Netra sipit itu mengerjap berkali-kali kala terang cahaya dari arah jendela menembus. Kembali ia menarik napas panjang sebelum melepas masker yang membungkus mulut dan hidungnya. Elias mendesis pelan saat merasakan ngilu di tangan kanannya. Dengan susah payah ia bangkit dari tidur bertumpu pada tangan kiri. Pandangannya mengedar, rupanya Sania tengah tertidur di sofa. Semalam ia sempat terbangun namun tak menemukan siapapun di ruangan. Kesadaran yang pada dasarnya belum kembali sempurna membuatnya kembali tidur hingga pagi ini.
Tenggorokan yang terasa begitu kering memohon untuk segera dibasahi. Sejenak ia terdiam, Sania tengah tertidur pulas di sana, tak mungkin ia membangunkan sang ibunda hanya untuk meminta minum. Nyatanya perihal mengambil minum terasa lebih susah begitu direalisasikan Elias sendirian. Ia kira mengambil satu gelas air mineral di nakas akan jadi mudah, namun tangan kanannya tengah tak bisa diandalkan.
Pyaarr
Elias terkejut bukan main saat gelas yang hendak ia raih terjatuh begitu saja. Panik yang menyerang membuatnya melompat begitu saja dari ranjang hingga jarum infus yang menusuk punggung tangannya terlepas begitu saja meninggalkan jejak darah yang ikut keluar.
"Ya Tuhan, Elias!" Pekik Sania begitu terbangun.
"Maaf ..."
"Elias? Udah."
"Maaf hiks ..."
"Elias udah. Nanti bunda beresin."
"Maaf mama jangan pukul El ... Mama maaf hiks ..."
"Elias ini bunda, sayang. Ini bunda ..." Sania bangkit menekan tombol nurse call untuk meminta bantuan.
"Mama maaf El ngga sengaja ..."
"Tenang ini bunda, sayang. Ini bunda ..." Tenaga Elias yang memang belum terkumpul membuat Sania cukup mudah membawanya ke dalam pelukan. Ia tak berhenti menepuk pelan punggung sempit itu agar lebih tenang. Tangisan pilu Elias membuatnya ikut sesak. Kedatangan petugas medis tepat saat napas Elias kembali memberat dalam pelukan Sania.
Beberapa saat Sania menunggu dokter dan perawat menangani Elias di dalam. Sania masih tertunduk mengingat kejadian tadi. Ia sangat terkejut mendapati Elias yang sudah ketakutan menjumputi pecahan gelas yang mungkin tak sengaja ia jatuhkan. Apa yang membuat putranya begitu ketakutan hingga memohon agar tak dipukuli?
"Bu Sania," panggil dokter yang baru saja keluar dari ruangan Elias.
"Gimana keadaannya, dok?"
"Untuk keadaannya sudah lebih baik. Hanya saja saturasi oksigennya masih rendah. Satu yang belum bisa saya pastikan di sini," dokter Egy menggantung kalimatnya.
"Apa, dok?"
"Kondisi mental Elias. Saya tidak tahu masa lalu apa yang membuatnya trauma hingga ketakutan seperti tadi. Apa sebelumnya Elias pernah mengalami kejadian tidak mengenakkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pirau || Hwang Hyunjin ✔️
Fanfiction[End, Belum direvisi] Blurb: Semua sudah abu-abu sedari awal. Harusnya ia tak pernah takut untuk memijaki kehidupan ini sendiri karena sejak dilahirkan pun ia sendiri. . . . Ide cerita murni dari pemikiran sendiri. Apabila ada kesamaan penokohan, al...