10

5.8K 449 10
                                    

Mmuehehe hallo...
Ini mungkin update terakhir sebelum puasa.
Entar puasa aku gatau bakal lanjut apa ngga soalnya ya kalian tau sendirilah....
Kalo lanjut paling waktu malem biar ga berasa berdosa bangettt ahahah.

Kalo mau lanjut pas puasa komen aja ya biar kalo ada waktu aku sempetin update.

Buat yang baca juga tanggung sendiri ya dosanya jangan bagi-bagi ke author wokawok, meskipun tu dosa juga pasti ngalir ke author sendiri.

Oh iya sekedar info sebenarnya ada kesalahan di chapter sebelumnya. Aku salah ingat waktu nulis yang seharusnya 'Daddy  & Mommy' malah jadi 'Ayah & Bunda' aku kurang teliti waktu itu. Jadi disini aku ganti aja jadi kayak chapter sebelumnya.

Okey gitu aja, terimakasih😽

••••

Sudah satu minggu berlalu setelah kejadian dimana Alvaro ditampar oleh ayahnya dan sudah satu minggu pula perlakuan kedua orang tua Alvaro berubah. Meskipun hanya sedikit tapi itu sangat kontras dengan perubahan sikap mereka pada Alvaro. Seperti sekarang. Alvaro yang sedang menuruni tangga dan berjalan kearah dapur dimana semua keluarganya(?) sudah berkumpul. Alvaro mendekati mereka dan menyapa seperti biasanya.

"Selamat pagi semuanya, makan apa hari iniiii?!". Tanya Alvaro seraya duduk di kursinya berdekatan dengan Axel.

"Pagi juga dek"
"Hm pagi".
"Pagi".

Semuanya menyapa balik Alvaro termasuk kedua orang tuanya, minus Stella. Dirinya hanya menatap Alvaro sinis tetapi dengan wajah tersenyum agar tidak ada yang menyadari tatapannya pada Alvaro. Oh ya semenjak satu minggu yang lalu Stella tidak banyak bertingkah. Bukan tanpa alasan Stella seperti itu, tetapi dirinya mendapatkan teguran dari Vernando, meskipun hanya sebuah teguran biasa tapi itu berhasil membuat Stella tidak banyak bertingkah seperti biasanya atau mungkin belum?.

Kembali pada Alvaro sekarang dirinya menatap makanan didepannya yang terlihat sangat enak itu dengan tatapan berbinar apalagi ketika melihat paha ayam kesukaannya yang dimasak dengan bumbu kecap itu membuat Alvaro menelan liurnya sendiri. Dan hal itu tidak luput dari tatapan semua orang.

"Lucu banget sih!!!". Pekik Axel yang sedari tadi menahan gemas pada Alvaro yang berada disisinya. Axel dengan gemasnya mencubit pipi Alvaro yang memang sepertinya tambah berisi itu.

"Aawss, swakitt bwanggg!!". Ringis Alvaro seraya mencoba melepaskan cubitan Axel.

"Ya makannya kalo lucu tuh jangan banyak bertingkah, nanti yang kuat diabetes". Alvaro dengan kesal mencubit perut Axel dengan keras hal tersebut berhasil membuat pipinya terbebas meninggalkan bekas yang terlihat memerah di kedua pipinya.

"Sudah, kita makan dulu". Ucap sang kepala keluarga, membuat semuanya berhenti dan segera memakan makanan mereka, meskipun di selingi dengan sedikit obrolan kecil agar tidak menggangu yang lainnya.

Selesai makan sekarang Alvaro sedang menunggu Joshua di temani si kembar. Sudah satu minggu Alvaro selalu di antar jemput oleh Joshua, tapi jika kalian berfikir mereka hanya akan berdua kalian salah. Kedua Abang kembarnya selalu ikut di belakang mereka, tapi apa peduli Alvaro yang penting dirinya Samapi ke sekolah dengan aman.

"Punya bos ngulet bet Herman". Ucap Axel kesal.

"Varo mending berangkat sekarang aja, Joshua lama keburu telat". Ajak Alex setelah melihat jam tangannya.

Alvaro berpikir sebentar kemudian mengangguk mengiyakan.

"Yaudah hayu, kak Joshua lama takut telat".

"Oke varo bareng Abang aja". Ucap Alex kemudian menuntun Alvaro kearah motornya. Tapi ketika Alvaro hendak naik keatas motor mereka mendengar suara derungan  motor dari arah belakang dan ternyata adalah Joshua.

Transmigrasi Alvaro [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang