Hujan dan badai tak membuat gentar seorang pria penuh luka dan berlumuran darah berdiri dihadapan tumpukan mayat didepannya.
Tangannya dengan erat menggenggam sebilah pedang, tungkai kakinya ia bawa tak tentu arah. Hatinya meringis perih Permaisurinya, pujaan hatinya, kekasihnya, istri tercintanya. Oh Yushi, dipenggal didepan mata kepalanya sendiri.
Matanya menggelap penuh amarah dan dendam. Oh Sion sosok raja yang terkenal akan kebijakannya dan dikagumi oleh rakyatnya seketika berubah, pria itu membunuh seluruh orang yang ada dikerajaannya dan juga rakyatnya. Erangan kesakitan dan teriakan meminta tolong tidak didengarnya.
Airmata terus mengalir dikedua pipinya, tubuhnya bersimpuh didepan sungai yang mengalir dengan tenang. Kepalanya ia dongakan menatap terangnya cahaya bulan malam ini. Kedua tangannya mengarahkan pedangnya diantara perpotongan lehernya.
"Dewa kau sungguh tidak adil denganku. Setelah kedua orang tuaku kau renggut. Sekarang kau ambil juga seseorang yang berharga untukku" Kedua tangannya bergetar dengan Isak tangis yang pilu.
"Jika beribu kebahagiaan yang kau berikan kepadaku harus dibayar dengan penderitaan yang sekejam ini, bukankah lebih baik kau juga mengambil nyawaku?" Sion mengayunkan pedangnya hendak menebas kepalanya sendiri, namun hujan mendadak berhenti.
Sion menutup kedua matanya karna angin yang terus menerus menerpanya semakin kencang. Sebelah tangannya menutup wajahnya dari debu yang terbawa oleh angin.
"Jadi menurutmu lebih baik mati?" Suara seorang laki-laki terdengar ditelinga Sion. Kepala pria itu menengok ke kanan dan kekiri mencari sumber asal suara tersebut.
Sesosok pria tampan menghampiri Sion yang menatapnya dengan kebingungan
"Siapa kau?" Tanya Sion, keningnya berkerut dalam
"Aku? Bukankah barusan kau menyalahkan ku" Jawabnya dengan senyum.
Sion diam tidak mengerti apa yang pria itu katakan. Menyalahkannya? Sion bahkan tidak kenal dengan laki-laki itu lalu bagaimana bisa langsung disalahkan.
"Aku adalah orang yang kau salahkan. Yang kau sebut terus merenggut orang-orang yang kau cintai" Pria itu berjalan mengelilingi Sion. "Terkadang manusia menyebutku semesta, terkadang tuhan, dan kau tadi menyebutku dewa" ia berhenti tepat dihadapan wajah Sion.
"Jika memang benar. Kenapa kau melakukannya? Kenapa kau merebut mereka dariku. Kenapa? Apa salahku?" Ucap Sion dengan airmata yang kembali turun dan erangan frustasi.
"Takdir Oh Sion. Kau tidak bisa melawan takdir" Sion melangkah dengan cepat kehadapan pria itu setelah mendengar ucapannya
"Takdir? Maksudmu dengan melihat kedua orang tuaku yang mati terbunuh lalu sekarang melihat istriku yang juga mati terbunuh lalu kau sebut itu takdir?" Matanya memerah marah.
"Kau juga membunuh rakyatmu sendiri yang bahkan tidak tahu apapun Sion dan itu juga takdir" Ucapnya tenang
"Itu semua sebab dirimu. Kau yang menghancurkanku sehingga aku membunuh semua orang" balas Sion
Pria itu menggeleng lalu tersenyum "Kau yang melakukannya tapi kau yang menyalahkan ku? Oh Sion bukankah kau tidak tau malu" Pria itu menatap Sion tajam. Tatapannya membuat Sion sedikit mundur ketakutan
"Bukankah ini balasan atas apa yang kau perbuat selama ini? Rakyatmu memujamu karna kau raja yang hebat. Memperluas wilayah mu dengan kedua tanganmu sendiri. Lalu apakah semua rakyat mu tau bagaimana busuknya dirimu selama ini?" Ia menyeringai melihat Sion yang diam menatapnya kosong
"Kau pikir aku akan dengan mudahnya mencabut nyawamu begitu saja? Apa yang kau tabur, itulah yang kau tuai. Itu hukum alam Oh Sion...." Pria itu menggenggam kencang pergelangan tangan Sion membuat pria itu mengerang kesakitan.
"Tetaplah hidup dalam keabadian dengan penderitaan dan rasa bersalah. Sampai akan ada seseorang yang datang untuk mengambil nyawamu dengan tanda bulan sabit ditubuhnya" Laki-laki itu melepas genggaman tangannya. Sion jatuh bersimpuh dihadapan pria itu "Bayar semua dosamu dengan membantu orang-orang yang sedang kesulitan sepanjang kau hidup sampai kau bertemu dengan malaikat mautmu sendiri jika kau melanggarnya kau akan merasakan sakit luar biasa rasanya sampai kematianmu sudah diujung kepala" Lanjutnya lalu menghilang digantikan angin yang kembali bertiup kencang membuat Sion menjatuhkan tubuhnya dan tak sadarkan diri.
-To Be Continued-
Sebenernya udh pernah bikin versi couple jenrina tapi ini diubah dikit soalnya di versi jenrina stuck di tengah jalan. Semoga versi Yusion nya bisa kelar ygy🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Primrose
RandomTakdir mempertemukan dua hati yang dulu terpisah kini kembali bertemu apakah akan berakhir bersama atau kembali pada luka yang sama