15

1.1K 105 19
                                    

"Emang lo nggak apa keluar gini?"

Riky memiringkan kepalanya sedikit, merasa tak paham dengan pertanyaan dari Satya.

Satya yang ditatap polos begitu mendengus, "nggak dimarahin Kak Mahen?"

Riky meringis kecil, si manis itu sebenarnya cukup heran dengan sikap khawatir Mahen yang akhir-akhir ini terasa berlebihan, Mahen banyak melarangnya melakukan banyak hal, dan itu buat ia merasa bosan.

"Sssttt, jangan bilang-bilang Kak Mahen ya, plissss," Riky menempelkan jari telunjuknya didepan bibir, menyengir lebar dengan kerlingan mata jahil khasnya.

Satya lagi-lagi mendengus, cowok berambut pirang itu hapal betul bagaimana sifat Riky yang sedikit jahil dan lumayan menyebalkan.

Ah, dia jadi rindu dijahili Riky saat di kelas, entah itu mengganggunya saat tengah menulis tugas atau mencoret keningnya dengan spidol saat ia tertidur. Oh jangan lupa saat mereka menjaga anak-anak kecil di play date saat sore hari.

Satya jadi merasa sedih, Riky sudah banyak merasakan sakit, namun agaknya Tuhan masih ingin mengujinya lagi dengan hadirnya nyawa baru saat Riky sendiri tak menginginkannya.

Tapi melihat bagaimana Mahen perlakukan Riky, Satya harap Mahen bisa jadi tempat pulang untuk Riky.

"Anakku kata Dokter cowok," celetukan Riky buyarkan lamunan Satya, cowok itu menoleh tertarik.

"Mau dikasih nama siapa?"

Riky mengelus perut besarnya sebentar sebelum membalas tatapan Satya.

"Ntah, Kak Mahen lagi bingung nyari nama yang cocok," jawab Riky dengan endikan bahu.

"Awas!"

Riky kaget saat tubuhnya tiba-tiba didorong kesamping, hampir menyentuh tanah dengan keras jika saja sebuah lengan tidak segera menangkap tubuhnya yang limbung ke samping.

"FUCKK, LIAT-LIAT BEGO!"

Satya berdiri, tangannya melempar batu yang dipungutnya dengan emosi ke arah mobil yang baru saja hampir menabrak Riky jika ia tak segera mendorong si manis kesamping.

Masih dengan napas terengah akibat emosi, Satya tampilkan jari tengahnya ke arah mobil yang mulai menjauh.

"Gue bilang hati-hati, Riky," Seano, si penolong Riky yang hampir jatuh itu bergumam, menatap mobil yang masih diumpati Satya dengan mata tajamnya.

"Kak Seano?" Riky terkejut.

"Orang tolol, udah ada jalan masih aja meleng," Satya masih mengomel, tak menyadari jika ia punya luka di lengannya.

"Satya, Kamu luka...," Riky meraba lengan Satya dengan gemetar, cowok manis itu hampir menangis. Ini salahnya karena memaksa Satya menemaninya jalan-jalan.

"Eh— nggak papa, cuma dikit, jangan nangis plisss," Satya ikut panik, jemarinya mengusap air mata Riky yang tiba-tiba sudah deras basahi pipi gembilnya.

"Gue nggak papa, jangan nangis...," Satya mengusak rambut Riky gemas. Lagipula jika ia tak segera gantikan Riky untuk berdiri di trotoar, pasti Riky akan tertabrak. Ia tak mau Riky kenapa-napa.

"Kalian duduk dulu," Seano menarik keduanya untuk duduk di kursi emperan toko, mengobrak-abrik tasnya dan mengeluarkan kapas dan plester luka.

"Gue cuma punya ini."

Riky tanpa basa basi menyambar dua benda itu dari tangan Seano, membuka air mineral yang tadi sempat ia beli sebelum kejadian untuk membasuh luka di lengan Satya.

Masih dengan tangan gemetar, Riky tetap membersihkan luka Satya dengan kapas kemudian menutupnya dengan plester luka.

"Maaf," Riky menatap Satya dengan mata berkaca-kaca. Cowok manis itu memang gampang begini, tak bisa jika melihat orang terdekatnya terluka, apalagi Satya tadi juga dalam bahaya, bisa saja cowok itu tertabrak betulan, bukan hanya terserempet sedikit.

"Nggak papa Riky, kalau Gue nggak disana nanti lo ketabrak, gue nggak mau lo sama calon ponakan gue kenapa-napa," Satya memberi Riky sebuah pelukan sayang, menghujani cowok manis yang tengah menangis itu dengan kecupan ringan di puncak kepalanya.

Satya itu sayang Riky seperti seorang kakak yang menyayangi adiknya.

༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶

Mahen menghembuskan napas berat setelah sambungan telepon dimatikan oleh orang diseberang panggilan, menatap langit-langit kamar apartemen dengan perasaan khawatir yang terus-terusan berkecamuk.

"Cewek itu licik, bener-bener kotor."

Mahen ingat jelas ucapan Seano beberapa saat lalu. Oh tentu saja ia tahu tentang kejadian sore tadi, siapa pelakunya dan siapa yang menjadi target. Mahen tidak sebodoh itu.

"Maaf," Mahen elus lembut rambut Riky yang mulai memanjang, bubuhkan kecupan ringan pada kening si manis yang tengah tertidur pulas.

Mahen mulai pertanyakan, bisakah ia melindungi Riky dan Anak mereka untuk seterusnya?


Tbc


Hiii sorry telatt

Ak lagi sibuk :v (halah) padahal pulsek jam satu

Tapi jam tiga Aku sibuk di Day Care sama ngajar anak les sampek jam enam😔 sisanya ketiduran😭🙏 awokawok

This Story [Heeki]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang