Chapter 2

2.4K 145 0
                                    

"Menjebaknya?" Sebelah alis Justin terangkat begitu dia mendengar ucapan Zayn. Matanya mengarah pada kawan sepermainannya itu dan berusaha agar dirinya tetap terjaga walaupun kepalanya sudah berkabut sekarang karena bergelas-gelas margarita yang telah diteguknya.

"Ya." Kata Zayn dengan seringai licik di wajahnya yang tampak aneh akibat gradasi lampu disko yang sebentar-sebentar berubah warna antara merah, hijau dan biru. Lelaki berambut hitam kelam itu meneguk toniknya seraya perlahan memejamkan mata begitu merasakan pil ekstasi yang dikonsumsinya mulai menekan masuk. Sekeliling dunianya terasa hampir-hampir tak nyata karena Zayn tengah melayang ke dunia lain—yang tentu saja berbeda dengan dunia nyata. Ada beragam bayangan dalam kepala Zayn begitu dia merasakan dirinya tak bisa lagi membedakan mana yang halusinasi dan mana yang bukan. Dan ada sedikit kebahagiaan. Kebahagiaan karena selama sejenak bisa melupakan segala masalah yang merundung kehidupannya.

Justin menyipitkan mata begitu melihat ekspresi di wajah Zayn, lalu dia membuang napas, "Zayn, you still here?" tanyanya sambil menggoyangkan bahu Zayn dengan sebelah tangannya. Namun tindakan Justin itu tidak mendapatkan respon yang berarti dari Zayn karena lelaki itu justru tersenyum lebar. Justin mendengus seketika seraya kembali meneguk margarita nya yang tinggal setengah gelas.

"Oh shit." kata lelaki berambut cokelat itu, "You need to talk to me before doing that fucking thing!" Justin mendesis kesal karena Zayn tidak menjawab ketertarikannya dengan serius. Dia meraih rokoknya yang tergeletak di atas asbak porselen kemudian menyalakan rokok tersebut dengan pemantik, lantas kembali menatap ke arah Zayn, "But you just did it, you son of a bitch." kata Justin dengan nada tak peduli sembari menghembuskan asap rokoknya ke sembarang tempat.

"Stop that." Di luar dugaan, mendadak Zayn kembali bersuara, yang membuat Justin menoleh kepada pemuda itu sembari mengangkat bahunya. "I know. They are assholes. But stop it, will you? Or I'll punch you in your face, Bieber." kata Zayn yang membuat Justin memutar bola matanya dengan tidak peduli. Munafik, pikir Justin. Apakah salah untuk mencerca orang tua mereka dengan makian tersebut? Hell, come on, orang tuanya—maupun orang tua Zayn—memang orang-orang yang tidak seharusnya ada. Paling tidak orang tua mereka tidak pernah ada untuk mereka berdua. Dan sejujurnya, Justin sama sekali tidak berduka ketika ayahnya terserang radang selaput otak yang menyebabkan laki-laki itu berubah layaknya mayat hidup yang tidak bisa bicara.

"Sorry." Justin menatap pria di depannya, "Tapi apa yang bisa kau lakukan untuk membantuku mendapatkan Caitlin. Well, aku bukan ingin mendapatkannya. Aku hanya ingin memilikinya dan menghilangkan semua rasa penasaran yang ada dalam pikiranku."

"Itu mudah." Zayn terkekeh sambil memandang Justin lalu dia menghisap rokoknya, "Apa kau tahu jadwal harian Caitlin Beadles begitu dia selesai menghadiri kuliah di akademi tempatnya belajar bersamamu?"

"Dia akan pergi ke panti asuhan di hari senin dan selasa—untuk yeah, kau tahu, dia tipikal gadis sok baik yang sok perhatian pada anak-anak tanpa orang tua, pergi berbelanja ke butik bersama teman-temannya di hari jumat, dan setelahnya dia akan menjemput Christian atau langsung pulang ke rumah. Hanya itu. Apakah kita akan menculiknya?"

"Such a good girl." Zayn tersenyum simpul, "Dan ya. Kita akan menculiknya saat... hm, saat dia sendirian. Maksudku, kita bisa menculiknya ketika dia berjalan sendirian, kemudian kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan padanya. Lantas, setelah kau puas, kita bisa membunuhnya dan membuang jasadnya ke perbatasan. Kau punya kekuasaan yang besar di kota ini, dan hanya tinggal sekali jentikan jari, kepolisian akan melemparkan tulang palsu. Mereka akan memanipulasi hasil otopsi dan visum, dan memastikan bahwa kematian Caitlin Beadles hanyalah kecelakaan." Zayn terkekeh lagi. "Dan kau mendapatkan apa yang kau dapatkan."

The Dust (by Renita Nozaria)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang