bantuin," tawar Miguel yang dijawab gelengan keras oleh Vanya.

Pisau lipat kecil sudah terlihat di depan mata dan siap merobek mulutnya.dengan susah payah ia memohon ampun tapi tak dihiraukan.

Perlahan pisau kecil itu tepat di permukaan ujung bibirnya dan bisa saja satu kali gerakan pisau itu melakukan aksinya.

Darah mengucur tipis mengalir ke leher Vanya, sakit yang dirasakannya dengan pasrah.

Tangan satunya tak Miguel anggurkan
Dengan menarik sumpalan di mulut Vanya.
Pisau kecil itu berhasil merobek mulutnya sekitar 3cm dari ujung bibir indahnya.
Miguel yang kurang puas dengan hasil sebelah melanjutkan aksinya di ujung bibir lain.

"Akhh.." kali ini Vanya bisa menjerit bebas menjabarkan rasa sakitnya hingga membuat seseorang disampingnya terbangun.

"Rambutmu indah, aku suka," lirik Miguel ke rambut pirang sepingul Vanya.
Lantas ia jabut pisau kecilnya ke arah rambut indah Vanya itu.

"J-jangan," sakit rasanya iya berbicara.
Perih terasa mendominasi tubuhnya.

Srett..

"Ups.. khilaf," ejek Miguel seraya menunjukan potongan rambut Vanya lantas menarik kepala Vanya kebelakang.

Tok..tok..tok..

"Masuk.." perintah Miguel dingin.

Beberapa orang masuk ke sana dengan beberapa alat alat yang entah apa itu.

Miguel lantas menghampiri orang orang tsb dan tampak berbicara.

"Kau urus yang perempuan sekarang, biarkan aku yang laki laki," titah Miguel yang diangguki mereka.

"Sepertinya aku ada urusan dengan kekasihmu ini sayang.. ku harap kau menunggu ku," pamit Miguel mencolek dagu Vanya yang berlumur darah.
Vanya hanya pasrah jika ini akhir hidupnya. Mau memberontak pun sia sia.
Tapi.. apakah harus sekejam ini detik detik terakhir nya?

"Urus dia"titah Miguel berlalu pergi disusul dengan 2 orang membawa Hans dan tersisa 3 orang disana yaitu Vanya dan 2 orang suruhan Miguel.

"Baringkan dia," titah salah satu diantara mereka.

Vanya dibaringkan terlentang di atas brankar, tak lupa kaki dan tangan nya diikat kuat di tambah sekarang matanya ditutup dengan sebuah kain panjang.

"Kita lenyap kan bayinya dulu, buat pemanasan," ujar mereka yang mengundang ketakutan di wajah Vanya.

Entah apa lagi yang terjadi, tiba tiba ada sebuah benda menelungsup masuk dari bawah menembus perutnya.

Sakit..rasanya sakit..

Entah apa yang keluar, yang pasti seperti ada gumpalan aneh keluar dari dirinya.
Badannya terasa robek setelah benda itu keluar.

Kakinya lengket penuh cairan yang entah apa itu, hingga akhirnya ia di setubuhi ke 2 pria keji utusan Miguel dengan membabi buta dan merenggut kesadaran nya.

Sementara diruangan sebelah Miguel dengan santai duduk di sebuah kursi dan melihat pertunjukan yang menarik baginya.
Dimana Hans yang dicambuk berulang kali dan sesekali pisau menggores permukaan kulitnya acak.

Tamparan keras ia layangkan ke Hans yang menyebabkan pria itu hilang kesadaran lagi.

"CK lemah," gumam Miguel tersenyum getir.

"Selanjutnya apa boss?" Tanya anak buahnya.

"Setrum dia, lalu  terserah mau kalian apakan, tapi jangan membuatnya mati terlebih dahulu sebelum instruksi dariku," perintah Miguel tegas.

Lantas ia beranjak pergi meninggalkan tempat itu entah kemana, yang pasti tak kembali ke mansion.
Tak hari ini..

"Huh.. berani berani nya mereka berkhianat di belakang ku,
Akan ku pastikan mereka sengsara di tangan seorang Miguel Wiratama."
Gumam Miguel sambil fokus menyetir mobil nya.

***

"Sejatinya orang jahat akan selalu jahat
Dan orang baik akan selalu baik,"

***

Waktu pulang sekolah tiba dan disinilah Haura dan Naya berada.
Disebuah mall tepatnya di toko baju dan aksesoris.

Ke duanya sibuk memilih milih baju guna dikenakan untuk mengganti seragam sekolah nya, ya kali main tapi masih seragaman.
Sangat tidak nyaman bagi ke dua nya.

Pilihan mereka jatuh pada blouse hitam panjang dipadukan celana hitam longgar untuk Haura dengan blouse hitam putih lengan Sabrina  plus rok dibawah lutut hitam untuk Naya.

Merasa sudah pas mereka pun beranjak membayar dan ke ruang ganti untuk mengganti pakaian mereka.

Dengan sedikit tauch up mereka membubuhkan lip tint dan sunscreen spay agar praktis.
Tak Lupa keduanya menggerai rambut mereka.

Dengan riangnya kedua gadis itu berjalan jalan ke mall dan tertuju ke Timezone.

"Mesin capit?" Tawar Naya.

"Gassssss"

Berakhir mereka mendapat 1 boneka kelinci lucu.

"Keluar yuk cari caffe di luar," ajak Haura yang diangguki Naya.

Ke dua nya beranjak pergi dari Timezone itu menuju ke luar mall mencari sebuah caffe.

Sampai akhirnya pilihan mereka tertuju pada sebuah caffe bernuansa Paris.

"Mau pesen apa kak?" Tanya seorang wainters ramah ke mereka sambil menyodorkan buku menu.

"Eumm.. Lo mau pesen apa nay?" Tanya Haura menatap sahabat nya itu.

"Gue.. spaghetti bolognese aja sama coffelatte."

Haura mengangguk angguk mngerti.
"Eumm aku sama in aja sama dia, tapi minum nya diganti milkshake aja ya." Pinta gadis itu menatap sang wainters.

"Baik kak, jadi pesanan kalian 2 spaghetti bolognese, coffelatte 1 sama milkshake 1 ya." Konfirmasi sang wainters yang diangguki ke dua nya.

"Eh, tambah pancake sama croissant deh kak." Pinta Naya meringis.

"Baik kak, pesanan akan kami proses. Mohon ditunggu ya," pamit nya berlalu pergi meninggalkan meja ke 2 sahabat itu.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEPENGGAL LUKA { on going } Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang