Note : Italic = Flashback
Langit yang mendung disertai hujan gerimis yang mulai turun seolah ikut mengerti apa yang dirasakan Sion saat ini, butuh waktu bertahun-tahun untuk merelakan ibundanya untuk pergi selamanya namun sekarang ia juga harus merelakan Ayahnya mati terbunuh saat perjalanan pulang setelah menghadiri pertemuan antara para raja kerajaan dari seluruh negri.
Sion tidak diperbolehkan ikut menemani ayahnya karna ia harus menempati singasana kosong sang ayah ketika beliau pergi. Sion menyesal. Seharusnya ia ikut dalam pertemuan itu. Seluruh pasukan yang menemani sang raja ditemukan tewas didalam hutan.
Semua anggota kerajaan menangis, seluruh rakyatnya ikut merasakan duka kepergian pemimpin mereka. Sion hanya berdiri diam, tangannya terkepal erat menahan emosi dan tangisnya.
"Yang mulia putra mahkota" Panggil Yushi, menghampiri Sion dengan tatapan khawatir.
Sion menatap Yushi sendu, ia tidak bisa membohongi perasaannya jika dihadapan Yushi, ia menyalahkan dirinya sendiri kenapa Sion menurut saja saat Raja menyuruhnya untuk tetap tinggal di Istana.
"Tak apa kalau ingin menangis yang mulia, tidak ada orang lain yang melihatmu menangis selain aku disini" Tumpah sudah tangis Sion saat Yushi memeluk erat tubuhnya. Yushi menepuk dan mengusap pelan tubuh pria itu berharap memberikan ketenangan kepadanya.
"Seharusnya aku ikut yang mulia raja, seharusnya aku melindunginya. Bukan malah berdiam diri di Istana seperti orang bodoh" Ucap Sion, tangisnya belum mereda dan terus mengucapkan kalimat yang menyalahkan dirinya.
"Berhenti menyalahkan dirimu. Kau tetap berada di istana karna tugasmu sebagai putra mahkota, yang mulia raja tau itu yang terbaik untukmu dan kau disini untuk menggantikannya. Mencari tau siapa dalang dibalik pembunuhan yang mulia raja" Yushi berusaha meyakinkan Sion. Yushi tau semua ini pasti karna ulah seseorang yang ingin balas dendam.
Yushi menghapus airmata Sion "Sekarang persiapkan dirimu, setelah pemakaman yang mulia raja, kau harus hadir dipertemuan para petinggi dikerajaan. Jangan lemah yang mulia, musuhmu sedang mencari celah untuk membunuhmu juga saat kau lemah seperti ini" Yushi tidak bodoh. Ia juga pangeran jadi ia tau berapa banyak orang yang menunggu saat-saat seperti ini untuk mengambil alih kekuasaan saat sang pemimpin telah gugur.
Sudah enam bulan sejak kematian sang raja. Kedudukan pemimpin negri itu kosong, memang benar Sion yang akan menggantinya tapi ia akan naik tahta saat Sion sudah menikah. Belum melupakan duka yang mendalam tapi seluruh anggota kerajaan mempersiapkan pernikahannya dengan Pangeran Yushi secepat dan semewah mungkin.
Momen saat dua kerajaan besar bersatu dalam ikatan erat keluarga, membuat semua orang semakin segan menyentuh wilayah mereka.
Sion dan Yushi mengikuti serentetan upacara pernikahan khas dari kerajaan keduanya dan saat ini keduanya sedang duduk berdua menatap langit yang penuh lampion dari kamar pengantin mereka.
"Cantik" Ucap Yushi, tangannya mengusap tangan Sion yang memeluk perutnya dari belakang.
"Kau masih bisa melihatnya sampai seminggu kedepan istriku"
'istriku' satu kata yang keluar dari bibir Sion membuat kedua pipi si manis merona merah bahkan sinar sang rembulan yang tertutup gelapnya malam tak mampu menyembunyikan rona nya.
"Yang mulia lelah?" Tanya Yushi, kepalanya ia dongakan menatap Sion yang juga menatapnya.
Sion menggeleng pelan "Aku belum lelah" Tangannya mengusap lembut pipi istrinya "Bukankah malam ini kita akan lebih lelah?" Ucapan Sion yang penuh arti membuat kedua pipi Yushi semakin merona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Primrose
RandomTakdir mempertemukan dua hati yang dulu terpisah kini kembali bertemu apakah akan berakhir bersama atau kembali pada luka yang sama