Seperti janjinya, Juan benar-benar menunaikan perkataannya pada Elias tentang mengunjungi Rani. Mereka akan berangkat berdua sesuai keinginan Juan. Hal itu sempat ditentang Sania karena khawatir Juan tak akan sanggup jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Namun, dengan segala kalimat meyakinkan, Juan berhasil mendapat persetujuan Sania—asal ia bisa menjaga Elias selama bepergian hingga pulang dengan aman. Segala perlengkapan telah Nina siapkan sesuai perintah Sania; termasuk jaket tebal, selimut, obat-obatan Elias, syal, sarung tangan dan lain sebagainya.
"Banyak banget, mbak?" Tanya Elias saat melihat barang-barang yang Nina masukkan ke dalam satu tas.
"Biar aman sejahtera jalan-jalannya, mas."
"Kan nanti sore juga langsung balik?"
Nina terkekeh, "bukan masalah lamanya, mas. Ini semua demi keamanan mas Elias dan bapak. Besok 'kan sekolah, bisa ngga jadi berangkat kalo mas El ngga aman selama jalan-jalan."
"Makasih ya, mbak. Mbak Nina udah sarapan?"
"Santai, mas. Yang penting mas El aman. Buburnya udah? Kok ngga dimakan lagi."
"Udah, mbak. Makasih ..."
Mereka tak langsung bisa mengunjungi Rani keesokan harinya karena usai kejadian itu Elias diserang demam. Beruntung tak ada masalah serius dengan dirinya saat diperiksa. Ia hanya mendapat surat izin tak masuk selama 3 hari. Iya, seharusnya sehari setelah kejadian itu Elias bisa masuk sekolah andai demam tak mampir ke tubuhnya. Jadilah hari ini baru bisa mewujudkan keinginannya bertemu Rani dengan memanfaatkan sisa satu hari izinnya. Semoga saja tubuhnya bisa diajak bekerja sama selama perjalanan.
Elias tersenyum melihat wajahnya yang masih semu pucat. Ia tepuk pelan bibirnya agar wajahnya terlihat lebih segar. Usai merekatkan plester ke pipi tirusnya, Elias pakai beanie hitamnya untuk melengkapi outfit hari ini. Setelan kaos putih dan loose pants terlihat cocok di badannya meskipun kini terlihat lebih kedodoran. Sepertinya bobot tubuhnya memang banyak menghilang karena bukan hanya satu dua pakaian yang terlihat kebesaran di badannya. Tapi ia tak masalah dengan semua itu selama tubuhnya mau diajak kerja sama.
"Mbak, bagus ngga gini?" Tanyanya begitu melihat presensi Nina di ruang tengah. Acungan jempol darinya membuat sudut bibir Elias terangkat. Walaupun Mbak Nina tak menggunakan pakaian mahal, namun selera fashion-nya tak begitu buruk. Karenanya Elias sering meminta pendapatnya dalam memilih pakaian.
"Guanteng pol, mas. Mas El tu mau gimana-gimana juga udah cakep setelannya. Jadi mau koloran doang juga tetep keliatan ganteng."
"Mbak ..."
"Hehe beneran ini, mas. Mukanya mas El udah nyaingin artis-artis. Kalo mas El upload-upload fotonya mas El sendiri pasti banyak yang follow nanti. Kalo udah banyak follower kan bisa buka endorse, mas. Nanti saya yang jadi managernya mas El."
"Apaan sih, mbak!" Ada-ada saja batinnya. Untuk menemui orang yang ia kenal saja Elias harus mengumpulkan banyak keberanian, bagaimana caranya ia bisa menghadapi banyak orang yang tak ia kenal?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pirau || Hwang Hyunjin ✔️
Fanfiction[End, Belum direvisi] Blurb: Semua sudah abu-abu sedari awal. Harusnya ia tak pernah takut untuk memijaki kehidupan ini sendiri karena sejak dilahirkan pun ia sendiri. . . . Ide cerita murni dari pemikiran sendiri. Apabila ada kesamaan penokohan, al...