Chapter 9

817 90 15
                                    

⚠️⚠️ANDA BERADA DI ZONA BAHAYA YANG MUNGKIN MENYEBABKAN KETIDAK NYAMANAN BAGI BEBERAPA PEMBACA⚠️⚠️

.

Ketika dia terbangun, langit sudah gelap, yang untungnya setelah dia menculik Jisoo dan mendapati jika ponselnya tertinggal di tempat kerjanya dia sekalian mengambil cuti beberapa hari dengan alasan keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda.

Dia bangun dan berniat untuk mencuci wajahnya, namun tak sengaja dia menjatuhkan sebuah kaleng berbentuk kotak.

Dia membungkuk dan mengambil kaleng kotak itu. Perlahan dia membuka tutup kaleng itu, yang ternyata isinya adalah sebuah buku kecil milik adiknya.

Dia membuka satu persatu lembar buku itu dan kembali meneteskan air matanya ketika membaca tulisan adiknya, hingga sampai pada beberapa lembar terakhir.

'Mungkin ini akan menjadi tulisan terpanjangku. Awal mula aku bertemu dengan sahabatku adalah ketika kami berada di jurusan yang sama, kami mulai mengobrol dan menjadi dekat, saat aku tahu kedua orang tuanya tiada, aku merasa jika aku dan dia cukup mirip.

Sahabatku sangat menyayangiku begitupun aku padanya, kami saling menyayangi layaknya saudara kandung. Dia lebih mirip seperti seorang ibu untukku, dia selalu membawakanku bekal yang enak dan merawatku seperti anaknya. Mungkin karena nasib kita yang sama.

Namun semua berubah ketika Minwoo, kekasihnya itu menggodaku. Dan bodohnya aku malah menerimanya. Aku menerimanya karena jujur di dalam hatiku aku sangat iri pada sahabatku, meskipun aku taku jika Minwoo adalah pria brengsek. Kami menjalin hubungan diam-diam selama lebih dari dua bulan.

Kami bahkan sudah tidur bersama beberapa kali. Mungkin yang brengsek di sini bukan hanya Minwoo, tapi aku juga. Aku selalu iri pada kehidupan Jisoo yang padahal lebih sulit jika dibandingkan denganku, sebenarnya ada apa dengan diriku?'

Taehyung membalik lembar selanjutnya.

Hari xx tanggal xx seharusnya aku tidak menerima ajakan Minwoo ke bar, dia datang bersama beberapa temannya dan mencekokiku dengan beberapa alkohol hingga aku mabuk, saat itu aku tidak mengatakan apapun pada Jisoo karena saat itu puncaknya di mana aku memiliki hubungan perselingkuhan dengan kekasihnya.

Minwoo dan beberapa temannya membawaku ke sebuah hotel dan melakukannya di sana secara bergiliran, mereka juga tak memakai pengaman, Minwoo yang melakukannya pertama dan di susul oleh beberapa temannya.

Saat aku setengah sadar mereka kembali mencekokiku dengan alkohol yang diberi sebuah obat, aku tidak tahu obat apa itu, tapi setelah melewati tenggorokanku rasa panas menjalar di tubuhku, napasku menjadi berat dan juga panas, lalu setelahnya aku tak sadarkan diri.

Saat sadar, aku sudah berada di rumah sakit dan di sana aku melihat Jisoo menangis tersedu-sedu, aku terkejut ketika ternyata Jisoo sudah mengetahui semuanya sejak seminggu yang lalu, tetapi dia masih mau menemani dan mengurusku dengan sangat baik, alasan Jisoo menangis karena dokter mengatakan bahwa aku sedang mengandung.'

Taehyung kembali membalik lembar selanjutnya.

'Aku menceritakan semuanya setelah satu minggu sejak kejadian itu, dia marah dan hendak melaporkan Minwoo ke polisi, tapi aku melarannya, sejak saat itu aku menjauhinya. Banyak pesan dan telepon yang datang dari Jisoo dia bahkan beberapa kali mengunjungi apartemenku dengan raut wajah khawatir.

Sampai saat ini aku menulis ini, dia masih terus menghubungiku.

Kenapa dia masih bersikap baik padaku? Kenapa dia tidak memaki dan menjauhiku? Kenapa dia tidak memukulku? Kenapa dia justru malah memperlakukanku jauh lebih baik setelah tahu aku sedang mengandung? Padahal anak ini hasil dari hubungan gelap sahabat dan kekasihnya, ada apa dengannya?'

Her Last Desire | VSOO | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang