Bab 4

707 57 2
                                    

"Tul"

"Ya tuan"

"Jaga anakku, aku akan ke markas sebelum memantau barang si tua bangka itu"

Tul mengangguk singkat menerima perintah tuannya, Mew melirik Tul lama, kemudian mendengus sembari berjalan keluar.

Tul berbalik dan berjalan menuju ranjang, disana terdapat seorang balita imut yang entah bagaimana hanya dalam waktu sekejap mampu mengambil hati sang tuan yang sudah lama membeku.

"Tuan kecil"

Fokus Marvel yang sedari tadi tertuju pada benda pipih yang menanyangkan kartun kembar botak seketika teralihkan. Matanya memindai Tul lama seolah sedang mengingat-ingat wajahnya. Tiba-tiba balita itu berdiri dengan kedua tangan terkepal ke atas, tak lupa senyum imutnya yang mampu membuat Tul membeku.

"Dada" panggilnya ceria.

Marvel ingat paman besar ini adalah orang yang tadi menggendongnya ketika ia tidak sengaja menabrak paman besar dengan benda hitam di matanya.

Tul mengerjap bingung mendengar panggilan dari tuan kecilnya, dada? Ini maksudnya dia di panggil dada? Ya tuhan dia ini laki-laki jantan bisa-bisa nya sang tuan kecil memanggilnya begitu, ia ingin protes tapi yang ada balita itu akan menangis, lebih baik ia terima saja dengan lapang dada. Ia kemudian menggendong Marvel untuk dimandikan, karena memang ini sudah sore.

"Dada, ayo mamain" ajak Marvel sembari tangannya bermain air yang ada dalam bath up khusus balita yang telah di siapkan oleh Tul, atas perintah sang tuan.

"Tidak hari ini tuan muda, ini sudah sore nanti anda akan sakit"
'dan aku akan digantung oleh tuan karena menyebabkan putra kesayangannya sakit'. Lanjutnya dalam hati

Tul bergegas menyelesaikan tugasnya sebelum tuan kecilnya itu minta yang aneh-aneh, bukan apa-apa, ia senang-senang saja menuruti kemauan balita manis ini. Namun dia masih sayang nyawa.

"Tuan kecil, mari kita turun, anda harus makan" ajaknya sembari menggendong Marvel.

Marvel mengangguk dan meletakkan kepalanya di perpotongan leher Tul, Marvel sangat menyukai paman besar yang dipanggilnya dada ini, entah kenapa ia sangat merasa nyaman dan aman, paman besar yang satunya juga, namun ada sedikit perbedaan diantara dua orang itu.

Tul mendudukkan Marvel di sofa ruang keluarga, ia memanggil maid untuk menyiapkan makanan Marvel, ia tidak mungkin bisa jika menyiapkan sendiri. Heyy pekerjaannya itu mengurus berkas-berkas dan membunuh orang, sangat beda jauh bukan.

"Nah tuan kecil ayo buka mulutnya pesawat akan mendarat" ucapnya sembari memperagakan sebuah pesawat.

Marvel membuka mulutnya lebar- lebar dan hap, ia tersenyum senang sembari menggoyangkan kepalanya ke kiri dan kanan.
Tul yang melihat tingkah marvel menjadi gemas, ia jadi ingin cepat-cepat menikah dan mempunyai anak selucu Marvel.

Beberapa menit berlalu, bubur Marvel sudah habis dan sekarang ia mulai mengantuk. Tul yang melihat itu berinisiatif untuk menggendong Marvel kembali ke kamar sang tuan. Sesampainya dikamar Mew, dia menurunkan Marvel yang ternyata sudah tertidur.

Ia menurunkan Marvel dengan perlahan agar sang tuan kecil tidak bangun, namun tiba-tiba...

Hachimm

Hidung nya tiba-tiba terasa gatal, membuat Tul bersin dengan lumayan keras, ia melirik ke arah Marvel dengan takut-takut.

"Hikss hikss huwaaaa"

'sial Tul, kenapa kau bersin bodoh' rutuk batinnya kesal.

Tul pun memutuskan untuk merebahkan dirinya di samping Marvel, bukannya ia tidak sopan karena naik ke ranjang sang atasan, melainkan Mew tidak mempermasalahkan apapun jika itu hanya menyangkut barang pribadinya.

'Meh, tul kau tidak tau saja itu hanya berlaku padamu, jika orang lain mungkin hanya akan tinggal nama.' batin author meng iri.

Tul tidur menyamping sembari tangannya menepuk pelan bokong Marvel, dia tersentak ketika tangan Marvel mencoba memasuki bajunya. Ia berusaha untuk mencekal tangan balita mungil itu dan berencana memasukkan pacifier ke dalam mulutnya. Namun Marvel malah menolak  dan berakhir menangis keras, Tul bingung dan dengan pasrah membiarkan apapun kemauan sang tuan kecil.

Marvel menepuk pelan dada Tul, Tul yang paham kemauan sang balita pun segera melepaskan beberapa kancing bagian atasnya. Marvel berhenti menangis tangannya mengelus  dada Tul, dia hanya membiarkannya biarlah, yang penting tuannya tidak menangis. Namun tiba-tiba dirinya tersentak tatkala ia merasakan putingnya telah dihisap oleh Marvel.

Tul syok, dan hendak menjauhkan kepala Marvel dari dadanya, namun belum sempat dirinya menjauh, Marvel sudah menangis kencang dan menyebabkan ia panik. Akhirnya Tul pun pasrah membiarkan Marvel menyusu padanya.

'harga diriku' batinnya nelangsa.

.

.

.

Mew melangkah pelan menuju kamarnya, ia sudah sangat lelah sekarang, klien dari ayahnya cukup banyak permintaan dan itu membuatnya jengkel, ingin ia menembak kepala mereka satu persatu karena sangking emosinya. Namun hal itu ia urungkan mengingat mereka adalah klien penting sang ayah.

Sesampainya dia dikamar, ia meletakkan tasnya di atas sofa, dan berjalan pelan mendekati ranjangnya, yang kini terdapat dua orang yang sedang tertidur lelap, senyumnya terbit ketika ia melihat wajah terlelap puyranya. Namun, matanya melotot kaget ketika ia baru menyadari wajah sang anak yang kini menempel erat di dada sang asisten. Ya tuhan, anaknya menyusu, garis bawahi m e n y u s u.

Matanya dengan kurang ajarnya menyusuri dada putih milik asistennya. Jangan lupakan, puting bewarna coklat muda yang mampu membangunkan sesuatu dalam dirinya.

Mew meneguk ludahnya kasar dan segera bergegas ke kamar mandi, untuk menuntaskan bagian tubuhnya yang kini menegak sempurna hanya karna melihat dada sang asisten.

Patner In Crime❌ Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang