vampire wannabe (3)

4K 39 1
                                    

Elis tidak tahu apa yang harus dia lakukan di kamar vampir laki laki ini, dia ingin sekali tidur, tetapi dia sadar ini bukanlah kamarnya. Dia duduk di sofa di samping tempat tidur, Elis membuka sedikit tirai jendela untuk melihat pemandangan di luar. Dia baru sadar kalau jam sudah menunjukkan pukul 01.15 pagi, tentu saja yang dilihatnya hanyalah kegelapan di luar sana. Dia menarik kembali tirai jendela itu. Dia masih bingung mau melakukan apa, di lain sisi dia benar benar ngantuk.

Elis benar benar sudah tidak bisa lagi mentoleransikan rasa ngantuknya, dia merebahkan badannya di sofa itu, dan beberapa deti kemudian yang dia rasakan hanyalah kenyenyakan dalam tidur.

####

Max, ayah Elis sedang menyiapkan sarapan pagi itu. Dia sedang membuatkan putri satu satunya itu sandwich lengkap dengan daging asap, itu adalah sarapan instan yang di sukai putrinya.

Max tidak heran kalau putrinya selalu bangun siang jika hari libur, tetapi kali ini dia ingin menghabiskan waktu liburnya bersama Elis. Dia kekamar Elis dan mengetuk pintu beberapa kali sebelum dia menyadari ada sesuatu yang aneh. Elis selalu berteriak di dalam jika ayahnya membangunkannya, tapi kali ini tidak.

Max tidak yakin dengan pikirannya sendiri, apa mungkin Elis berani melakukan itu? Max menuruni tangga dengan ceat, dia sudah tidak sabar dengan jawaban atas pertanyaan yang terlintas di benaknya. Dia langsung membuka pintu depan dengan ganas dan berlari ke belakang rumah.

Benar saja, semua yang terlintas di otaknya benar benar terjadi, suatu hal yang tidak pernah dia perkirakan sebelumnya.

Max melihat selimut yang di ikat sambung menyambung bergoyang ke kiri kekanan tertiup angin dari atas jendela Elis. Dia menendang batu berukuran sedang yang tak sengaja dia lihat depan matanya. Dia benar benar tidak berhasil mendidik putrinya, pikirannya sudah kemana mana. Sebegitu nakalkah Elis sehingga dia berani melakukan itu.

Dia buru buru kembali ke dalam rumah seperti orang kesetanan, dia mengambil ganggang telepon dan dengan ligat dia memencet nomor. Setelah agak lama dia menunggu dengan rasa kesal akhirnya pemilik nomor tersebut mengangkat teleponnya dengan suara malasnya.

"Halo" Cristi masih dalam keadaan terpejam

"Cris, aku tahu Elis sedang bersama mu, aku tidak menyalahkan mu jika dia bersama mu sekarang, tapi suruh dia pulang, SEKARANG JUGA !" Max benar benar kesal dengan Elis

"H-h-halo,Elis tidak bersama ku sekarang, sumpah dia tidak ada di sini !" Cristi yang tadinya masih terpejam buru buru membetulkan posisinya, dia tak percaya yang meneleponnya adalah ayahnya Elis, itu pertanda buruk.

"Jadi kemana dia? Bukannya kalian bersama sama menonton THE SKYLAR semalam?" Max menekan kan kata The Skylar seperti yang dilakukan Elis ketika dia membujuk dirinya untuk pergi ke acara itu.

"I-iiya tapi aku tidak bisa pergi semalam karena perut ku sakit, oh ya dia semalam menelepon ku" Cristi mengingat ingat apa yang dibicarakan mereka semalam "dia cuma bilang kalau acaranya bagus dan tidak ada taxi malam itu, lalu dia mengambil jalan pintas" Cristi diam sejenak

"Jalan pintas? Lewat mana? Maksud mu Elis berjalan kaki semalam? Seorang diri, ya ampun" Perasaan Max campur aduk saat itu, dilain sisi dia juga takut hal buruk terjadi pada putrinya satu satunya itu.

"Tenanglah, dia itu Elis, dia bahkan tidak takut apa apa, dia melewati East Forest" Cristi mencoba menenangkan ayah Elis yang terdengar panik di ujung telepon, dia tahu kalau tidak ada yang bisa menenangkan ayah Elis ketika panik. Elis pernah bilang itu kepadanya.

"Bagaimana aku bisa tenang, hah? Dia itu perempuan berusia 17 tahun, dan ya East Forest itu tempat wisata pasti menyenangkan berada di sana"

Tentu saja dia perempuan, dan ya berusia 17 tahun, sama seperti ku. Batin Cristi mulai  menjawab pertanyaan pertanyaan yang diberikan Max.

"Hhhhh" Cristi mengembuskan nafasnya "Aku akan memberimu kabar kalau dia menelepon ku" Cristi mengalah menghadapi ayah Elis yang benar benar panik di ujung telepon.

"Baiklah kalau begitu, ingat langsung menghubungi ku" Trek, Max membanting teleponnya, dia tidak tahu lagi harus menelepon siapa, satu satunya teman Elis yang sering main kerumahnya dan dia memiliki nomor teleponnya hanyalah Cristi seorang. Di saat begini dia baru menyesal kenapa dia tidak pernah bergaul dengan teman teman putrinya.

###

Cristi sudah tidak ingin melanjutkan tidurnya di hari Sabtu pagi yang menurutnya pas sekali untuk terus tidur di ranjang empuknya. Dia memencet beberapa nomor telepon di handphonenya dan menempelkannya di telinga kanannya, beberapa saat kemudian dia mulai berbicara cepat dan panik sama halnya dengan orang yang meneleponnya tadi.

"Dom, apa apaan kau ini, kau tidak pergi semalam? dan ini semua gara gara mu, Elis belum pulang, dan kau tebak siapa yang menelepon ku barusan, MAX !" Cristi benar benar kesal dengan orang yang memarahinya di telepon tadi dan orang yang lagi dimarahinya sekarang.

"Calm down, ada apa ini, kau mengganggu hari Sabtu ku" Dom masih belum menyimak apa yang baru saja di bicarakan Cristi

"HOW CAN I CALM ! Max menyalahkan ku karena Elis belum pulang, dan tentu saja aku menyalahkan mu karena kau tidak menemaninya semalam"

"Elis belum pulang, ya ampun jadi dia semalam pergi sendiri?" Dom mulai panik tapi masih dalam balutan selimut tebalnya.

"Itu semua salah mu, kau sendiri yang berjanji pada ku untuk datang malam tadi, nyatanya kau tidak jadi bukan !" Cristi mondar mandir di kamarnya, dia sudah tidak mempedulikan rasa sakitnya "Sekarang cepatlah mandi dan jemput aku"

"Sekarang?" Dom masih belum percaya kalau Cristi mengucapkan kata sekarang, dia benar benar malas untuk melakukan apa pun sekarang.

"Jadi kau mau mencarinya kapan? tunggu dia menjadi vampir?

Dom kembali mengingat tentang vampir, dia mengerutkan keningnya, dan dia ingat kalau Cristi menceritakan vampire kemarin sore "Maksud mu dia pulang lewat East Forest" Dom ingat kalau Cristi menceritakan East Forest juga kemarin sore

"IYA" Cristi ingin sekali mengakhiri percakapan itu sekarang juga

"Harus berapa kali aku bilang, VAMPIR ITU TIDAK ADA, cukup cerita khayal mu itu" 

"Sudah lah Dom, lupakan saja, aku akan mencarinya sendiri" Cristi mematikan teleponnya dan melemparkannya ke atas kasur. Dia masih bingung apa harus dia ke East Forest sekarang. Tiba tiba handphonenya bergetar, dia mengambilnya dan membaca pesan yang masuk.

'Baiklah aku akan kerumah mu setengah jam lagi, jangan buat aku menunggu lama!', From Dom

Cristi mengulaskan senyumnya membaca pesan itu, Dom selalu kalah pikirnya senang.

###

Elis membuka matanya dari tidurnya yang nyenyak. Itu adalah malam yang menyenyakkan pikirnya, dia berpikir kalau semalam dia bermimpi tentang sesuatu yang di bicarakan Cristi, dia baru ingat kalau dia memimpikan vampir.

Elis menutup kembali matanya, dia ingin melanjutkan tidurnya, tapi ketika dia sadar akan sesuatu. Kenapa dengan pakainnya, Elis bahkan tidak memiliki baju tidur seperti ini, berwarna pink pula. Dia membuka semua selimut yang menutupi tubuhnya, dia terkejut kalau dia memakai baju yang sama sekali dia tidak pernah memiliknya atau bahkan membelinya.

Satu hal batu yang dia sadari kalau ada seseorang lelaki yang tidur di sampingnya yang membelakangi badannya. Elis hanya bisa melihat punggung laki laki itu. Pikiran Elis mulai kacau. Dia melihat sekelilingnya, sesuatu yang lain muncul di pikirannya, ini bukan kamarnya. Ini terlalu mewah dan rapi untuk menjadi kamarnya.

Elis mendekatkan badannya ke laki laki itu, dia ingin melihat siapa laki laki ini. Dia terkejut siapa yang dilihatnya. Laki laki itu, sama seperti yang ada di mimpi ku. Elis juga baru sadar kalau tempat yang dia pandangi sekarang juga sama dengan apa yang dimimpikannya tadi.

"Bagaimana bisa?" Elis menggumamkan kata kata itu sambil menutup mulutnya rapat rapat dengan kedua tangannya.

vampire wannabeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang