04

1.3K 111 7
                                    

Mahendra terjengit bangun dari tidurnya saat suara benda pecah menabrak lantai terdengar keras dari arah luar kamar. Cowok itu mengerjapkan mata beberapa kali sebelum akhirnya beranjak keluar kamar guna hampiri asal suara.

"Euh— maaf Aku ganggu tidur Kak Mahen, " Riky meringis kecil, merasa bersalah karena di hari minggu ini ia membuat kegaduhan yang membuat suaminya terganggu.

"Mau buat apa? " Mahen ambil alih sapu dan pengki dari tangan si manis, mengajukan diri untuk membersihkan pecahan gelas di lantai dapur.

"Susu, " Riky menjawab dengan suara kecil, hampir-hampir tak terdengar. Cowok manis itu masih berdiri dibelakang Mahen dengan tangan yang bertaut gelisah.

"Kamu emang selalu ceroboh ya? "

Mahen sebenarnya bukan orang yang terlalu perhatian pada orang-orang disekitarnya, tapi ini tentang Riky Nareswara, suami manisnya. Mahen harus perhatikan segala detail terkecil sekalipun Riky tak pernah memintanya.

Riky itu ceroboh, sering tanpa sadar lukai diri dengan kelakuannya sendiri. Sudah berapa kali si manisnya terluka karena kecerobohan sendiri.

Tapi seberapa ceroboh suami manisnya ini, Mahen tahu jika Riky adalah sosok mandiri yang mau tak mau melakukan semua hal sendiri, Riky hidup sendirian selama ini dan Mahen tengah mencoba supaya Riky tak selalu melakukan semua hal sendirian.

"Maaf, tadi Aku mau ambil panci di atas dan nggak sengaja gelasnya kesenggol, "Riky masih perhatikan gerakkan Mahen yang kini tengah membungkus pecahan gelas dengan kain sebelum membuangnya ke tempat sampah.

"Duduk cantik, " pinta Mahen, cowok itu menarik salah satu kursi meja makan, membantu si manis duduk.

"Lain kali hati-hati. Kalau sekiranya butuh bantuan panggil Kakak. "

Riky mendesis sakit, dia tak sadar jika tangannya terkena pecahan gelas. Oke, mata Mahen begitu jeli.

"Kemarin ini juga baru kena pisau, " Mahen berdecak risau, haruskah ia mengurung Riky saja di kamar? Supaya suami manisnya ini tidak terlibat dengan hal-hal yang membuatnya mendapat luka.

Sepanjang Mahen suarakan kerisauan, Riky hanya diam dan mendengarkan, tak ingin jadi sosok denial yang berpura-pura, Riky akui ia dibuat nyaman dengan segala afeksi kecil maupun besar yang Mahen beri. Dadanya menghangat saat suara lembut Mahen menyapa rungunya, dan entah bagaimana, secerah kekosongan dingin di hatinya perlahan memudar sebab Mahen nampaknya telah berhasil mengisi kekosongan itu.

Tapi mengesampingkan soal rasa nyaman, nyatanya Riky lebih takut jika pada akhirnya segala kepedulian Mahen hanya kedok semata untuk menebus dosanya. Riky hanya tak siap jika ekspektasinya dihancurkan lagi oleh semesta sebagaimana hidupnya yang penuh masalah.

"Duduk aja disini, Kakak yang buatin susu, " usai mengobati luka Riky, Mahen beranjak rebus air untuk buatkan suami manisnya susu, dan sepanjang kesibukan itu Mahen tak berbicara sama sekali, cowok itu biarkan keheningan liputi mereka berdua.

"Makasih, " Riky berucap pelan setelah Mahen letakkan segelas susu dan sepiring pancake yang beberapa saat lalu Riky buat. Riky hampir lupa bahkan jika ia sudah buat pancake.

"Kak Mahen mau? " Riky sodorkan potongan pancake ke arah Mahen yang duduk di sebelahnya.

Mahen tersenyum, tangannya terulur untuk mengelus helaian rambut Riky yang masih berantakan. Mahen tebak cantiknya ini terbangun pagi karena merasa lapar.

Tanpa berucap Mahen buka mulutnya, terima suapan dari si manis.

"Kak Mahen mau Aku buatkan? Aku bisa buatkan lagi. "

Mahen menggeleng, ia lebih pilih perhatikan Riky makan sarapannya, sesekali jemarinya mengusap lembut sudut bibir Riky yang dihinggapi sisa makanan.

༶•┈┈⛧┈♛❃♛┈⛧┈┈•༶

Mungkin bagi Riky ini semua terlalu tiba-tiba, kejadian yang menimpanya jelas jauh dari pemikiran tentang hidupnya— oh, jangankan untuk memikirkan hal-hal di masa depan, Riky terlalu sibuk memikirkan cara bagaimana supaya ia tetap hidup dan waras di esok hari.

Mahendra Wijaya Lesmana jelas tak pernah jadi bagian dari pemikiran sebelumnya, mau bagaimanapun, sosok Mahen terlalu tiba-tiba memasuki kehidupannya— bahkan dengan cara yang salah.

Awalnya Riky kira hidupnya akan berakhir begitu saja saat Dokter menyatakan ia mengandung, kehidupan yang ia hadapi akan jadi lebih sulit karena harus tanggung kehadiran sosok lain yang sejujurnya tak ia inginkan. Pemikiran untuk gugurkan saja bayi yang bahkan belum terbentuk itu bahkan sudah mampir di kepalanya, tapi sisi warasnya tampar dirinya, jika ia benci pada bayi ini bukankah itu berarti dia sama jahatnya seperti Ibunya yang kini pergi entah kemana?

Setidaknya, Riky tak ingin bayi ini jadi seperti dirinya, dibuang Ibunya.

Tapi Riky sendirian, ia tak punya tempat untuk bersandar, lalu bagaimana caranya ia besarkan bayi ini sendirian? Meminta pertanggungjawaban Mahen pun ia takut.

Aneh jika Riky tak mengenal sosok Mahen, meski tak terlalu mengenal dengan baik, semua orang tahu Mahendra itu aset milik Sekolahan. Kepintaran Mahen jelas bukan hanya bualan, semua orang tahu itu. Dan Riky rasa ia dan bayinya hanya akan rusak reputasi bersih Mahendra.

Riky stres pikirkan hal-hal itu.

Hal yang tak ia duga lagi, Mahen sendiri lah yang akhirnya datangi, janjikan tanggungjawab hingga akhirnya Riky lihat sendiri bagaimana marah dan kecewanya orang tua Mahen.

Terbiasa pikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk agaknya berhasil rusak sisi kewarasan otaknya, Riky berpikir buruk soal Mahen. Berpikir jika Mahen hanya merasa harus bertanggungjawab pada anaknya dan mungkin sewaktu-waktu Riky akan dibuangnya. Dan jujur ini nyaris membuatnya gila.

Nyatanya yang terjadi diluar perkiraan, Mahen jaga dia lebih dari apapun, perlakukan ia seolah Mahen punya cinta untuknya. Riky tidak sepenuhnya tutup mata, ia tahu Mahen selalu peluk dia erat saat mimpi buruk hadir dalam tidur malamnya, semua effort Mahen jelas buat Riky tanpa sadar luluh.

Riky benci Mahen yang merusaknya, tapi dengan Mahen dia merasa lebih dicintai.

Tbc

This Story [Heeki]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang