003

176 19 0
                                    

"kapan nikah? kapan nikah? ntar udah kakek nenek lu cere. gedek banget gue," dumel sabina lengkap dengan wajah julidnya.

"siapa lagi yang nanya gitu sama lo, bi?" tanya elma penasaran.

"temen SMA gue, el, kemaren gak sengaja ketemu di jalan. padahal gue udah nyoba buat ngehindar, tapi dianya keburu ngeliat gue," jelas sabina malas setelah menutup layar laptopnya.

"emang dianya sendiri udah nikah, bi?" tanya yesa yang ikut penasaran.

"nikah muda, suaminya isilop, anaknya udah 2."

yesa menganggukan kepalanya paham, "emang pasti ada aja tuh temen yang begitu, tipikal temen yang kalo tiap ngomong mulutnya minta dijejelin cabe."

"anjir iya banget, sa," ucap sabina menyetujui pendapat yesa dengan semangat, "kalo bisa gue jejelin sendal swallow tuh mulutnya udah gue lakuin kemaren."

"bi," panggil lino sesampainya ia di ruang meeting dimana sabina, yesa dan elma sedang mengobrol seusai team meeting yang baru saja mereka lakukan.

"kenapa, no?"

"lo punya adek kembar?"

sabina memandang lino heran, "lo tau darimana?"

tanpa menjawab pertanyaan dari sabina, lino berjalan keluar lagi dari ruang meeting. beberapa saat kemudian, ia kembali masuk diikuti oleh 2 orang di belakangnya.

"ini?" tanya lino lagi sambil menunjuk kedua orang yang mengekorinya.

sabina semakin mengerutkan dahinya, "kalian berdua ngapain disini?"

keduanya hanya tersenyum lebar.

"malah pada nyengir. gak ada yang mau jawab?"

"si raka mau minta duit, kak."

"kok gua doang? si mika juga sama, kak."

sabina menampar dahinya sendiri.

"kalian berdua ikut gue keluar. makasih ya, no," ucap sabina cepat lalu bergegas meninggalkan ruangan. raka dan mika alias kedua adik kembarnya itu langsung mengekorinya dari belakang, sedangkan lino hanya bisa menggaruk kepalanya bingung.

"mau minta duit buat apa sih? emang yang kemaren gue transfer udah abis?" tanya sabina setibanya mereka bertiga di area lobby.

"nggak, kak, kita gak mau minta duit kok. tadi cuma bercanda doang," jawab mika.

"lah? terus?"

"tadi pas di jalan pulang dari kampus si mika bilang pengen nyamperin lu, kak, yaudah gue iyain," jelas raka.

"mika pengen tau tempat kerja kak bina kayak gimana. ternyata emang keren, persis kayak yang selama ini mika bayangin," sambung mika sambil tersenyum bangga.

sabina tiba-tiba dibuat merasa terharu.

"gua janji gua bakal banggain lu, kak, gua gak bakal banyak minta duit kayak kemaren-kemaren."

bug!

"aw!"

sabina refleks memukul kepala belakang raka.

"keras banget lu mukul anjir. kalo gua geger otak gimana coba?"

"lu kesambet apaan ngomong begitu?"

raka masih mengusap-usap kepala belakangnya, "kesambet setan temennya si mika."

kali ini mika yang memukul lengan raka, "sembarangan lo kalo ngomong!"

"lu berdua mending adu tinju di ring dah daripada mukulin gua mulu."

kapan nikah? ; leeknow sinbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang