01 - Permulaan

150 5 0
                                    

Seorang pria berumur tiga puluh lima tahun terlihat tengah duduk dikursi kebesarannya sembari memijat pelipisnya yang berdenyut. Suasana hatinya berubah setelah sang ibu lagi-lagi menyuruhnya untuk segera menikah.

Pernikahan baginya hanya buang-buang waktu saja. Ia tidak punya waktu lagi untuk mengurusi perihal cinta dan wanita, yang ada dikepalanya saat ini hanyalah uang, uang, dan uang. Ia harus mengumpulkan uang sebanyak mungkin supaya dimasa tua nanti ia tinggal menikmatinya saja dan bisa hidup dengan damai.

Wiraka Andy Pramudya. Wiraka sudah lama menduda semenjak ibu dari putranya meninggal dunia. Sejak saat itu, Wiraka tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun atau sekadar menaruh perasaan pada wanita manapun. Ia tidak memiliki alasan untuk kembali jatuh cinta. Entahlah, apa Wiraka masih bisa dikatakan sebagai pria normal ketika ia mengatakan bahwa dirinya tidak tertarik pada wanita?

Wajahnya yang datar itu kini ditekuk dan membuatnya semakin datar.

Wiraka mendengus kala mengingat ancaman Yasmin yang akan menjodohkannya apabila ia tidak segera menikah dan mencari pengganti sang istri.

Tsk, ibunya itu memang merepotkan. Xavier sendiri tidak pernah meminta seorang ibu sambung, mengapa ia harus repot-repot mencarikan seorang ibu untuk putra semata wayangnya itu?

Ditengah kekacauan tersebut, pintu ruangan Wiraka dibuka oleh seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah asistennya sendiri, Reza. Pria itu berusia 7 tahun lebih muda dari Wiraka.

"Pak, ruangan meetingnya sudah siap," tutur pria itu seraya membenarkan letak kacamatanya yang sedikit turun.

"Meetingnya cancel aja deh, Za. Saya lagi enggak mood soalnya," jawab Wiraka seraya menatap malas layar komputer dihadapannya.

Reza menghela napas, kemudian mendudukkan dirinya dikursi yang berada tepat dihadapan Wiraka.

"Kenapa lagi sih, Bos?" Tanya Reza setengah formal.

"Biasalah Mama." Wiraka menghela napas berat seraya menyandarkan punggungnya ke kursi.

"Suruh cari istri?"

"Iya, katanya sih kasihan sama Vier, dia kesepian dan butuh figur seorang ibu."

"Bener itu, Bos. Emangnya Bos engga kasihan sama Xavier yang hari-harinya cuma ditemenin sama babysitter doang?"

"Apa bedanya seorang ibu sama babysitter, Reza? Toh sama-sama perempuan kan?"

"Ya, jelas bedalah, Bos. Ibu ya ibu, babysitter ya babysitter."

"Gak tahu deh, ngomong sama kamu bikin kepala saya makin pusing."

"Kalau boleh jujur nih Bos, selama ini Bu Yasmin memang memerintahkan saya untuk mencari istri buat Bosnya. Cuma saya bingung sama kriteria perempuan yang bos mau, makanya sampai saat ini saya belum dapat."

"Emang saya se-enggak laku itu ya sampai harus dicariin jodoh sama semua orang? Kenapa sih enggak ada satupun yang mengerti sama keputusan saya? Saya itu enggak mau menikah!" Tegas Wiraka.

"Jangan bilang kalau bos beneran engga suka sama cewek?" Reza menebak.

"Emang."

"Astaga, jadi bos penyuka sesama jenis ya!?" Reza menutup mulutnya sendiri karena kaget.

Plak!

Wiraka melempar wajah bawahannya itu dengan salah satu dokumen yang berada di atas meja.

"Bukan begitu juga Reza Wardhana! Saya normal, tapi saya engga suka perempuan," sergah Wiraka.

"Sama aja Bos."

Wiraka melotot tajam, dan Reza langsung meralat ucapannya.

"Iya, beda kok beda."

HARTA TAHTA MAS DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang