11. See ya.

342 49 4
                                    

“Lo ngapain sih ngajak gue kesini ...?” tanya Jungkook begitu malas, Lisa dibelakangnya sedang mendorong paksa sosok dirinya untuk memasuki sebuah cafe.

“Kita mau ngedate.”

Jungkook terdiam mematung, ia menatap Lisa tak percaya. “Mau ... mau apa tadi lo bilang?”

Lisa menarik napas panjang, tidak menyangka ia akan mengatakan hal menggelikan ini pada Jungkook. “Kita mau dinner sayang.”

“Kyaaa ...!” Jungkook memegangi kedua pipinya yang memanas, dengan senyum malu-malu ia menatap Lisa yang kini menunjukan ekspresi datar. “Hayuk lah, jarang banget lo dapat pencerahan buat ngajakin gue dinner.”

Lisa memutar bola matanya malas, di satu sisi ia merasa terhibur dengan sikap receh Jungkook, namun disisi lain, ia juga merasa geli sendiri karena harus bisa bersikap manis pada cowok itu. Ya, mau bagaimana lagi, ini demi misi pentingnya.

“Lo duduk disini, sayang.” Lisa menekan pundak Jungkook untuk duduk disalah satu kursi yang sudah ia siapkan.

Jungkook tersenyum senang, ia menurut saja, saat melihat Lisa yang tak kunjung duduk, cowok itu mengernyitkan dahi keheranan. “Lo mau jadi manekin disitu?”

Lisa mendengus, merogoh saku roknya, mengeluarkan secarik surat dengan amplop berwarna merah muda dan meletakannya ke atas meja. “Masih ada sesuatu yang harus gue siapin?”

“Masih ada?” Jungkook menajamkan mata, menatap Lisa dengan raut curiga. “Atau jangan-jangan ...?”

Lisa meneguk ludah diberi tatapan mengintimidasi seperti itu. “G-gak usah mikir aneh-aneh deh, lo tinggal nunggu disini apa susahnya sih?!”

“Iya-iya ....” Jungkook terkekeh, ia menumpu dagu, menatap Lisa dengan senyum menggoda. “Gue pura-pura gak tahu aja kalo lo mau ngelamar gue. Ah ... dan gue juga tahu, kalo surat ini perantara lamaran lo ‘kan?” lalu, cowok itu pura-pura terkejut sembari menutup mulutnya dengan anggun. “Ups ... sorry, gue malah ngerusak kejutan lo, hehe.”

Raut wajah Lisa kembali berubah datar. “Terserah elo.” saat hendak pergi, cewek itu teringat satu hal. “Oh ya, itu surat harus lo baca kalau gue udah bener-bener pergi.”

Jungkook mengangkat sebelah alisnya melihat punggung Lisa yang perlahan menjauh. Ia beralih menatap secarik surat dihadapannya, dibungkus menggunakan amplop merah muda dan juga gambar hati ditengahnya.

Jungkook terkekeh geli sendiri, ditengah hati itu ia bisa membaca tulisan Lisa. “Baca ampe selesai ya sayang, awas lo kalo gak baca ampe selesai terus malah keburu ngamuk, gak jadi gue nikahin ntar!”

Haruskan Jungkook meledakan tawanya sekarang juga, demi apapun, Lisa berhasil membuatnya salah tingkah. “Apa dia beneran bakal ngelamar gue?” gumamnya pada diri sendiri.

Mengedikan bahu acuh, Jungkook segera membuka amplop itu dengan tak sabaran.

Namun baru ujung kertas yang muncul ke permukaan, senyum cowok itu luntur dalam sekejap, tergantikan dengan dahi mengerut, surat lusuh yang diatasnya sudah ada goresan tinta lama yang agak memudar.

‘Tolong jaga Jungkook.’

Hati Jungkook serasa seperti baru saja ditumbuk oleh sesuatu begitu membaca kalimat pertama itu, ada perasaan aneh yang tiba-tiba melandanya, meskipun ia sendiri belum tahu siapa si penulis itu.

‘Aku tahu kamu gak salah, maaf Jhovan, aku harus pake cara ini biar kamu mau ngelepasin aku.’

Iya, Jungkook mengerti sekarang, pikirannya seolah langsung tersambung ke arah pembicaraan kalimat itu, wajah cowok itu seketika pucat pasih saat bayangan seorang wanita melintas di kepalanya.

Double Trouble CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang