Tanggal sudah memasuki minggu akhir bulan Agustus yang artinya sekolah telah berjalan lebih dari satu bulan yang lalu. Elias tetap pada pendirian sebelumnya, memilih menyendiri dan tak banyak bercengkrama dengan teman-teman sekelasnya. Raihan yang kebetulan terpisah kelas dengannya hanya akan menghampiri jika bel istirahat berbunyi.
Tatapan Elias fokus memandangi sketsa yang tengah ia kerjakan. Headphone sudah terpasang menutup rapat telinganya sejak datang pagi-pagi tadi. Dan perkara hubungannya dengan sang abang, Elias mengalah dengan berangkat terpisah dari Rino menggunakan ojek online atau bus kota.
"El, lo ikut ke lapangan ngga?" Tanya Mahesa teman sebangkunya.
"Hah?" Ia membuka headphone saat menyadari temannya telah datang dan meletakkan buku paketnya di meja.
"Ikut ke lapangan ngga?"
"Ohh... Materinya apa?" Tanyanya sembari membereskan buku gambarnya.
"Voli kata kelas sebelah."
"Ya udah gue ikut."
Mahesa yang semula mengambil tempat duduk di depan beralih menemani Elias. Ia tak punya alasan jelas, hanya saja melihat sikap Elias yang katanya anti social membuatnya semakin penasaran. Nyatanya duduk bersama Elias membuat Mahesa tahu kalau temannya ini tak sekaku yang orang-orang bilang. Elias memang tak banyak bercerita tentangnya, tapi pembicaraan dengannya selalu mengalir begitu saja.
Seluruh siswa kelas X A3 telah berkumpul di lapangan voli tak terkecuali Mahesa dan Elias yang datang akhir. Rino datang ke hadapan mereka atas perintah Pak Joko untuk menggantikan beliau di hari ini. Pemanasan dilakukan tak terlalu lama karena cuaca yang sudah terasa panas. Elias tetap mengikuti materi hari ini karena kebetulan hanya latihan teknik-teknik dasar.
"Lo yakin ngga papa, El?" Elias mengangguk menanggapi Mahesa.
Semua teman kelasnya telah mengetahui jika Elias mengidap asma, karenanya ia diizinkan tak mengikuti materi lari minggu lalu. Elias yang memang tak terlalu terbuka pada teman-temannya memilih tidak peduli pada reaksi tak mengenakkan tentang kondisinya. Hanya satu dua manusia yang peduli padanya—termasuk Mahesa.
"Santai, Sa. Cuma pukul-pukul doang mah aman." Senyumnya mengembang.
"Galang Raditya sama Harvey Elias!" Rino berteriak memanggil satu persatu siswa kelas adiknya untuk mempraktikkan teknik yang telah ia ajarkan sebelumnya.
Elias telah memposisikan dirinya untuk melakukan service-nya bergantian dengan Galang. Beberapa menit berlalu sejak praktik service dan passing. Tubuh yang sudah lama tak diajak berolahraga itu sedikit kepayahan dengan keringat yang sudah banjir. Elias sudah tak begitu fokus memukul bolanya untuk praktik smash karena batuk. Tanpa sengaja bola yang ia pukul tepat mengenai wajah Galang.
"Lo buta apa gimana?!" Galang mendorong keras Elias hingga terjatuh.
"Sorry, Lang. Gue ngga sengaja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pirau || Hwang Hyunjin ✔️
Fanfiction[End, Belum direvisi] Blurb: Semua sudah abu-abu sedari awal. Harusnya ia tak pernah takut untuk memijaki kehidupan ini sendiri karena sejak dilahirkan pun ia sendiri. . . . Ide cerita murni dari pemikiran sendiri. Apabila ada kesamaan penokohan, al...