04. Berkunjung Ke Rumah Nenek

480 93 27
                                    

“Aku males, Ma.”

“Gak boleh gitu, Sa,” suara Lucy terdengar lembut, berusaha membuat anak gadisnya itu mengerti. “Kamu tega buat Papa kamu kecewa?”

Lisa menghela napas, menatap layar ponsel sejenak, lalu kembali menempelkan benda pipih itu ke telinganya. “Gak gitu. Tapi, emang harus banget ya Lisa kesana sendirian? Mama ‘kan tahu, aku gak terlalu nyaman ama keluarga Papa,” alibinya, berharap Lucy mengerti konteks ucapannya.

“Lisa ... kamu ‘kan tahu kalau Mama benar-benar sibuk ama pekerjaan di kantor, ini juga demi kamu, Sa.”

Tanpa Lucy ketahui, Lisa kini sedang berusaha menahan muak, alasan itu terlampau membuat Lisa bosan. “Absent sehari dari kantor, gak bakal bikin bangkrut Ma, apa susahnya Mama nemenin Lisa ke rumah nenek?”

“Lisa ....”

“Aku bosan Ma, dengar alasan Mama yang gitu-gitu mulu, Mama gak tahu, gimana perasaan aku tiap kali nenek nanyain Mama, gimana aku harus pura-pura senyum lihat om dan tante yang bangga-banggain anak mereka didepan nenek ...,” Lisa menjeda kalimatnya, merasakan tenggorokannya yang tercekat, menarik napas dalam, lalu memaksakan untuk lanjut berbicara, meski kini suaranya terdengar gemetar. “Aku hanya punya Mama, tapi Mama seakan gak niat punya aku, apa sesulit itu buat aku nyaingin pekerjaan kantoran Mama?”

Hening, sejenak tak ada sahutan terdengar melalui sambungan telepon, hingga akhirnya Lisa bisa mendengar helaan napas berat dari Lucy.

“Lisa, tolong jangan mulai,” interupsi Lucy, terdengar tak berdaya. “Apa kamu pikir Mama juga baik-baik aja disini?”

Lisa menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur, mengusap pelan jidatnya yang terhalang oleh poni, pening sekali.

“Mama pikir kamu udah dewasa buat ngertiin Mama. Maaf, udah maksa kamu buat dewasa.”

“Mama tahu aku gak suka dipaksa.” Lisa memutuskan panggilan secara sepihak, sebelum panggilan itu berakhir, samar-samar ia mendengar suara Lucy yang memanggil namanya berulang kali.

Pergi ke rumah nenek untuk acara kumpul keluarga?

Lisa pikir itu adalah bencana untuknya. Lucu sekali, Lucy memaksanya untuk ikut bergabung bersama keluarga sang Papa, sedangkan wanita itu sendiri sering menghindar dari mereka.

Tidak, keluarga Hyunjoon itu baik semua, hanya saja tidak seakrab ketika Lisa berada di keluarga Lucy. Keluarga Hyunjoon, terutama sang nenek, sering memanjakan Lisa, memberikan makanan-makanan yang berpotensi menaikan berat badan cewek itu, Lisa terkekeh ketika mengingatnya.

Hanya saja, Lisa benar-benar malu untuk pergi ke rumah sang nenek tanpa Lucy disampingnya untuk yang ke sekian kali, Lucy bahkan tidak pernah lagi berkunjung kesana semenjak Hyunjoon tiada.

“Gue gak nyangka tetep bakalan pergi,” menghela napas pasrah, Lisa segera berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi, bersiap-siap sebelum pergi ke rumah sang nenek.

***

“Cantik ... mau kemana pagi-pagi gini?”

Lisa mendengus, memilih abai dan melewati Jungkook yang tiba-tiba berdiri didepan pintu apartemennya, ia sudah cukup pusing setelah berdebat dengan Lucy, sungguh tidak baik bagi kesehatannya jika meladeni Jungkook untuk saat ini, bisa-bisa Lisa jatuh pingsan saat baru sampai didepan gerbang rumah sang nenek.

“Oy, gue nanya, lo mau kemana?”

“Yang pastinya ke tempat dimana lo gak ada disana,” balas Lisa cetus, moodnya hancur sejak bangun tidur.

“Gak bisa shaay!” Jungkook segera menahan kerah baju Lisa seolah sedang menarik anak kucing, ia membungkuk dan mensejajarkan wajahnya dengan wajah tertekuk milik Lisa. “Kita ini udah jodoh ; jodoh gak bakalan kemana, jadi mau lo menghindar sampe ke Afrika pun, kita pasti bakalan ketemu.”

Double Trouble CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang