Chapter 33

997 75 0
                                    

--

WARNING : ABALISM, BAD STORY, UNMOOD AUTHOR, DO NOT COPAST ANY SCENES

DIHARAP DOWNLOAD LAGU SECONDHAND SERENADE- ITS NOT OVER DAN KOMEN SAMPE TUMPEH-TUMPEHHHH!

---

Keesokan harinya.

Spring melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya sekilas, dan melenguh perlahan. Sekarang masih pukul setengah tujuh. Tapi entahlah, Spring sama sekali tidak berniat untuk pulang dalam waktu dekat untuk sarapan atau bersiap-siap pergi ke akademi seni tempatnya belajar. Dia sedang tidak selera melakukan apapun. Semalam gadis itu menangis semalaman hingga bantalnya terasa lembab dan baik Taylor maupun pasangan Swift mempertanyakan kantung hitam yang membengkak di bawah matanya ketika Spring bangun tadi pagi. Spring membuang napasnya yang terasa berat. Nyata atau tidak nyatakah semua ini? Rasanya dia tidak bisa mempercayai hal ini. Rasanya seperti Justin masih menjadi miliknya, berada di sampingnya, dan menyentuh rambutnya atau mengecup pipinya dengan penuh cinta. Tapi kata-kata yang dikatakan Justin kemarin itu bukan mimpi, karena Spring jelas-jelas mendengarnya. Karena Spring jelas-jelas merasakan air mata yang hangat mengalir di pipinya.

Hubungan kita selesai.

Ada sakit yang menghantam rongga dada Spring begitu dia mengingat apa yang dikatakan Justin kemarin. Apa yang salah dengan Justin? Mengapa Justin bersikap aneh seperti itu? Apa karena Justin sama sekali tidak bisa melihat dia dicium oleh pria lain, lantas karena terlampau sakit hati akhirnya Justin memutuskan hubungan mereka? Spring buru-buru menghela napas dalam-dalam ketika air matanya terasa akan berdesakan di pelupuk matanya, meskipun pada faktanya menangis jauh lebih mudah ketimbang menahan sakit seperti yang dia lakukan sekarang, tapi Spring tidak ingin menangis. Spring tidak boleh menangis—terutama ketika dia sedang berada di tempat umum seperti ini. Hari ini Spring berada di taman kota. Taman tempat Justin pernah membawanya di pagi hari setelah mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Ah tidak. Dia tidak boleh mengingat kenangan itu. Spring meraba saku celana jeans nya, lantas menarik keluar Ipod miliknya dan menyalakan lagu sambil menggigit bibir. Lagu Heart Skips a Beat dari Lenka langsung memenuhi gendang telinga. Bagus. Mendengarkan lagu bertempo cepat sejenis ini bisa membuatnya menata hatinya kembali. Spring mencoba menyandarkan kepalanya di bangku taman dan berusaha tidak memperhatikan lirik lagu itu. Dan memang tidak ada satupun lirik dari lagu itu yang bercokol dalam ingatannya.

Spring menghela napas. Lirik lagu itu memang tidak bercokol dalam ingatannya, karena sejak tadi hanya bayangan pria itu yang terlintas terus menerus dalam benaknya. Justin Bieber. Spring mengetuk pelipisnya perlahan. Justin Bieber telah meninggalkannya. Justin Bieber tidak mempercayainya lagi. Masih kurangkah alasan untuk tidak membenci pria itu? Spring menggeleng dan setetes air mata meluncur di pipinya. Dia memang tidak akan pernah bisa membenci Justin—dan sekarang dia justru tengah mencari alasan kenapa Justin pergi begitu saja. Mencari alasan yang akan menjadi pembenaran Justin untuk meninggalkan dirinya.

Spring masih melamun untuk lima belas menit berikutnya, dan ketika perutnya mulai terasa lapar, Spring memutuskan bangkit dari sana dan mencari bistro atau restoran terdekat. Suasana mulai ramai, dan Spring masih membiarkan lagu-lagu dalam daftar shuffle Ipod nya terus mengalir. Gadis itu melangkahkan kakinya yang terbalut uggs boots melewati trotoar jalanan kota New York dan menyadari bahwa dia tinggal berjalan sepanjang beberapa ratus meter lagi, kemudian menyebrangi jalan agar dia bisa tiba di Mexican Bistro, sebuah bistro sederhana dengan makanan super enak yang sering didatanginya bersama Niall dulu. Namun mendadak Spring tercekat begitu dia nyaris tiba di lampu lalu lintas tempat para pejalan kaki biasa menyebrang jalan. Lagu Trouble Is a Friend dari Lenka yang semula mengalun dengan riang tergantikan oleh lagu yang pernah dinyanyikannya di gedung pertunjukan dulu. Saat pertama dia tampil di depan Mrs. Crown. Dan di hadapan Justin Bieber. Lagu Its Not Over yang dinyanyikan oleh Secondhand Serenade. Intro lagu itu begitu Spring kenal seperti dia mengenal lekuk jarinya sendiri, namun entah mengapa Spring seakan terhipnotis pada lagu itu.

The Dust (by Renita Nozaria)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang