Moon

791 79 16
                                    

Gyeongseong 1925

Dunia yang masih dalam peperangan dan semua negara mengharapkan kebebasan. Kesetaraan sosial yang tinggi membuat laki-laki yang berada dibawah kemiskinan dipaksa untuk masuk kedalam militer untuk dijadikan tentara perang dan para perempuan juga anak-anak yang selalu dirundung rasa takut. Ternyata dunia dari tahun ke tahun tidak jauh berbeda semakin kotor dan busuk.

'kling'

Suara bunyi lonceng dari sebuah restoran ternama di kota itu berbunyi saat ada seseorang yang membukanya. Seorang pria dengan jas dan topi fedoranya yang berwarna hitam masuk kedalam restoran tersebut berjalan dengan angkuhnya membuat semua orang terpana dengan ketampanannya.

Pria tampan itu, Oh Sion. Wajah tampan itu tetap sama dan tidak menua, Pria yang waktu itu mengatakan akan menghukumnya benar-benar terjadi. Berulang kali Sion berusaha untuk membunuh dirinya sendiri selalu tidak pernah bisa berhasil. Luka yang ia buat pun beregenerasi dengan cepat dan perintahnya untuk membantu manusia itu juga wajib ia jalankan. Jika tidak tubuhnya rasanya seperti terbelah menjadi dua. Sakit bukan kepalang.

Seorang pria paruh baya. Menggunakan seragam khas pelayan menghampirinya "Selamat datang tuan. Ada yang-" Pria tampan itu hanya mengangkat telapak tangannya menyuruh pelayan itu untuk diam lalu berjalan melewatinya begitu saja.

Kaki jenjangnya ia bawa menaiki tangga ke lantai dua, ruangan restoran khusus pelanggan VVIP yang biasanya didatangi pejabat-pejabat tinggi yang haus akan kekuasaan. Tangannya terulur membuka knop pintu tersebut dilihatnya pria paruh baya yang mabuk sedang memukuli seorang wanita tanpa belas kasihan. Wajah dan perutnya ditendang tanpa ampun walaupun wanita itu sudah menangis memohon untuk berhenti.

Kedua tangan Sion terkepal erat. Jika saja wanita itu tidak berdoa kepadanya didalam hati untuk diselamatkan buat apa Sion repot-repot datang menolong wanita itu.

'Bugh'

'Bugh'

'Bugh'

"Tuan.... Tol...ong....aku...." Ucap wanita itu dengan terbata. Sion hanya menatapnya datar

"Siapa kau?" Tanya pria itu dengan bahasa Prancisnya menatap Sion marah karna merasa diganggu

"Bukan urusanmu" Jawab Sion singkat lalu menghampiri wanita tersebut. Membantunya untuk bangun dan pergi darisana

Pria Prancis itu berdecih lalu menahan bahu Sion yang ingin pergi, mengangkat tangannya tinggi hendak memukul. Tapi, ketika kepalan tangan itu tepat berada didepan wajah Sion tiba-tiba tangan pria itu berhenti seperti ada dinding tak kasat mata yang menghalanginya untuk menyentuh Sion membuat kening pria itu menyerngit dalam dan terus berusaha memukul Sion lagi.

"Arghhhh......" Dengan kesal pria itu mengangkat kursi ingin menghantam kepala Sion. Tapi lagi, kali ini pria itu terlempar tanpa tersentuh oleh Sion. Tubuhnya yang menabrak dinding ambruk dan meringis kesakitan

"Nona, tunggu disini" Sion Melepaskan jasnya lalu disampirkan dikedua bahu wanita tersebut. Kakinya menghampiri pria yang sedang memegangi dadanya kesakitan.

"Aku memberimu keselamatan dengan tidak menyentuhmu sama sekali" Ucap Sion tenang lalu kedua bola matanya berubah menjadi semerah darah "Tapi sepertinya kau memang ingin masuk neraka lebih cepat. Jika saja aku diizinkan untuk mencabut nyawamu. Maka sudah kubunuh kau dari awal" Tangannya menjentikkan jarinya "Aku sudah menghubungi malaikat maut yang akan menjemput dengan cepat. Jadi... Nikmati liburanmu di neraka"

Sion menginjakkan kakinya diatas kepala pria tersebut lalu berbalik arah menghampiri wanita yang harus ditolongnya membawanya pergi ketempat yang aman. Mengabaikan teriakan pria dibelakangnya saat ada beberapa orang berpakaian serba hitam yang datang mengelilinginya.
.
.
.
"Tuan terima kasih telah menolongku" Ucap wanita itu lemah.

PrimroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang