“Jadi Papa manggil Jungkook kesini cuma untuk ngelihat perbuatan tercela Papa?”
Jhovan tersentak, segera menepis tangan sang sekertaris untuk menjauh dari kemejanya, ia menoleh ke arah Jungkook. “Kamu beneran bakal pulang ternyata.”
Tatapan Jungkook nampak begitu dingin, melihat seorang wanita muda dengan kemeja putih dan rok ketat selutut yang kini berdiri tak jauh dari Jhovan. “Setelah apa yang menimpa Mama, Papa bahkan masih berani mempekerjakan jalang ini?”
“Jaga mulut kamu, Jungkook!” bentak Jhovan begitu tegas. “Dimana sopan santun kamu?!”
“Bentar, dimana ya sopan santun Jungkook?” Jungkook berpura-pura berpikir, lalu terkekeh sendiri. “Ah, iya, sopan santun itu sudah lama hilang, bersamaan dengan perginya orang yang sudah mengajarkan hal tersebut kepada Jungkook.”
“Jungkook ....” panggil Jhovan dengan nada tertahan, rahang lelaki paruhbaya itu sudah mengetat, ia bisa melihat kini Jungkook hanya menunjukan ekspresi santai, Jhovan menarik napas dalam, berusaha untuk meredam amarahnya, niatnya memanggil Jungkook kesini bukan untuk bertengkar.
“Kenapa kamu sering berbuat masalah di sekolah?” tanya Jhovan yang mulai bisa mengendalikan emosi. “Kamu bolos, berantem, dan berbuat semaunya, kamu pikir hanya karena kamu anak orang kaya, kamu bisa seenaknya?”
“Lho, Jungkook anak orang kaya ya?” Jungkook malah bertanya balik, menarik sudut bibirnya hingga menciptakan senyum samar yang mengejek. “Jungkook bahkan udah gak ingat masih punya orang tua atau enggak.”
Jhovan tahu ia salah, namun pebuatan Jungkook juga tak bisa dibenarkan, lelaki itu duduk lemas di sofa tunggal sembari memijit pelipisnya pelan. “Jungkook, Papa tahu kamu marah sama Papa setelah apa yang menimpa Mama kamu, tapi sampai kapan kamu harus seperti ini?”
Jungkook memalingkan wajah, sepasang matanya kini memanas, ia merasa sakit hati begitu mendengar nama sang Mama yang disebut langsung oleh bibir Jhovan.
Meski sudah berusaha untuk tak meledak, pandangan Jungkook justru secara tak sengaja bertemu dengan sekertaris Jhovan, napas cowok itu seketika memburu, ada dendam tersendiri yang ia simpan pada sekertaris cantik itu. “Sampai Papa bisa jelasin, kenapa jalang ini masih bisa bernapas dengan bebas di rumah ini?!”
“Berhenti menyebut dia jalang, Jungkook!”
“Kenapa Papa selalu belain dia?!” Jungkook kembali menatap Jhovan dengan amarah yang sudah berkobar. “Itu artinya benar, kalau Papa dan sekertaris sialan itu memang penyebab Mama pergi!”
Jhovan berdiri. “Kamu tidak tahu apa-apa!”
Jungkook kehilangan kendali, ia menarik kerah baju Jhovan dengan kasar. “Kalau begitu, apa susahnya untuk memberi penjelasan ke Jungkook?!”
“Terkadang ada hal-hal yang tidak perlu kamu ketahui,” ujar Jhovan terdengar putus asa.
Terdiam tak bisa berkata-kata, “Aaarrghh ...!” Jungkook berteriak, mengangkat kepalan tangannya ke udara hendak melayangkan satu pukulan ke wajah Jhovan.
“Jungkook, berhenti!” sekertaris itu—Kim Bomi—akhirnya bersuara, setelah sekian lama hanya berdiri dengan gemetaran didekat Jhovan, kini ia berhasil menahan tangan Jungkook sekuat tenaga. “Tolong, jangan berbuat seperti ini ke Papa kamu.”
“Diam lo bangsat!” Jungkook menepis jauh tangan mungil yang menurutnya sangat menjijikan itu.
Jungkook tahu peran apa yang sedang dimainkan oleh Bomi, tatapan sendu dan memelasnya hanyalah senjata, cowok itu bahkan bisa dengan jelas melihat sedikit senyuman diujung bibir Bomi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Trouble Couple
Fiksi PenggemarIni adalah bagaimana Lisa mengenal Jungkook, si cowok cabul yang bucin dan rada gila. Yang memiliki koleksi selir, dan menjadikan Ratu seorang. Trouble Couple Missing Chapter.