[11] Start The Mission

59 1 0
                                    

Pembaca yang baik tahu bagaimana cara menghargai penulisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pembaca yang baik tahu bagaimana cara menghargai penulisnya.

"Dalam hukum rimba, hanya ada dua cara bagimu untuk hidup. Dimakan, atau memakan. Kehidupan ini penuh dengan ketidakadilan. Kuatkanlah dirimu."

Kutipan tersebut mengiang sejenak di dalam kepala Aeri sebelum ia menutup buku filsafatnya sambil memijit pangkal hidung. Selama beberapa bulannya di SMP, tak ebgutu banyak kegiatan membahagiakan yang biasanya anak remaja lakukan; nonton bioskop, belanja ke mall, atau minum kopi di kafe. Semua ini sebab Aeri yang akhirnya memutuskan untuk mengisolasi diri. Toh, meski tidak pun, tak ada satu pula yang mau mendekatinya. Lantaran, titel "Nona Muda dari Yakuza" itu.

Ia memandangi tangannya yang terlihat rapuh, macam apa yang dikatakan Norihisa. Mungkin keduanya akan hancur apabila gadis itu memaksakan diri untuk membawa banyak tumpukkan buku. Namun, Aeri diam-diam menyimpan ambisinya, ia yakin banyak kekuatan yang berkobar dalam diri setelah berbagai hal yang dialaminya. Sudah terlambat untuk takut, sudah terlambar untuk mundur. Silih waktu berjalan, ambisi tersebut bak hendak membakar seluruh jiwa Aeri. Ia harus melakukannya, ia harus bertindak.

Suara geseran kursi pelan-pelan terdengar di sebelah kanannya, menoleh singkat mendapati seorang gadis sebayanya duduk menyimpan tas serta beberapa buah buku yang tampaknya sebentar lagi menggelosor jatuh menghantam karpet perpustakaan. Rambutnya yang bob pendek hampir membuat Aeri sempat berpikir bahwa gadis itu adalah boneka yang pernah ia lihat di supermarket tempo hari dulu. Terlepas dari hal itu, Aeri memalingkan wajahnya, tak mau kena ciduk ia memandangi seorang asing di sampingnya ini. Tidak sopan.

"Halo, Aeri, 'kan?"

Suara lembut yang bagikan siap meluluhkan kobaran api itu mengalun pelan di telinga Aeri. Ia reflek menoleh, setengah kaget dan malu bahwa gadis yang tadi dipikirannya ini adalah seorang boneka mengajaknya bicara duluan. Selain itu, gadis ini mengetahui namanya pula.

"I-iya ..."

"Kok sendiri saja?" Ia menoleh pada tumpukkan buku yang tampak rumit di kepalanya. Ia menyungging senyum. "Filsafat, keren sekali. Kutipan yang kusenangi adalah 'orang yang buta ketika bisa melihat kembali dunia, hal pertama yang ia tinggalkan adalah tongkat yang selalu menemaninya'. Ini seakan menunjukkan secara garis besar bahwa manusia kerap meninggalkan Tuhannya saat bahagia." Gadis ini tertawa miris/

Aeri memang tidak bisa menghindarkan rasa minatnya yang semakin tinggi bahwa gadis itu paham apa yang biasanya ia gemari. Ia buru-buru menahan dirinya agar terlihat lebih profesional. "Siapa?"

"Oh! Maaf, namaku Shinomiya Uchi. Aku mendengar banyak hal tentangmu, um Aeri-san," kata Uchi setengah ragu hampir menyebut Aeri dengan nama keluarganya.

KAZINO [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang