"Manajemen 47!!!"
"Resonate!"
Sorak sorai kegembiraan tergambar pada wajah-wajah baru mahasiswa manajemen angkatan Rino yang baru saja selesai dilantik oleh kakak tingkat. Akhirnya mereka resmi bergabung dengan keluarga departemen manajemen setelah melewati masa ospek selama 1 semester pertama. Jalil—kawan baru Rino merangkulnya menjauhi teman-teman seangkatan yang tengah heboh membicarakan bahan jaket angkatan mereka.
Akhirnya ia berada di sini, di universitas impiannya walaupun tidak berada di program studi impiannya. Sesuai kesepakatannya dengan Laras dan Juan, Rino tetap menuruti keinginan keluarganya untuk mengambil jurusan yang sesuai dengan perusahaan nantinya.
"Gila cewek-cewek ribet banget." Keluh Rino sembari melepas jaket angkatan dengan warna dasar yang turun temurun dari angkatan atas. Angka 47 tersemat besar di lengan kanan sebagai pertanda mereka adalah angkatan itu.
"Kelar juga nih ospek sialan. Akhirnya ngga pake name tag lagi ke mana-mana."
"Kata lo biar terkenal, Lil." Goda Rino karena temannya itu selalu menggerutu jika ia takut semakin terkenal karena tugas wawancara kakak tingkat.
"Setelah dipikir, gue takut dihujat kalo salah tingkah."
"Ck. Ngga konsisten lo. Gue mau balik ke apart."
"Ngga ke burjo dulu?"
"Ngga."
Rino langsung beranjak ke parkiran fakultas karena hari sudah malam. Rangkaian pelantikan angkatan penuh drama benar-benar menguras tenaganya. Mobil yang ia kendarai melaju dengan kecepatan sedang menuju apartemen yang 2 bulan terakhir ini ia tempati.
Pada awal semester ia bersikeras ingin bolak-balik saja dari kampus dan rumah yang berjarak puluhan kilometer. Pikirnya ospek jurusan dan jam kuliah tak akan membuatnya kelabakan. Nyatanya ia menyerah di bulan kedua dan berakhir Juan membelikannya apartemen yang tak jauh dari kampusnya.
Ceklek
Gelap masih saja menutup pandangannya begitu memasuki unitnya. Rino melempar jaket dan tasnya asal. Ia ingin segera mandi dan bersiap-siap untuk pulang besok, padahal ia ingin pulang malam ini juga. Rino tak diperbolehkan Sania pulang malam ini. Selain karena waktu, Sania juga khawatir selama perjalanan terjadi hal yang tak Sania inginkan karena pasti Rino sudah kelelahan sebelum pulang. Jika sang ibunda sudah bertitah, maka ia tak akan bisa mengelak.
Wangi pepaya khas sabun mandinya menyeruak begitu Rino keluar dari kamar mandi. Ia langsung mengganti bathrobe-nya dengan piyama agar lebih nyaman saat bersiap. Beberapa pakaian yang sekiranya akan ia pakai saat di rumah pun Rino masukkan dalam tas. Tak banyak karena ia malas membawanya.
Di depan meja tempat ia biasa menggunakan skincare ia duduk. Sang ibunda memaksanya untuk merawat kulitnya agar tak rusak selama tinggal sendirian di sini. Rino tak juga melawan selama tetap terlihat tampan. Setelah selesai membersihkan wajah dan menggunakan krim malamnya, ia segera beranjak mengambil laptop di meja belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pirau || Hwang Hyunjin ✔️
Fanfiction[End, Belum direvisi] Blurb: Semua sudah abu-abu sedari awal. Harusnya ia tak pernah takut untuk memijaki kehidupan ini sendiri karena sejak dilahirkan pun ia sendiri. . . . Ide cerita murni dari pemikiran sendiri. Apabila ada kesamaan penokohan, al...