Chapter 35

976 68 0
                                    

---

Justin melangkah keluar Kitten Club lebih dulu dari Mandy yang tampaknya harus mengeluarkan sebagian isi perutnya di kamar mandi akibat terlalu banyak menenggak alkohol. Justin terus berjalan menuju pelataran parkir di belakang gedung Kitten Club yang cukup besar sambil menimbang-nimbang kunci mobil di tangannya. Mandy bilang dia membawa dua Ferarri yang sama-sama berwarna merah menyala—seakan-akan gadis itu telah merencanakan acara balapan ini sebelumnya. Justin melihat ada dua ferarri merah terparkir berdekatan dan sebuah ferarri merah lainnya terpisah beberapa meter jauhnya dengan seorang gadis berambut cokelat gelap yang duduk diatas kap nya. Gadis itu memakai pakaian minim dan celana pendek jeans dengan gaya bak montir sejati. Justin mendesah dan baru saja melangkah melewati gadis berambut cokelat panjang itu untuk menuju ke mobil yang disediakan oleh Mandy ketika gadis berambut cokelat tersebut mendadak membuka mulut.

"Kau akan balapan dengan gadis itukah? Gadis bermata cokelat terang itu?" Perkataan gadis tersebut membuat Justin menghentikan langkahnya dan memutar tubuh untuk menghadap gadis itu. Gadis itu menyapanya dengan nada biasa saja. Tidak penuh hormat seperti yang selama ini orang-orang New York lakukan ketika mereka menyapa Justin. Justin mengernyit dan memandang gadis tersebut dengan bola matanya. Gadis itu cantik. Yeah, sangat cantik.

"Ya?" Sebelah alis Justin terangkat, "Gadis berjaket denim dengan rambut cokelat kemerahan seperti rambutmu?"

"Iya." Gadis itu mengangkat bahu dan melompat dari kap mobil lantas mendarat dengan mulus diatas sepatu boot kulitnya yang hitam mengilap. "Gadis berjaket denim. Coba biar kuperiksa kunci mobilmu." Entah kenapa, sikap penuh percaya diri gadis ini tidak membuat Justin banyak bertanya selain hanya menjawab perkataan gadis asing tersebut dengan mengulurkan kunci mobil yang diberikan oleh Mandy. Gadis itu menekan tombol dalam panel diatas kunci mobil tersebut, hingga kunci pada salah satu ferarri merah yang terparkir bersebelahan itu terbuka.

"Sudah kuduga." Gadis itu berdecak, "Bung, kau harus hati-hati pada gadis itu. Kupikir dia mau menjebakmu." ujar si gadis berambut cokelat panjang. "Tadi aku lihat dia dan teman laki-lakinya mengutak-atik komponen mesin dalam kap mobil tersebut." Sebuah keterkejutan menghantam Justin dan dalam hati pria itu merutuki habis-habisan kebodohannya. Tentu saja. Mana mau seorang Mandy Hart yang membencinya setengah mati bersikap masa bodoh dan hendak kembali ke Paris tanpa satupun permintaan? Tanpa sadar Justin mengepalkan tangannya hingga ruas jemarinya memutih.

"Aku harus memberinya pelajaran." geram Justin,

"Ya, tentu saja." si gadis berambut cokelat itu menjawab dengan nada tak peduli. "By the way, siapa namamu? Aku sudah sedikit penasaran kita melihatmu, karena well—mungkin aku terlalu terus terang. Tapi matamu mirip dengan seseorang yang kukenal."

"Kau tidak mengenal siapa aku?" mata Justin menyipit pada gadis itu. "Apakah selama ini kau tinggal di bawah batu hingga kau tidak mengenal siapa aku?"

Gadis itu tertawa hambar, namun sama sekali tidak ada nada tersinggung dalam derai tawanya, "Aku tidak tinggal di bawah batu. Aku tinggal di Vegas dan ini adalah kunjungan pertamaku ke New York. Ya, biasanya aku hanya berjalan-jalan sampai Washington. Kau tahu, aku adalah seorang pembalap juga. Sama sepertimu."

Kelihatannya ketidak tahuan gadis itu tentang Justin bisa dimaklumi. Gadis ini bukan orang New York, tapi dia berasal dari Las Vegas. Justin masih tepekur dengan nada melamun ketika mendadak gadis itu menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Justin.

"Hei? Kau melamun? Eh ya, kau belum menjawab pertanyaanku tadi kan?"

"Namaku Justin Bieber." kata Justin pada akhirya. Dia pikir dia harus menghargai informasi berharga yang telah diberikan oleh gadis ini. "Dan aku tidak melamun. Aku hanya sedang memikirkan—bagaimana caranya agar aku bisa membalas gadis itu?"

The Dust (by Renita Nozaria)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang