5

6.9K 501 4
                                    

Seperti biasa...
Lanjutttt..

Selesai makan mereka sudah berada di ruang keluarga dan disana juga masih ada teman si kembar -Xavier katanya ingin melanjutkan pekerjaannya yang tertunda, sungguh lelaki pekerja keras pikir Alvaro.

"Awas Xel gue deket Alvaro lo di sana aja, lo tuh ga di ajak!" Ujar Alex yang sedari tadi mendorong tubuh Axel.

"Apaan anjir lo aja sana pergi gue yang sama Alvaro lo jauh jauh sana!" Ucap Axel yang kesal sambil mendorong tubuh Alex untuk menjauh.

Teman-temannya hanya memandang mereka dengan lelah, sudah biasa jika si kembar berdebat hanya karena hal sepele.

Alvaro yang melihatnya mulai kesal dan mencubit keduanya dengan kuat yang mana terdengar suara teriakan dari keduanya.

"Udah deh kalian ini kenapa sih gue kan bisa duduk di tengah kenapa malah ribut njir, lama-lama gue gorok lo pada" kesal Alvaro dan kemudian duduk di sofa aga panjang yang muat untuk tiga orang mungkin?.

Si kembar hanya tersenyum bodoh mengingat prilakunya tadi dan kemudian keduanya duduk di samping Alvaro dengan Axel di sebelah kiri dan Alex di sebelah kanan.

"Ahahahha ngakak bet muka kalian kalo udh kek orang tolol begitu" ejek seorang remaja dengan rambut sedikit keriting tapi tampan itu.

"Iya ajig mana tadi nyengir lagi kek kuda ahaha" timpal seorang remaja dengan rambut gaya cepmek yang sayangnya terlihat sangat cocok.

"Diem deh Jing gue tabok juga kalian berdua" ucap Alex yang kesal dengan ancang-ancang akan menabok mereka berdua dengan sandal rumahannya.

"Ampun Kanjeng ratuuu" ujar si rambut kriting dengan pose tangan di satukan.

"Ajig, bener gue tabok lo!" Ucap Alex yang bersiap memukul sebelum di hentikan dengan cubitan mematikan Alvaro dan itu membuat Alex meringis sakit.

"Udah deh kalian ini kek bocah aja gue emosi liatnya". Ucap Alvaro kesal.

"Mening kalian kenalan deh gue ga inget kalian ini siapa, kalian juga pasti udah tau gue amnesia jadi mending kita kenalan ulang" ujar Alvaro melihat  semua orang.

"Oke pertama kenalin gue Ryan Carter Anderson panggil aja Rian, Yang paling ganteng di sini muehehe" ucap di kriting tadi yang ternyata namannya adalah Ryan.

"Narsis amat pak muka kek teplon gosong ae bangga, Oke kalo gue Dylan Sam Miller, Lo bisa panggil gue sayang juga gapapa" dan ucapannya itu berhasil mendapat tabokan sandal dari si kembar.

"Aww apasih ajig sakit bangsat" ringis Dylan.

"Gue Leo harrison Smith Panggil Leo Semoga kita bisa jadi lebih akrab" ucap Leo tersenyum, Leo Memiliki rambut hitam aga panjang dengan tindik hitam di telinga kirinya.

"Gue David John Taylor Panggil aja David Hmmm dari tadi gue mau nanya, lo kok tambah manis sih?" Tanya David dan itu mendapat jitakan dari Alvaro.

"Apanya yang manis gue ganteng ya sat!" Ucap Alvaro tak terima dirinya dikatai manis.

"Hehe peace deh, tapi beneran loh lo tuh jadi manis mana jadi galak lagi ga kek biasanya" ucap Dylan  sambil tersenyum.

"Ngatain manis lagi gue masukin ko ke akhirat sekarang juga" ancam Alvaro dengan tangan mengepal bersiap menonjok Dylan yang malah tertawa kecil.

"Udah deh berhenti tinggal paketu satu lagi yang belum kenalan " ucap Leo.

Alvaro mulai menatap orang yang di sebut paketu itu, Alvaro terpana melihatnya, lihatlah wajahnya yang tegas hidungnya yang mancung matanya yang tajam alisnya yang tebal itu mengerut dan bibirnya yang terlihat cipokable, rambutnya yang sedikit berantakan itu terlihat sangat tampan. Kenapa Alvaro baru menyadarinya padahal sedari tadi dirinya ada disana.

"Emang dasar boti liat yang bening aja langsung melotot, copot tuh mata tau rasa" ucap Ryan Julid.

Alvaro tersadar kemudian mendelik tak suka pada Ryan dan perhatiannya kembali pada si laki-laki tadi yang hanya menatapnya tajam.

"Dia namanya Joshua, Joshua Maximilian White dia emang gitu, dingin bet kek kutub tapi sekalinya ngomong kek di gunung berapi yang banyak cabenya , jadi maklum aja lah ya" ujar Leo memperkenalkan Joshua yang hanya meliriknya datar.

Alvaro mengangguk dan kemudian tersenyum.
"Yaudah deh kalian bisa panggil gue varo aja biar enak, semoga kita bisa akrab ya hehe".

Setelah sesi perkenalan mereka mulai mengobrol dengan di selingi candaan dan perdebatan kecil.

Tak terasa waktu sudah pukul 22:45, teman si kembar ijin pulang karena sudah malam, mereka tidak menginap karena takut merepotkan katanya.

Sesudah mengantar mereka ke gerbang Alvaro ingin menuju ke arah tangga tapi tiba-tiba dirinya di gendong lagi oleh Alex dan Axel yang mengikutinya di belakang mereka. Alvaro yang sudah mengantukpun hanya diam dan mulai mencari posisi yang nyaman di gendongan Alex dan mulai memejamkan matanya.

Axel yang menyadarinya pun memberi tahu Alex.
"Bang adek tidur tuh".

"Iya kita bawa aja ke kamarnya gue mau sekalian numpang tidur soalnya terakhir kali kita tidur bareng waktu masih segede curut" ucap Alex dan di setujui oleh Axel yang senantiasa sedari tadi mengintil di belakang.

Setelah sampai di kamar Alex membaringkan Alvaro perlahan dan dirinya ikut berbaring di sebelah kanan diikuti oleh Axel di sebelah kiri. Alex mulai menyelimuti dirinya dan Alvaro dan tidak lupa juga dengan Axel.

Si kembar menatap wajah tenang Alvaro yang tertidur dan terlihat sangat tenang dan manis itu dengan tatapan yang rumit.

"Kenapa dulu kita ngabaiin dia?, Bahkan kita gak segan buat pukul dia? Lihat dia sangat manis bahkan mukanya terkesan polos" ucap Axel setelah sedari tadi dirinya diam.

"Gue juga gatau, tapi gue harap karena amnesia ini dia lupa semua perbuatan keluarga kita, dan mulai kehidupan baru, gue tau ini egois tapi gue mohon gue cuma mau mulai dari awal" jawab Alex dengan tangan yang membelai wajah tenang Alvaro yang nampak tidak terganggu.

"Ya gue juga berharap gitu" ucap Axel dan mengecup kening Alvaro diikuti oleh Alex yang juga mengecup pipinya Alvaro.

Mereka berdua terkekeh melihat perlakuan mereka sendiri, dulu mereka hanya untuk melihat Alvaro saja seperti melihat kuman tapi sekarang mereka tidak bisa melepas tatapan mereka dari wajah Alvaro.

Tidak lama mereka berdua juga merasa mengantuk dan menyusul Alvaro pada dunia mimpinya.

Sedangkan disisi lain Xavier sedang mengerjakan berkas-berkas pekerjaannya kemudian melirik jam kecil di mejanya dan waktu sudah menunjukan jam 01:25, Xavier tampak menghela nafas lelah kemudian membereskan berkas-berkas tersebut.

Setelah selesai Xavier kemudian berjalan keluar dari ruang kerjanya dan berjalan kearah kamarnya, tapi setelah hampir membuka pintu kamarnya Xavier kemudian berjalan ke arah kamar yang ada di paling pojok yang di tempati oleh Alvaro.

Setelah sampai di depan pintu Xavier membukanya perlahan dan menemukan ketiga adiknya sedang tertidur dan berpelukan, Xavier mendekati mereka kemudian memandang mereka dengan tatapan hangat dirinya berpikir kapan terakhir kali dirinya melihat ketiga adik kecilnya tidur berpelukan seperti ini, mungkin ketika mereka masih sangat kecil.

Xavier kemudian menunduk mengecup kening mereka bertiga kemudian tersenyum, senyum yang tidak pernah terlihat oleh siapapun.
"Sleep well". gumamnya dan Xavier mulai pergi tidur kekamarnya.



Au deh gini dulu we akunya lagi lier.

Transmigrasi Alvaro [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang