Novarino Adi Bagaskara, namanya begitu mencerminkan remaja 17 tahun ini. Kegigihan dan perfeksionisme melekat kuat dalam dirinya. Walau tak semua orang tahu, Novarino atau yang biasa dipanggil Rino itu cukup terkenal di kalangan siswa SMA-nya. Memiliki kriteria bak pemeran utama di cerita-cerita roman sekolah tak lantas membuat Rino mudah menjatuhkan hatinya. Alih-alih memikirkan kisah cinta, ia lebih tertarik mengisi masa remajanya dengan kegiatan 'bermanfaat'.
Seperti ungkapan buah jatuh tak jauh dari pohonnya, Rino yang juga seorang sulung benar-benar menuruni kekeraskepalaan Juan. Selain itu ia juga akan teguh dengan apa yang ia yakini selama menurutnya benar. Seperti sekarang, ia tak akan membiarkan para siswa baru menyepelekan aturan tanpa memandang siapa.
"Name tag-nya mana?" Tanya Sheila-panitia orientasi-dengan nada yang terdengar tinggi.
"Maaf, kak. Saya beneran lupa." Yang ditanyai hanya berusaha jujur.
"Lupa? Dari kemarin kan udah diingetin? Ngga baca?"
"Baca, kak. Tapi beneran saya lupa."
"Lo tau konsekuensinya 'kan?" Elias mengangkat pandangnya saat mendengar suara Rino menyahut.
"Tau, kak."
"Ya udah buruan ke lapangan sekarang." Rino tak membentak seperti Sheila. Namun setiap kata yang keluar dari mulutnya mampu membuat Elias terdiam.
Tungkai Elias ia bawa ke tempat yang diperintahkan abangnya. Ia memang teledor meninggalkan perlengkapan masa orientasinya. Berkali-kali tangannya menepuk jidat membodohi dirinya. Jika sudah seperti ini mau bagaimana lagi.
"Woi!" Elias menengok ke arah lelaki dengan pipi penuh di belakangnya. Jika dilihat-lihat anak itu juga dalam masa orientasi sama sepertinya.
"Kalo dipanggil jawab kek. Ngga budeg kan lo?" Elias meringis mendengar suara keras milik lelaki ini.
"Mana gue tau kalo lo manggil gue."
"Ya kan yang di koridor ini cuma lo, bambang."
"Gue bukan bambang."
"Hahahah nama lo siapa? Gue Raihan." Lagi-lagi Elias terkejut karena tawanya.
"Elias."
"Mau ke lapangan kan? Bareng dong. Apes banget gue ketahuan pake sepatu gini. Sepatu item gue udah jebol anjir." Keluh Raihan sambil menunjuk bawah.
Elias hanya menggeleng seraya tersenyum singkat menanggapi Raihan. Sepanjang jalan koridor dari aula ke lapangan teman barunya banyak mendumal perihal sikap panitia orientasi. Ia tak banyak menanggapi dan hanya sering terkekeh.
"Ayo cepetan itu baris sini!!" Lelaki bertubuh tinggi berteriak ke beberapa siswa yang kurang tertib.
"Silakan buat barisan satu saf!" Satu lelaki lainnya ikut berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pirau || Hwang Hyunjin ✔️
Fanfiction[End, Belum direvisi] Blurb: Semua sudah abu-abu sedari awal. Harusnya ia tak pernah takut untuk memijaki kehidupan ini sendiri karena sejak dilahirkan pun ia sendiri. . . . Ide cerita murni dari pemikiran sendiri. Apabila ada kesamaan penokohan, al...