03

1.3K 126 15
                                    

Ada kalanya Mahendra terbangun tengah malam dan mendengar suara isakan seseorang. Dan tak butuh waktu lama, Mahen tahu jika Riky yang berbaring memunggunginya itu tengah menangis dalam tidurnya.

"Cantik, " Mahen elus pipi si manis yang basah karena air mata, Mahen merasa bersalah, lagi.

"Jangan, " tangan Mahen ditepis, dan Riky yang telah terbangun dari tidurnya menatap takut wajah sendu Mahen.

"Maaf, " Mahen bergumam, tangannya yang berusaha meraih tubuh bergetar si manis masih saja ditepis berulang kali.

Riky takut padanya, benci padanya. Mahen tahu itu.

Tangis yang lebih muda terdengar menyakitkan untuk Mahen dengar.

"Cantik, hey..., jangan gitu, sakit, " Mahen menuturkan kata-kata bernada lembut, kedua tangannya genggam erat kesepuluh jemari yang tadinya digunakan oleh si empu untuk jambak rambutnya sendiri.

Tangannya kemudian ia bawa untuk mengelus puncak kepala si manis, menariknya bersandar pada bahunya, sedang tangan lainnya usap lembut perut si manis.

"Sakit... , " suara Riky terdengar parau, manik hazelnya berkaca-kaca tatap wajah Mahen, tangannya genggam erat tangan Mahen yang masih betah elus perutnya.

"Mana yang sakit, cantik? " Mahen semakin merapatkan tubuh mereka saat tangan Riky yang bergetar itu menunjuk dadanya.

"Di sini, sakit..., " bibir Riky bergetar samar, dan Mahen semakin dihantui perasaan bersalah. Ia tak bodoh, ia paham bagian mana yang Riky keluhkan sakit.

"Kakak minta maaf, maaf cantik, " nyatanya Mahen tak punya kata lain selain permohonan maaf.

༶•┈┈⛧┈♛❃♛┈⛧┈┈•༶

"Kamu yakin enggak di rumah aja? "

Riky menggeleng pasti, "di rumah Aku nggak ngapa-ngapain Kak, bosen. Kakak udah gantiin Aku di kafe, jadi biarin Aku tetap bantu-bantu di Day Care ya? Aku masih mau jagain anak-anak di sana. "

Mahen tampak ragu, ia khawatir, dan kekhawatiran itu bukan tanpa sebab. Minggu lalu saat mengantar Riky kontrol, Dokter mengatakan jika kondisi Riky masih terlalu rawan.

"Tapi kalau ngerasa capek jangan dipaksain ya? "

Riky mengangguk kecil, Mahen mengulas senyum tipis sembari menepuk puncak kepala Riky pelan.

"Ayo berangkat, " Mahen menyodorkan telapak tangannya ke arah Riky yang terdiam sesaat. Si manis dengan ragu menyambut uluran tangan Mahen.

"Nanti pulangnya Kakak jemput, jangan kecapekan, "Mahen berpesan sebelum beranjak pergi menuju tempat kerjanya, Riky yang ditinggalkan di depan bangunan Day Care masih memandang punggung Mahen yang mulai menjauh.

" Kak Mahen, maaf..."

༶•┈┈⛧┈♛❃♛┈⛧┈┈•༶

"

Kakak Cantik! Liat gambal Juan!! "

Riky yang semula sibuk membersihkan meja yang penuh mainan itu menoleh ke arah pemanggilnya.

"Bagus sekali, Juan gambar siapa aja itu? "

"Ini Papa, Mama, telus yang ditengah Juan! "

Riky memperhatikan hasil gambaran Juan, cowok manis itu tersenyum kecil, gambaran Juan sedikit membuatnya diserang rasa rindu pada keluarganya. Andai saja keluarganya adalah keluarga yang harmonis.

"Juan, " seorang wanita berusia kisaran 25 tahun keatas itu melongokkan kepalanya di ambang pintu ruangan, Riky menoleh kemudian mengulas senyum manis.

"Mama!!" Juan berlari ke arah wanita dengan setelan formal yang dengan segera membalas pelukan putranya.

"Maat Riky, Saya telat jemput Juan jadinya Kamu pulang telat juga. "

Riky menggeleng sopan, " tidak apa-apa, Saya tidak keberatan. "

Riky selesai mengunci pintu saat suara yang akhir-akhir ini jadi familiar di telinganya terdengar.

"Cantik, " Mahen tersenyum saat Riky menoleh, cowok itu hanya berfokus pada istri manisnya dan tak menyadari kehadiran Juan dan Ibunya.

"Kak Mahen, udah lama? " Riky tersenyum tipis.

Mahen menggeleng, dan cowok itu baru menyadari sosok lain yang berada disebelah Mahen, cowok itu mau tak mau mengangguk sopan kearah Ibu Juan.

"Pacar Kamu, Riky?" Ibu Juan tersenyum menggoda, dan Juan yang berdiri di antara Riky dan Ibunya hanya menatap Mahen polos.

Riky tersenyum menanggapinya, pipi gembilnya tampak memerah samar, buat Ibu Juan terkekeh.

"Tadinya mau Saya antar pulang, tapi kayaknya Kamu mau pulang sama Pacar Kamu, " tutur Ibu Juan yang kini mengangkat Juan untuk digendong.

"Terimakasih ya udah jaga Juan, saya pulang dulu, " Ibu Juan pamit undur diri, tersenyum ke arah dua remaja yang membalas senyuman wanita itu.

"Dadah, Kakak Cantik! Besok temenin Juan sama Sena main lagi ya!" Juan melambai dengan semangat ke arah Riky.

"Dadah, Juan, " Riky melambai kecil.

"Capek? "

Riky menggeleng kecil, cowok manis itu biarkan Mahen elap keringat di kening dan pelipisnya dengan sapu tangan.

"Riky seneng hari ini! "

Mahen terkekeh mendengar seruan Riky yang terdengar penuh kegembiraan, cowok manis itu bahkan melompat kecil dan Mahen tentu dengan segera menegurnya.

"Cantik, jangan lompat-lompat, bahaya, " Mahen tarik pinggang ramping Riky pelan, menghentikan suami manisnya supaya berhenti melompat.

"Maaf, " Riky meringis kecil. Kebiasaannya, sulit dihilangkan.




Tbc

This Story [Heeki]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang