Bab 2

834 61 4
                                    

"Tul"

Panggil sang boss sembari mengguncang tubuh Tul.
Tul merasa sedikit terganggu dan membalikkan kepalanya ke arah lain. Mew yang melihat tingkah asistennya itu menjadi murka.

Brakkkk

Tul yang mendengar gebrakan di sampingnya pun terlonjak bangun, kepalanya terasa pening karena terkejut. Ia mendongak dan melihat bossnya sudah bediri didepannya sembari memasang raut wajah murka. Dia segera tersadar dan merapikan berkas-berkas yang untungnya sudah ia selesaikan.

"Maaf tuan, saya ketiduran" ucapnya menyesal

Mew hanya mengangguk acuh dan segera menyuruh tul untuk pergi.

"Cepat rapikan dirimu, kutunggu 5 menit" ucapnya datar.

Tul segera mengangguk dan berjalan cepat meninggalkan ruangan Mew.

'sial bagaimana aku bisa ketiduran, untung saja tuan Mew sedang dalam keadaan baik, jika tidak matilah aku'

Ia segera bergegas untuk mandi, setelah mandi ia berpakaian rapi dan segera menemui sang tuan.

"Apa jadwalku hari ini" tanya sang boss ketika dirinya sampai.

Tul menggeser layar tipis ditangannya, melihat jadwal sang boss yang tertera didalamnya, "Siang ini anda ada janji bertemu klien di restoran untuk membahas produk baru tuan, setelah itu pada pukul 20.30 anda harus memantau langsung barang yang dipesan oleh ayah anda, dan akan tiba malam ini dipelabuhan".

Mew hanya mengangguk singkat
"Baiklah segera siapkan mobil"

Tul segera bergegas untuk menyiapkan mobil, sebenarnya ia penasaran kemana tujuan bossnya itu dipagi hari seperti ini. Namun ia tidak akan berani bertanya karena dia masih amat sangat menyayangi nyawanya. Lagian ia juga belum pernah merasakan surga dunia, sebisa mungkin Tul menjaga nyawanya yang berharga. Kasian jodohnya kelak jika ia harus kehilangan nyawa sekarang.

"Apa yang membuatmu tersenyum seperti orang bodoh"

Tul reflek menoleh ketika mendengar ucapan sarkas dibelakangnya.Ia hanya mampu tersenyum malu terhadap sang bos.

Mew yang melihat senyuman asistennya merasa aneh, dan bergegas memasuki mobil.

Tul pun kemudian segera duduk di bangku supir dan mulai menjalankan mobilnya.

Dia melirik ke arah sang boss dari kaca depan, "Tuan saya harus membawa mobilnya kemana?"

"Aku ingin kemarkas"

Tul mengangguk dan kembali fokus mengemudi, setelah sampai di markas. Ia segera turun dan membukakan pintu untuk Mew.

Mew tampak sangat tampan ketika turun dari mobil. Ia memakai setelan jas hitam dengan kacamata hitam yang tersangkut apik di hidung mancungnya. Dengan melihatnya saja siapapun akan tahu kalau ia bukan orang sembarangan.

Dia berjalan gagah menuju pintu masuk, sebelum tiba-tiba kakinya ditubruk oleh buntalan lemak yang kini terjatuh di bawahnya.

Tul yang melihat itu segera menggendong sang balita, sebenarnya ia cukup heran bagaimana ada balita di area markas mereka. ia menatap bossnya takut-takut. Dia hendak berjalan menjauh untuk menenangkan balita yang kini tengah menangis kencang, sebelum dia sempat melaksanakan niatnya, suara magnetis milik sang boss menghentikannya.

"Mau kau bawa kemana barang itu" ucap Mew dingin.

Tul hanya mampu terdiam, tidak berani menjawab. Mew yang tidak mendapat sahutan bertambah murka,

"Turunkan Tul" perintahnya mutlak

Tul mengangguk pasrah, dalam hati ia cukup kasihan melihat balita itu, biar bagaimanapun dia masih memiliki hati. Tentu saja ia tidak akan tega melihat pembantaian balita tak berdosa di dekapannya ini. Tul menurunkan balita itu pelan.

Mew memandang lekat seorang balita yang kini berdiri di depannya, dia memikirkan harus dengan cara apa ia membunuh anak kecil ini. Pikirannya seketika buyar ketika ia merasakan tarikan di pinggir celananya, ia menunduk untuk melihat siapa yang berani melakukan itu terhadapnya.

Deggggg

Mata tajamnya tak pernah lepas dari wajah balita mungil didepannya, sedari tadi balita itu hanya menangis dan menyembunyikan wajahnya di bahu asistennya, sehingga dia tidak bisa melihatnya. Namun kini, setelah ia melihat wajah sang balita ia langsung jatuh cinta melihat keindahannya. Bola mata hitam kelam dengan bulu mata lentik, Pipi berlemak meski terkesan pucat, dan jangan lupakan bibir merah alaminya yang menambah kesan keindahannya.

Mew menunduk dan langsung menggendong balita itu.

"Siapa namamu bayi" ucapnya datar namun tidak dengan matanya.

"Apel" ucap sang balita semangat, ia sangat suka ketika ada orang yang menanyakan namanya.

Mew mengerutkan kening heran, Apel? , nama apa itu jelek sekali, seperti nama buah saja. Tul yang melihat kebingungan Mew mencoba sekuat mungkin menahan tawanya. Lihatlah wajah sang boss yang tampak kebingungan dalam memahami ucapan sang balita.

Mew yang merasa sedang ditertawakan pun reflek menoleh ke arah Tul, tatapannya berubah bengis kala melihat raut wajah asistennya itu.

"Kau berani"

Tul menunduk merasa ketakutan, "Maafkan saya tuan"

Mew hanya diam, dan segera memfokuskan diri pada objek indah di gendongannya, baik lah persetan dengan nama mulai saat ini dia akan memanggil anak ini bayi saja, lumayan lucu menurutnya.

"Baiklah-baiklah lupakan dengan nama, kau tinggal di sekitar sini?" Tanya Mew penasaran

"Pel cini" jawabnya sembari mengangguk semangat.

Mew yang melihat respon sang bayi terkekeh ringan, selain wajah yang indah anak ini juga memiliki suara yang lembut.
Ia menoleh ke arah Tul dan berkata.

"Tul urus semuanya, aku tidak mau tau, besok anak ini harus menjadi anakku" putus Mew seenaknya.

Tul hanya bisa mengangguk pelan, sudah ia duga bahwa ia akan mendapat tugas yang lumayan merepotkan.

Patner In Crime❌ Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang