010

136 16 2
                                    

"udah?"

"udah."

"jangan lupa pegangan."

"iyaa, bawel."

sabina dan lino berbincang akrab sepanjang perjalanan menuju --yang katanya-- undangan mantannya sabina itu. mereka membahas berbagai topik yang bisa dibahas, termasuk tentang masa lalu sabina bersama sang mantan yang hari ini melepas masa lajangnya.

"rambut gue gimana, bi?" tanya lino  setelah turun dari motor dan melepas helm full face-nya.

sabina memperhatikan keadaan rambut lino untuk beberapa saat lalu mulai merapikan bagian rambut yang menurutnya agak berantakan.

"udah rapi?" tanya lino seraya masih menatap lekat sabina di hadapannya.

sabina mengambil satu langkah ke belakang lalu kembali memeriksa keadaan rambut lino.

"udah. kalo gue?"

"tenang, bi, lo mah cantik terus-- AW!"

satu cubitan keras langsung melayang ke lengan kanan lino.

"kenapa sih? orang gue cuma ngomong jujur juga."

sabina memutar bola matanya malas, "berisik, ayo cepetan masuk."

"yaudah sini," ucap lino sambil memberi isyarat kepada sabina agar menggandeng lengan kirinya.

awalnya sabina sedikit ragu, tapi tanpa pikir panjang ia pun bersedia mengalungkan lengan kanannya di lengan kiri lino. kemudian mereka berdua masuk ke dalam venue seraya berjalan berdampingan.

"rame banget, dia ngundang berapa undangan ya?" tanya sabina setelah melihat ratusan manusia memenuhi wedding venue yang cukup mewah itu.

"tadi lo bilang ayahnya kan pengusaha tajir, jadi kenalannya ya pasti banyak," timpal lino.

sabina yang introverted tentu saja merasa risih dan cukup tertekan karena harus berada di antara banyak manusia seperti ini. ia pun tidak bisa menyembunyikan ekspresi wajahnya yang mulai terlihat tidak nyaman.

"duh.."

ternyata lino menyadari hal tersebut. ia lantas melepaskan gandengan tangan mereka yang membuat sabina sedikit bingung. tapi kemudian lino langsung kembali meraih tangan kiri sabina dan mengenggam jemarinya erat. sabina refleks menengok dengan mata yang membulat.

"kita gak usah lama-lama di dalem, makan dessert aja terus nanti cari makan lagi di luar."

lino seperti baru saja berhasil membaca isi pikiran sabina. ia memang mulai merasa tidak betah. sabina pun mengeratkan genggaman tangan mereka yang membuat lino menoleh.

"tenang, kan ada gue. kita salaman dulu ya," kata lino lalu menyimpulkan senyum.

sabina hanya mengangguk pelan sambil terus mencoba menyamai langkah kaki lino.

"selamat ya, arga, semoga lo sama istri selalu dikasih kebahagiaan," ucap sabina kepada sang mempelai laki-laki seraya bersalaman.

"aamiin makasih banyak ya, bi, udah mau dateng. lo juga sama calon ya?" timpal arga, nama dari mantan sabina itu, melirik ke arah lino yang berdiri di belakangnya.

sabina hanya membalas dengan tawa pelan lalu beralih menyalami istri dari arga.

"selamat ya, bro, do'ain gue sama sabina biar bisa cepet nyusul," ujar lino sambil bersalaman dengan arga.

"wah iya siap, bro, kalian cocok! semoga segera nyusul ya."

"aamiin."

sabina bisa mendengar dengan jelas percakapan antara sang mantan dengan yang katanya 'calon'-nya itu yang tanpa sadar membuat senyumnya merekah.

setelah turun dari pelaminan, lino secara refleks mengalungkan tangannya di pinggang sabina, lengkap dengan wajah sumringah yang membuat sabina bertanya-tanya.

"kenapa deh?"

"seneng."

"seneng?"

"seneng habis nambah do'a restu dari mantan kamu."

"idih?????"



 
***

kapan nikah? ; leeknow sinbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang