009

114 16 3
                                    

sabina mengecek jam di tangannya. ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 04:50 sore, tinggal 10 menit lagi menuju jam pulang kerja. ia melirik ke arah lino di sebelahnya yang terlihat masih fokus dengan pekerjaannya.

"lembur, no?"

"nggak, bi, ini dikit lagi beres kok," lino sekilas ikut melirik ke arah sabina, "kenapa? jadi pulang bareng lagi kan?"

"uhm.. gue.. mau minta tolong.." ucap sabina terlihat ragu.

"tumben segan banget? mau minta tolong apa?"

"minta tolong.. temenin gue.. dateng ke und--"

"undangan mantan?" sambar lino, menyelesaikan kalimat sabina dengan tepat.

"kok lo tau?"

"lo gak mungkin ragu-ragu gitu kalo cuma minta temenin ke undangan temen biasa."

sabina menggaruk tengkuknya canggung, "jadi.. gimana, no?"

lino menghentikan pekerjaannya lalu mengalihkan atensinya pada sabina yang masih terduduk di sebelahnya, "ayo aja, bi, asal niatnya bukan cuma buat manas-manasin doang."

"nggaklah," timpal sabina mencoba menghindari kontak mata dengan lino, agaknya sedikit salting.

"beneran nih? tapi kalo iya juga sebenernya gapapa sih, bi.."

"ngapain juga gue manas-manasin," jawab sabina yang akhirnya berani menatap balik mata lino, "gue cuma mau ngehargain undangan dari dia, no, tapi gue gak ada temen.."

"iyaa gue percaya kok, bi," lino tersenyum simpul, "terus undangannya kapan?"

"malem ini udah isya, sekitar jam 7an."

"lah? tapi kan gue gak nyiapin baju?"

"ya gapapa, pake baju ini aja," jawab sabina sambil menunjuk ke arah pakaian yang lino kenakan.

"beneran gapapa? kalo lo?"

"gue bawa baju ganti sih.. apa gue pake baju ini aja ya?" tanya sabina lalu menilik pakaian kerja yang ia kenakan.

"kenapa? udah matching ya kita?"

"satu kantor juga hari ini matching semua kali, no, kan emang dresscode jum'at warnanya abu item."

"iya juga sih.." kali ini giliran lino yang manggaruk tengkuknya canggung.

saat lino dan sabina sedang asik mengobrol, tanpa mereka sadari sang bapak manager tiba-tiba masuk ke dalam ruangan.

"kalian berdua cocok ya ternyata.."

lino dan sabina langsung menengok kaget ke arah manager mereka. keduanya langsung beranjak dari kursi masing-masing.

"e-eh, pak.." sapa lino dengan senyum canggung.

"belum pulang, pak?" tanya sabina bermaksud untuk basa-basi.

"ini baru mau. tadi saya iseng aja masuk kesini, pengen ngecek, eh ada kalian berdua," kata pak burhan, nama dari sang manager.

"oh iya, pak.. kita juga sama, baru mau pulang," timpal lino.

"ohh kalian berdua pulang bareng?"

sabina dan lino langsung menatap satu sama lain.

"cocok kok kalian. saya do'akan semoga langgeng sampai ke pelaminan ya sabina, lino. saya izin pulang duluan."

sang bapak manager melambaikan tangan lengkap dengan senyuman ramah lalu melenggang pergi meninggalkan ruangan kerja lino dan sabina.

sedangkan kedua sejoli yang dikira sang manager sedang berpacaran itu malah mematung sampai sosok pak burhan menghilang setelah masuk ke dalam lift.

"bi?"

lamunan sabina akhirnya pecah, "hah? kenapa, no?"

"kok tadi gak bilang amin?"

"DIEM."

 

 
***

kapan nikah? ; leeknow sinbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang