005

129 20 3
                                    

hari ini sabina kembali mengiyakan ajakan lino untuk pulang bersama setelah keduanya bekerja lembur. alasannya masih klasik, "rumah kita kan searah, bi, lagian gue juga pulang sendiri". sabina pikir tidak ada ruginya juga kalau ia ikut pulang dengan lino, malahan ia jadi bisa hemat ongkos.

"ini gerimis gak sih, no?" tanya sabina saat ia dan lino hampir sampai di rumahnya.

lino menengadahkan tangan kirinya, "eh iya ya?"

"lo kayaknya mending neduh dulu aja deh di rumah gue," saran sabina setelah lino menghentikan motor besarnya tepat di depan pintu pagar rumah sabina.

lino membuka kaca helm full face-nya lalu menengok ke arah sabina yang masih duduk di belakangnya, "gapapa, bi, gerimis doang, gue terobos aja. lo cepet masuk gih."

sabina melepaskan helm yang ia bawa sendiri kemudian turun dari motor lino, "tapi hujannya makin gede loh, no?"

butiran air hujan yang turun perlahan semakin banyak, tapi lino merasa tidak enak jika harus menumpang berteduh di rumah sabina, membuatnya hanya merespon dengan tatapan ragu.

"gapapa kok, no. cepetan masukin motor lo, udah mulai deres ini," lanjut sabina kemudian membukakan pintu pagar rumahnya agar lino dan motornya bisa ikut masuk.

akhirnya lino memutuskan untuk menuruti saran dari sabina. dengan sedikit tergesa, ia pun memarkirkan motornya di halaman rumah sabina yang cukup sederhana.

ceklek..

"kak binaaa mau mie kuah enggaaak? mika lagi bikiiin," teriak mika dari arah dapur tepat saat sabina baru saja membuka pintu rumah mereka.

"kalo pesennya 2 boleh gaak?" tanya sabina balik setelah melepas flatshoes hitamnya dan menyimpannya di rak sepatu yang berada tepat di sebelah pintu.

"satunya lagi buat siapaa?"

"eh.. ada lu, bang," sapa raka ramah.

lino turut melepas sepatunya dan menyimpannya rapi di sebelah rak sepatu, "gua numpang neduh bentar ya, boleh gak nih?"

"boleh lah. satu lagi buat bang lino, mik!" jawab raka setengah berteriak kepada mika.

"ehh ada bang linoo? oke deh~"

sabina melirik raka dan lino secara bergantian, terlihat heran dengan keakraban mereka berdua.

"masuk lah, bang."

lino lantas menatap sabina seperti meminta izin untuk masuk.

"masuk aja, no, gue mau ke dapur dulu bantuin mika."

"makasih ya, bi," ucap lino, singkat tapi terdengar tulus.

sabina hanya membalas dengan senyum simpul manis kemudian meninggalkan lino menuju dapur, senyuman yang berhasil membuat mata lino terkunci pada sosoknya sampai ia menghilang di balik pintu.

"mienya udah jadiii~" ujar mika riang seraya masuk ke ruang tamu dimana raka dan lino sedang mengobrol akrab, diikuti oleh sabina di belakangnya. masing-masing dari mereka membawa 2 mangkuk mie kuah di tangannya.

"terima kasih, kembaran~ emang terbaik dah lu," ucap raka setelah menerima semangkuk mie kuah dari mika, sedangkan mika hanya membalasnya dengan senyuman palsu.

dengan sigap lino pun segera menerima mangkuk yang disodorkan oleh sabina, khawatir kalau tangan sabina kepanasan karena terlalu lama membawa mangkuk kaca berisi mie kuah yang baru saja matang.

"makasih banyak ya, bi, mik, maaf udah ngerepotin."

"gak ngerepotin kok, bang! anggap aja ini tanda terima kasih buat roti mako yang bang lino kasih buat kita waktu itu, hehehe.." timpal mika sembari tersenyum lebar sampai kedua matanya menghilang.

"gak akan duduk lu, kak?" tanya raka saat menyadari kalau sabina masih berdiri sedari tadi.

"kak bina duduknya mau dipangku sama bang lino kali. ya kan, kak?" sahut mika asal.

"suka ngasal banget kalo ngomong???"

"kalo mau gue pangku juga gapapa sih, bi, sini."

"SIAPA YANG BILANG GUE MAU???"



***

kapan nikah? ; leeknow sinbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang