Bab 14

12 7 0
                                    



"Bunda"

Amira dan Bram menoleh saat mendengar teriakan seseorang yang tak jauh dari mereka.

Amira langsung berlari kecil dan langsung memeluk gadis itu dengan erat juga air mata yang kembali menetes deras.

"B-bunda... A-ayya baik² aja kan?"ucap gadis itu sesenggukan.

Amira tidak menjawab pertanyaan sang gadis melainkan isakan yang kian mengeras, menyayat hati Rasyah yang tengah memeluk punggung bergetar Amira.

"Syah... A-ay.... Ayy-"belum sempat menjawab pertanyaan Rasyah,Amira pingsan, dan dengan sigap Rasyah memeluk erat tubuh Amira agar tak jatuh.

Bram yang melihat itu langsung berlari dan menangkap tubuh istrinya yang sudah tak sadarkan diri.

"Astagfirullah bunda"


.............

Keempat remaja yang mendengar keributan di luar melangkah keluar untuk mengecek.

Mereka berempat kini mendapati Bram tengah merangkul istrinya yang pingsan di kursi panjang, dengan seorang gadis bercadar di samping kanan Amira, dengan air mata yang terus mengalir.

"Syah biar ayah yang urus bunda okay, kamu masuk saja jenguk adikmu"ucap Bram menenangkan.

Rasyah mengangguk mengiyakan dan mulai beranjak dari duduknya, kepalanya mendongak dan mendapati keempat remaja yang ia kenal.

Gus Arya dan ustadz Haekal mempersilahkan Rasyah masuk.

Setelah menyimpan kembali pakaian yang ia pakai tadi, mereka pun memutuskan untuk pulang dan kembali lagi nanti.

"Om yang sabar yah, kalau ada apa² hubungi kami saja, kami mau pulang dulu"ucap Gus Arya lalu menyalimi punggung tangan Bram dan diikuti oleh ustadz Haekal.

"Kalian hati² yahhh... Terimakasih sudah datang menjenguk Ayyara"ucap Bram dan di angguki keempat remaja yang berada di depannya.

"Sama² om, kami pulang dulu.."

"Assalamualaikum"ucapnya bersamaan.

"Walaikumussalam" jawab Bram.

..............

Rasyah melangkah memasuki ruangan dengan Air mata yang terus mengalir.

"A-ay?, Kok ini semua bisa terjadi sih hikss.."ucapnya

"Ini yang kak Asyah takutin kalau kamu nyetir sendiri ayy.. ini yang kakak gak mau terjadi sama kamu"

"Kakak takut kehilangan kamu...."cicitnya.

Rasyah mendekat dan menggenggam tangan dingin Ayyara, dan mengecupnya lama, Rasyah sangat sayang terhadap adiknya.

"Sekarang demi kakak kamu harus bangun.... Bangunan yuk, bentar lagi kamu ulang tahun hikss, kakak mau liat muka ceria kamu.. bukan ini yang kakak mau hiks...hikss"

"Tadi kakak baru aja mau pinjam ponsel sama Bu nyai, mau tau kabar kamu gimana karena katanya kemarin kamu demam, ehh malah bukannya denger kabar baik, malah dengar kabar kamu kecelakaan."ucapnya sesenggukan.

Rasyah tersentak kaget melihat darah segar yang mengalir dari hidung adiknya, mata Rasyah membulat dengan mulut sedikit Terbuka.

"Astagfirullah ayy..."Rasyah dengan cepat mengambil tissue yang berada di atas nakas lalu mengusap pelan darah itu hingga bersih, namun tak berhenti mengalir membuatnya panik

Rasyah memencet tombol yang berada di dinding.

"Tolong keruangan Ayyara Kinanti Hattala sekarang"

Tak lama kemudian dokter datang dengan 2 suster di belakangnya.

"D-dok adek saya sedari tadi mimisan dan tidak mau berhenti"ucapnya cemas dan dia angguki sang dokter.

Dokter mengernyit heran lalu segera mengambil tindakan.

Setelah memeriksa Ayyara, dokter itu menghela napas gusar.

"Pasien mengalami ------------"


Mata Rasyah membulat sempurna mendengar pengakuan dokter, tubuhnya merosot dan menangis pedih.

Dokter berjongkok dan mengusap bahu bergetar gadis di depannya, dengan tatapan iba.




________________________

Hayoloh Ayyara kenapa??
Mwehehe nanti kita lanjut kalau ramai✍🏻

Bab ini pendek, tapi tunggu Bab selanjutnya, soalnya otak lagi gak mau kerjasama:)

Jangan lupa vote✨

Komen🤍

Follow aku juga kalau mau😂

Dahh👋🏻"assalamualaikum"🙌🏻✨



AYYARA  KINANTI  HATTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang