Vampire wannabe (15)

2.7K 40 8
                                    

The Maine - Waiting for My Sun to Shine

###

"Awwww, pelan-pelan Cris!" bentak Elis kepada sahabatnya yang sedang menyisir rambut panjangnya yang sedikit ikal dibagian bawahnya. "Kan masih banyak waktu, ngapain buru-buru"

"MASIH BANYAK WAKTU KATAMU?" Cristi tak kalah gusarnya mendengar penjelasan Elis. "Astaga, tinggal dua puluh menit lagi, dan kau bahkan masih memakai kaos channel mu itu" Cristi semakin terburu-buru setelah melihat angka yang tertera dijam tangannya.

"Lagian kenapa sih kau harus memanggil ku, dan bukan penata rias yang lebih profesional" bantah Cristi lagi, sambil memajukan setengah senti bibirnya. Dia benar-benar kesal dengan sahabatnya ini. Bukan tidak mau membantunya, dia bahkan dengan senang hati jika Elis memintanya sebagai periasnya sehari yang lalu atau setidaknya bukan sejam yang lalu.

"Aduhhh, kau kan sudah tahu alasannya kenapa, mereka terlalu profesional untukku, kau tahu"

"Loh, bukannya itu lebih baik?"

"Pokoknya aku gak mau dengan mereka yang profesional itu !!!" bentaknya lagi

"Fine!" balasnya dengan kesal "nah sekarang tutup matamu, aku mau memasang eyeliner "

"What? no no, tidak perlu yang berlebihan seperti itu, cukup bedak saja!"

"Kau gila atau apa? kau tokoh utamanya sekarang, jadi tinggalkan ingatan penari latar diotakmu!!"

"Tapi Cris...."

"Sudah diam !"

###

BRAK BRAK BRAK

Seseorang dari luar menggedor-gedor pintu dengan amat brutal. Seperti tidak menyadari bahwa masih ada orang didalamnya, laki-laki tersebut memaksa untuk membukanya, karena tidak dikunci dari dalam otomatis pintu tersebut terbuka lebar.

"Hei !" bentaknya "lama sekali, kau tahu sebentar lagi....." seperti robot yang kehabisan masa baterai mulut orang tersebut berhenti mengeluarkan suaranya yang garang seakan-akan mau memaki itu. Tidak hanya mulutnya yang berhenti bekerja, tetapi seluruh tubuhnya dan juga kedua bola matanya. Memandangi sosok yang tak asing baginya tapi untuk kali ini sosok tersebut terlihat sangat asing. Keasingan yang mengagumkan, batinnya dalam hati.

"Elis? k k kau terlihat......" dia berpikir beberapa detik mencari kata-kata yang cocok untuk meneruskan kalimatnya. "Ahhh aku tidak tahu kata apa yang pas untuk mu sekarang, aku hanya tidak menyangka yang aku lihat sekarang adalah kau" sambung laki-laki itu.

Sejujurnya Elis merasa bingung harus bagaimana menanggapi kalimat yang dilontarkan oleh laki-laki itu. Haruskah dia tersenyum atau mengucapkan terimakasih? Seperti terjadi flash back dalam otaknya, dia mengingat semua kejadian memalukan sewaktu ia masih kelas sebelas dengan laki-laki yang memujinya barusan. Laki-laki itu pernah menolaknya, menolaknya mentah-mentah di hadapan banyak orang, mungkin itu juga kesalahnnya mengapa menyatakan perasaan ketika sedang jam pulang, tentu saja sedang ada banyak orang saat itu yang berkeliaran. Sejak kejadian itu hidupnya seperti bahan tertawaan anak-anak lainnya, tidak ada yang lupa satupun tentang kejadian itu, jika ada murid yang lupa yang lainnya akan dengan senang hati mengingatkan.

"Sam? ada apa kau kemari?" tanya Cristi memudarkan lamunan Ellis, yang cepat-cepat ia lupakan tentang pikirannya saat ini.

"Ng nnngg....." laki-laki itu malah tergagap sekarang, apakah sebegitu besarnya pengaruh penampilan Elis saat ini sehingga membuat ketua OSIS itu menjadi salah tingkah, atau dia juga sedang memikirkan kejadian kelas sebelas tahun lalu sama seperti yang sedang dibayangkan Elis saat ini.

vampire wannabeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang