11

1.1K 98 7
                                    

Minggu sore, Riky tampak sibuk melipat pakaian dan menatanya di lemari dengan rapi, Mahen berada di ruang tamu sibuk mengotak atik laptopnya.

Sebulan lalu setelah kunjungan mereka ke rumah orang tua Mahen, Mahen diberi kepercayaan oleh Ayahnya untuk mengambil alih pekerjaannya di kantor editor.

Yah setidaknya Ayah tak benar-benar memutuskan hubungan dengan putra satu-satunya itu.

"Pengen bakso..., " Riky tiba-tiba menggumam, tangannya masih sibuk menata baju sedang bibirnya tampak mengerucut lucu.

"Mau bakso, " cowok manis itu menggigit bibir bawahnya, sesegera mungkin selesaikan pekerjaannya.

"Kak Mahen, " Riky sembulkan kepalanya di antara celah pintu kamar, intip kegiatan suaminya.

"Hmm? " Mahen menggumam, jemari cowok itu masih menari di atas keyboard laptop.

"Kak Mahen, sibuk? " si manis ambil langkah dekati Mahen.

"Kenapa? Mau apa?" tanya Mahen segera setelah mengalihkan perhatian pada istri manisnya.

"Aku—"

Riky tampak ragu, dan Mahen menunggu dengan sabar, menarik si manis untuk duduk di pangkuannya.

"Kenapa? " ulang Mahen, cowok itu sepenuhnya letakkan laptop ke atas meja, tangannya ia pakai untuk rangkul pinggang istri manisnya sesekali elus perut yang mulai membesar.

"Aku pengen makan bakso..., " bergumam lirih, Riky alihkan pandangannya kemanapun, tak mau membalas tatapan Mahen.

"Kok Kakak ketawa? " bahu Mahen dipukul main-main, wajah Riky tampak sedikit memerah malu.

"Lucu, " Mahen gemas dengan tingkah malu-malu istri manisnya. Dan oh, sepertinya ini baru pertama kali Riky berani mengatakan langsung keinginannya— kemarin-kemarin Mahen perhatikan Riky selalu malu untuk meminta sesuatu dan memilih diam saja sampai akhirnya Mahen menyadarinya sendiri.

"Kak Mahen, " Riky cemberut, sedikit merengek. Rasanya hari ini ia ingin manja pada Mahen.

Mahen lagi-lagi terkekeh, cowok itu kecup acak wajah manis istrinya. Gemas.

"Mau ikut apa dimakan di rumah aja? "

"Mau makan di rumah aja. Mau es krim juga Akuuuu," Riky tampilkan barisan rapi giginya, bentuk senyuman kotak khasnya.

Aduh, tolong Mahen. Beri cowok ini oksigen.

༶•┈┈⛧┈♛❃♛┈⛧┈┈•༶

"Cantik, pesanannya udah datang, " Mahen berjalan menuju dapur setelah menutup pintu dan lempar asal kunci motor ke atas meja ruang tamu. Masih dengan jaketnya, Mahen mulai siapkan mangkok ke atas meja makan.

"Awas panas, " Mahen sangga dagunya dengan tangan, perhatikan istri manisnya yang mulai sibuk dengan makanan favoritnya.

"Kakak Mau? " Riky masih dengan pipi penuh, sodorkan se tusuk pentol ke arak Mahen.

"Udah kenyang loh Aku, kan habis makan juga bareng Kamu tadi, " Mahen menolak, memilih sibuk usapi sudut bibir Riky yang dihinggapi sisa makanan— kebiasaan Mahen.

Riky tiba-tiba berhenti makan, "bener juga ya, tadi kita habis makan dan Aku malah pengen bakso. "

Mahen terkekeh, "nggak apa makan lagi, biar sehat. "

Riky mengangguk kecil, kembali sibuk dengan isi mangkoknya. Mana peduli dia jika berat badannya naik, yang penting keinginannya makan bakso terpenuhi.

Mahen tersenyum, perhatikan bagaimana Riky tampak anteng dan fokus pada makanannya, perhatikan pipi gembil istri manisnya yang tampak penuh saat mengunyah.

Cantik. Apapun yang Riky lakukan selalu tampak cantik dimata Mahen, Riky dengan segala kepribadian sederhananya tampak manis meskipun Riky sendiri tak menyadarinya.

Ah, rasanya Mahen benar-benar jatuh, terjun dengan bebas.

Dan Mahen harap, Riky siap menyambutnya di dasar nanti.

Eh, boleh kah dia mengharap Riky juga rasakan kenyamanan saat bersamanya?

Tbc

This Story [Heeki]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang