10

1.2K 102 0
                                    

"Ngapain? "

Riky terjengit kaget, secepat kilat menoleh ke asal suara dan temukan wajah mengantuk Seano yang kini berjalan mendekati kulkas.

"Ambil air, " jawab Riky seadanya.

"Oohh, " Seano mengangguk sebagai respon, cowok itu meminum air dingin yang baru diambilnya dari kulkas.

"Hati-hati."

Riky memasang wajah bingung, tak faham dengan peringatan yang baru saja Seano lontarkan sebelum beranjak pergi.

"Maksudnya? "

༶•┈┈⛧┈♛❃♛┈⛧┈┈•༶

"Mau Papa hiks— huaaa... "

"Sena, sayang, " Riky tahan tubuh mungil Sena yang terus-terusan bergerak liar— khas bocah tantrum biasanya.

"Papa, hiks... Papa! "

"Iya, nanti Sena dijemput Papa, sekarang Sena main kereta api lagi yuk kayak tadi sama Juan, " Riky peluk Sean sembari beri elusan lembut pada punggung bocah lima tahun itu, cowok manis itu masih berupaya membujuk Sena supaya berhenti menangis.

"Sena ayo main lagi, " Juan berucap dari depan teras, tangan bocah itu memegang sebuah mainan kereta api.

"Tuh Juan mau main lagi, ayo Sena ikut main yuk, " si manis genggam jemari Sena supaya ikuti langkahnya kembali ke depan teras, namun Sena tampaknya tak ingin beranjak, bocah itu malah merentangkan tangannya, minta di gendong.

"Gue aja yang gendong, nanti gue kena marah Kak Mahen kalau biarin istri cantiknya gendong bocah padahal lagi hamil, " Satya— salah satu tenaga pengasuh di Day Care, menggantikan Riky untuk menggendong Sena.

Riky meringis, menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali.

"Kamu tumben udah datang? " Riky mengganti topik.

"Pulang pagi, " Satya itu masih satu angkatan dengan Riky dan Java, biasanya Riky dan Satya datang bersama ke Day Care setelah jam pulang Sekolah.

"Lo sendiri, dari pagi? " Satya balik bertanya, dan Riky yang kini sibuk menemani Juan dan Sena bermain itu hanya mengangguk kecil.

"Eh— jangan dorong-dorong temennya gitu, " Satya berlari ke arah bocah-bocah yang tampaknya tengah bertengkar, Riky memperhatikan temannya yang sibuk menengahi bocah-bocah itu.

"Kenapa? Revan mau apa? " Riky bertanya dengan nada lembut saat pundaknya di pegang oleh sepasang tangan mungil, bocah yang ditanyai hanya menampakkan giginya sambil mengangkat mainan mobil-mobilan di tangannya.

"Sini, main disini— loh, kok dilempar? " Riky menggeleng sebagai isyarat tidak boleh saat Revan tiba-tiba melempar mobil-mobilan yang dipegangnya ke arah salah satu temannya.

"Revan, hey, enggak boleh gitu ya...," Riky genggam kedua tangan Revan yang tak bisa diam.

Revan itu istimewa. Umurnya memang sudah memasuki lima tahun, namun kondisi mentalnya masih seperti anak usia dua tahunan. Revan belum bisa berbicara dengan baik, sebab dirumah bocah itu dibiarkan bermain ponsel tanpa di ajak melakukan hal lain.

Dari sini lah Riky tahu bahayanya membiarkan anak kecil memegang ponsel.

"Nggak mau, sakit. Revan nggak boleh gitu, " Riky menggeleng, menghentikan cubitan Revan.

Selain kendala bicara, Revan juga masih sering tantrum. Bocah itu akan mencubit siapa saja yang ada didekatnya saat merasa jengkel.

Riky sedikit menghela nafas saat Revan mulai menangis, tantrum.

'Yang satu baru aja berhenti, ' batin Riky yang kini mengelus kepala Revan yang menangis keras.

༶•┈┈⛧┈♛❃♛┈⛧┈┈•༶

"Kak Mahen, ngantuk, " Riky berbisik dalam perjalanan pulang mereka di dalam bus.

Mengasuh bocah-bocah kecil itu melelahkan, apalagi kondisinya sekarang tengah membawa nyawa tambahan didalam perutnya, Riky jadi merasa tambah lelah.

Mahen elus lembut puncak kepala istri manisnya, bawa kepala itu bersandar di bahunya, "tidur aja nggak apa. "

"Ini kena apa lagi? " Mahen elus tangan kiri Riky, disana tampak lebam kecil dua hingga tiga biji.

"Tadi ada anak yang tantrum, " balas Riky dengan suara kecil.

Mahen menghela nafas, cowok itu lalu kecup satu-satu lebam di punggung tangan dan lengan Riky.

"Yakin nggak mau libur dulu? Anak-anak itu aktif, takutnya Kamu tambah capek, " Mahen jelas selalu merasa khawatir.

"Seminggu lagi ya? " Riky mendongak, tatap wajah Mahen dari bawah.

"Iya, " Mahen tak punya pilihan selain menyetujuinya.

Umur calon anaknya sudah empat bulan, dan Riky sudah mulai kewalahan dengan aktivitas yang biasanya ia lakukan, perutnya mulai menghalangi beberapa aktivitasnya.

"Hati-hati, " Mahen bantu Riky turun dari bus yang baru saja mereka tumpangi.

"Mau makan apa malam ini? " tanya Mahen, keduanya bergandengan tangan, berjalan menuju rumah susun peninggalan mendiang Ayah Riky.

"Bungeoppang."

"Itu camilannya, makan malamnya cantik, " Mahen terkekeh gemas.

"Terserah Kak Mahen aja. "

Satya

Pakek ini— lucu aja reaksinya😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pakek ini— lucu aja reaksinya😭

This Story [Heeki]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang