[02] Anxiety

151 13 1
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

10 tahun lalu, musim semi.

Seorang gadis kecil terdiam dengan tangan-tangannya yang mungil sedari tadi mencengkram pintu shoji. Gelagatnya seperti orang yang tengah bersembunyi; ia mengintip ke dalam, melirik ke kanan dan kiri, lantas menempelkan sebelah telinganya ke kertas pintu shoji.

"Seorang anak perempuan tak bisa mewarisi klan!"

Tubuh mungilnya agak bergetar saat suara tajam yang membentak itu memasuki pendengarannya dengan cepat. Perlahan ia mundur, menjauh dari ruangan yang menjadi sumber rasa kepenasaranan sekaligus, ketakutan yang menyergapnya.

Tanpa disadari, ia bergerak tanpa melihat siapakah gerangan seorang anak lelaki yang berdiri mematung, memperhatikan setiap gerak-gerik mencurigakan si gadis kecil.

Saat punggungnya yang mungil merasakan sebuah tubuh yang sama kecilnya dengannya, ia melirik ke belakang, dan tubuhnya hampir saja terlonjak kaget saat ia melihat seorang anak lelaki dengan jaket merah mencolok, menatap malas dirinya.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

"N-Nori ..."

Kuze Aeri, cucu pertama pemimpin yakuza Kuryu, Kuze Ryushin, akhirnya tenang saat melihat sosok lelaki yang ia anggap sebagai teman tepercayanya. Hyuga Norihisa, merupakan putra bungsu dari klan Hyuga dari Kuryu, cabang dari klan keluarganya.

"Jangan mencari masalah lagi."

Rambut pendek yang dihiasi oleh bando itu menggeleng pelan menatap Norihisa yang tingginya tak jauh berbeda dari dirinya.

"T-tidak! A-aku .."

"Sudahlah, ayo pergi. Untuk apa kau berdiam diri di sini?"

Seperti biasa, meski usia Norihisa sendiri terbilang masih sangat muda—keduanya berbeda usia empat tahun—pribadinya terlalu dewasa untuk ukuran anak baru masuk SMP. Ia selalu tak menunjukkan minat terhadap apa pun, ataupun ekspresi berlebihan yang biasanya anak seusianya tunjukkan.

Dengan gerakan cepat, Aeri menangkap sebelah tangan Norihisa yang baru saja si lelaki sakukan ke dalam jaketnya. "Mau ikut!"

Si anak lelaki hanya menghela napas, lantas tanpa menjawab apa pun mulai melangkah diikuti kaki kecil Aeri yang berjalan dengan cepat mencoba mengimbangi kecepatan Norihisa. Keduanya tampak seperti sepasang boneka bernyawa yang serasi saat dipandang dari jauh.

KAZINO [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang