10 - Hubungan Tidak Sehat

49 3 0
                                    

"Besok kita main lagi, oke? Sekarang Vier pulang dulu sama Papa," ucap Wulan yang masih berusaha membujuk Xavier untuk pulang bersama dengan Wiraka.

Xavier tetap memeluk kedua kaki Wulan dengan erat membuat gadis itu hampir saja hilang keseimbangan jika Wiraka tidak buru-buru menopangnya dari samping.

"Aduh Vier tante bisa jatuh kalau kamu kayak begini terus."

"Udahlah Pak, biarin bocah itu menginap di sini buat satu malam lagi. Bapak kalau mau pulang pulang aja." Fahdan memberi usulan.

"Terus kalau tengah malam dia minta dianterin ketemu saya siapa yang bakal antar?" Wiraka menatap Fahdan dengan sinis, tangan kanannya sibuk menarik kerah belakang sang putra, sementara tangan kirinya berada dipinggang ramping Wulan.

Saat Wiraka berusaha membujuk Xavier, Wulan akhirnya mengeluarkan jurus yang terakhir dan meminta sedikit waktu untuk menenangkan bocah itu. Wiraka tak punya pilihan lagi selain mengizinkannya.

Wulan kemudian menggendong Xavier, mengusap punggungnya sambil berbisik jika Wulan akan selalu ada untuk Xavier dan besok Wulan akan menjemputnya ke sekolah.

Sepuluh menit berlalu Xavier akhirnya mulai tenang dan mengantuk, dengan sendirinya Xavier minta digendong oleh Wiraka, dan mereka berdua pun akhirnya pulang.

🦖

Malam itu, topik yang dibahas saat makan malam keluarga adalah mengenai Wiraka dan Xavier yang semalaman tidak pulang. Sepasang ayah dan anak itu membuat orang rumah khawatir terlebih lagi setelah melihat wajah pucat keduanya ketika kembali ke rumah sore tadi.

"Udahlah Pa, gak usah dibahas. Raka kan udah bilang semalam kita tidur di rumahnya Dokter Nada," tegas Wiraka ketika sang papa terus saja menginterogasinya.

"Sejak kapan kamu jadi sedekat itu sama Nada? Kalian engga diam-diam menjalin hubungankan?" Tanya Bramasta penuh selidik, "Papa dengar kamu mau menikah."

Wiraka sontak menoleh ke arah sang mama yang tersenyum kikuk ke arahnya.

"Mama cukup excited pas dengar kamu mau menikah, makanya Mama cerita sama Papa supaya Papa bisa bantu."

"Papa setuju aja kalau kamu menikah lagi, tapi apa gak sebaiknya dikenalkan dulu kekeluarga besar? Kita tanya bibit bebet bobotnya seperti apa biar jelas." Bramasta melanjutkan.

"Wiraka udah besar, Pa. Udah pernah nikah juga," balas pria itu.

"Iya, tapi Papa engga mau kamu memilih orang yang salah."

"Sejauh ini Raka gak pernah bikin kesalahan, jadi Papa gak perlu khawatir."

Bramasta menghela napas berat, "Kalau kamu maunya emang sama Dokter Nada Papa bisa bantu kamu buat bicara sama keluarganya. Kebetulan Papa juga kenal dekat sama Kepala rumah sakit itu."

"Emang petinggi mana sih yang Papa engga kenal? Kenalan Papa kan orang berpengaruh semua." Wiraka menyindir.

"Papa cuma mau yang terbaik buat keluarga Pramudya."

"Bilang aja kalau Papa gak mau punya besan dan menantu dari kalangan bawah."

"Wiraka..." Yasmin mengingatkan putranya untuk berbicara lebih sopan dengan sang kepala keluarga.

"Benar kan? Selama ini Papa selalu melihat seseorang dari derajat sosialnya. Andin aja pernah ditolak sama Papa."

"Nak, udah."

"Bentar deh, Mas." Andika segera memotong begitu melihat ketegangan diantara Papa dan kakaknya.

"Dika jadi curiga deh, jangan-jangan semalam Mas Raka engga menginap dirumah Mbak Nada tapi menginap dirumah calon istrinya. Iya kan, Mas?"

HARTA TAHTA MAS DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang