09. Come Back Home

407 78 3
                                    

Hari ini sudah terhitung hari ke sepuluh Jungkook menghilang tanpa kabar, Lisa sudah tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan selain menunggu, memikirkan bagaimana konsep istirahat yang dimaksudkan Jungkook itu seperti apa?

Lisa membuang asal tasnya ketika memasuki apartemen, setelah seharian penuh menjalani waktu yang membosankan di sekolah, cewek itu menghela napas ketika pandangannya mengedar ke seluruh penjuru apartemen yang sepi.

Mata cewek itu bergerak layu, akhir-akhir ini kesehatannya menurun sebab terlalu banyak pikiran dan berakhir membuatnya depresi.

Lisa berjalan dengan malas memasuki ruang tengah, langsung saja menjatuhkan tubuh ke atas sofa dengan posisi tengkurap. Menghembuskan napas berat, ia melirik ke seluruh penjuru, benar-benar sunyi.

Selama ini ia baik-baik saja bisa tinggal sendirian di apartemen ini, lalu mengapa ia merasa begitu hampa?

“Gue kenapa sih?”

Lisa mendudukan dirinya, pada akhirnya ia menyerah, menyerah pada kesendirian yang menghantarkannya ke rasa rindu yang tertuju pada satu cowok yang memberi warna baru pada kesehariannya yang semula monoton.

Sesak sekali saat tahu bahwa cowok itu menghilang bak ditelan bumi, Lisa tidak tahu dimana ia sekarang, hanya bisa menebak, apa yang kira-kira sedang dilakukan oleh cowok itu saat ini.

Lisa terkekeh hambar, bersamaan dengan jatuhnya setetes air mata yang mengalir ke pipinya, bibir pucat itu perlahan menyebutkan nama sosok yang sangat ia rindukan. “Jungkook ....”

***

“Akhir-akhir saya mendapatkan banyak masalah, dan hal itu berdampak pada mental saya.”

“Apa kamu sudah mengikuti arahan dari saya ketika kambuh?” wanita itu bertanya dengan tatapan lembut.

Jungkook memilin bibir bawah menggunakan jemarinya, nampak berpikir, lalu menjawab. “Saya tidak sempat mengikuti arahan dokter, tapi ....”

“Tapi ...?”

“Ada seseorang yang menggantikan obat-obat yang diberikan dokter ke saya.”

“Ah, gadis yang kamu ceritakan itu ya?” wanita itu tersenyum senang, ia menumpu dagu menggunakan dua punggung tangannya ke meja. “Dengar, ada kalanya rasa nyaman bisa melenyapkan emosi yang berkobar, mungkin itu yang kamu rasakan ketika gadis itu ada disampingmu disaat yang tepat?”

“Maksud dokter ... dia bisa menjadi obat penenang?”

Tiffany mengangguk, membuat Jungkook tersenyum tipis, membenarkan ucapan dokter psykolognya tentang Lisa. Namun, senyum cowok itu tak bertahan lama ketika mendengar ucapan Tiffany selanjutnya.

“Tapi bukan berarti, kamu bisa memanfaatkan dia sesuka kamu.” wanita itu menarik napas panjang, ia menatap Jungkook dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan. “Apa kamu ingat, apa yang sering kamu lakukan ke obat penenang yang biasa saya kasih ke kamu selama ini?”

Ya, Jungkook ingat, ketika dirinya tersulut emosi dan sulit untuk mengendalikan diri, terkadang obat penenang yang diberikan Tiffany justru tak bisa melakukan tugasnya sebab hancur terlebih dahulu, mendapat lampiasan kekejaman cowok itu sendiri sangking emosinya.

Dan tak menutup kemungkinan, Lisa yang menjadi obat penenang terampuhnya, bisa mendapatkan perlakuan serupa seperti yang selama ini Jungkook lakukan pada obat penenangnya, mengingat bagaimana toxicnya hubungan mereka selama ini.

“Dia bisa menjadi obat penenang kamu, namun dia juga bisa menjadi korban kamu.”

Jungkook mengusap pelipis yang terhalangi poninya yang mulai memanjang. “Lalu saya harus apa dok? Saya butuh dia, saya tidak bisa melepaskan dia begitu saja.”

Double Trouble CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang