Siang itu, dengan sabar Wulan menunggu kedatangan Xavier dan Wiraka ditengah teriknya cahaya matahari. Guru muda itu duduk dibangku kayu yang berada tepat dibawah pohon kersen seraya memainkan ponselnya.
Wulan menggulir beberapa foto yang sempat ia ambil bersama dengan Xavier beberapa hari yang lalu. Manis. Xavier tampak manis dan tampan seperti papanya---eh? Baiklah, Wulan tidak ingin munafik. Duda satu anak itu memang tampan. Umurnya memang sudah memasuki kepala tiga, tapi ketampanannya belum berkurang sama sekali. Meski sering memasang wajah datar nan dingin ketika berada dihadapannya, Wiraka tetap bersikap hangat pada Xavier. Mata pria berumur tiga puluh lima tahun itu akan menghilang ketika dirinya tersenyum.
"Astaga Wulan, mikir apa sih lo barusan?" Gadis itu memukul kepalanya sendiri ketika sadar dengan pikirannya, "ingat tujuan awal lo untuk membuat Andika menyesal. Abaikan pria tampan---engga---maksudnya abaikan duda tantrum itu."
Wulan kemudian memasukkan ponsel itu ke dalam tas, berdiri, menatap ke depan. Namun sejauh mata memandang Wiraka masih belum juga menunjukkan batang hidungnya.
"Niat jemput gak sih? Tau gini naik angkot aja tadi." Wulan bergumam.
Tiba-tiba dari arah belakang, Wulan mendengar suara orang berbisik yang menuju ke arahnya.
"Pasti lagi nunggu sugar daddy-nya tuh."
"Iya, gak malu apa ya seorang tenaga pendidik kerja kayak begitu? Saya jadi takut sekolah ini kena fitnah deh."
"Iya ih, lagian gaji pns masih kurang apa ya? Sampai harus jual diri gitu."
Astagfirullah. Wulan hanya mampu beristighfar dalam hati. Dua orang perempuan yang usianya tidak terlalu jauh dengan Wulan menatap Wulan dengan sinis. Entah dosa apa yang telah Wulan perbuat kepada mereka, tetapi sejak awal Wulan magang di sekolah ini kedua perempuan itu memang sudah terlihat kurang menyukainya.
Usut punya usut sih katanya salah satu dari mereka menyukai Fahdan, tapi Fahdan lebih dekat dan lebih perhatian kepada Wulan. Memang ya, wanita itu tidak tua tidak muda sama saja. Jika sudah cemburu, orang tak bersalah pun dianggapnya musuh.
Suara mesin motor dari kejauhan membuat Wulan segera memfokuskan pandangannya ke arah gerbang sekolah yang terbuka lebar. Sebuah motor honda monkey 125 keluaran tahun 2023 terlihat masuk ke area sekolah, dikendarai oleh seorang pria matang berpakaian serba hitam yang juga membawa putra tampannya yang duduk manis di bangku penumpang tunggal.
"Pak Wiraka?" Wulan melongo tak percaya ketika melihat pria dingin itu mengendarai sespan dengan begitu kerennya.
Bruk. Gadis itu segera menunduk dan menatap Xavier yang tersenyum manis ke arahnya.
"Ibu..."lirih Xavier seraya memeluk kedua kaki Wulan.
"Jangan lari-larian Sayang, nanti jatuh lho," peringat Wulan seraya mencolek gemas ujung hidung Xavier dengan telunjuknya.
"Kita udah telat," suara Wiraka merusak suasana. Lagi-lagi wajah datar itu yang ia pertunjukan pada Wulan.
"Jelas telat, orang Pak Wiraka-nya lama." Wulan menjawab dengan ketus, "Lagipula kalau Bapak emang sibuk gak usah maksain lah Pak, saya bisa berangkat sendiri kok naik angkot."
"Nanti aja marah-marahnya," potong Wiraka seraya memasangkan helm itu di kepala Wulan.
Ctek.
"Ayo!"
Wulan dibuat cengo dengan tingkah spontan duda satu anak itu.
"Saya tahu saya ganteng, tapi biasanya aja lihatinnya." Wiraka melanjutkan. Pria itu menepuk-nepuk puncak kepala Wulan yang kini terbungkus helm bogo.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARTA TAHTA MAS DUDA
Romance"Saya terima nikah dan kawinnya, Wulandari Ayunda binti Muhammad Damar Sudirman dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Suara Wiraka Andy Pramudya terdengar sampai ke telinga Wulan yang berada di dalam kamar. Ia tak menyangka jika mulai hari ini...