━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━"𝘠𝘢h! Diamlah! Kyungjun sedang tidur!"
Mendengar itu, Heo Yul dan teman-teman diam berbarengan. Tak ada dari mereka yang mau membalas seruan seorang Jinha yang menyentak. Terkecuali Donghyun, meski dia hanya berdecak geram pada mereka.
"Para brengsek itu, tidur ya tidur saja." gumam Donghyun kesal. Pemuda itu menggeser tubuhnya, mencari posisi nyaman untuk kembali tidur.
Lee Yoonseo yang terbangun kini mendongakkan kepala dan mengintip kebelakang, dirinya mengambil pandangan pada Kim Junhee--ketua kelas mereka yang sedang terlelap dalam bunga tidurnya. Gadis itu menorehkan senyuman manis sembari menatapnya.
Gadis lain disebelahnya menghembuskan nafas lelah, "kalau ingin menatapnya, duduk saja disebelahnya." Kata Oh Jungwon sembari menatap layar monitor.
Yoonseo langsung mencebikkan bibir ke temannya itu, "aku tidak menatapnya." Bohong dia.
Setelah mengatakan itu, Yoonseo kembali mengedarkan pandangan ke anak-anak yang duduk di kursi bagian belakang. Awalnya pada kelompok Kim Somi yang heboh bercanda, lalu pada Heo Yul dan teman-temannya yang kini berbincang santai, Yoonseo berakhir pada Kyungjun dan orang-orangnya, "mereka tampak damai saat tidur," Yoonseo bergumam seusai menemukan Ko Kyungjun, Shin Seungbin dan Kim Jinha yang tertidur.
Gadis dengan surai hitam itu sekarang menangkap sosok gadis diantara mereka bertiga. Do Y/n yang duduk disebelah Kyungjun di sisi dekat jendela.
Oh astaga, seharusnya Yoonseo mengajak Nami untuk duduk berdekatan.
***
Mimpi panjangnya selesai ketika sebuah sentilan mendarat pada dahinya. Y/n menerjap bangun dengan sedikit keterkejutan. Bus sudah sepi, Y/n bisa dengar suara ramai dari luar. Dia menatap orang yang barusan menganggu tidurnya.
"Bangun juga kau--" omongan orang itu terpotong begitu saja karena Y/n menerobosnya untuk keluar. Kyungjun yang diperlakukan begitu hanya memasang tampang tak suka, dia menatap Nami yang sekarang turun dari bus.
Kyungjun berdecih, hendak menyusul turun tapi matanya menangkap pantulan cahaya yang menimbulkan silauan dari bangku bus. Pemuda itu menoleh, lalu bergerak meraih benda berkilau itu. Saat dia memegangnya, ia tersadar bahwa itu adalah sebuah keychin dengan bentuk yang sedikit unik.
Kyungjun sekarang melihat keluar bus, dimana ada Y/n yang sedang berjalan. Dalam sekejap, pemuda itu menggenggam benda itu lalu mengantonginya dan dia segera turun dari sana saat dua temannya memanggil namanya.
Y/n yang baru turun dari bus mendapati Yoonseo yang seperti melamun menatapi kearah sebuah gedung, pandangannya nampak kosong saat Y/n menatap matanya. "𝘠𝘢, Yoonseo." Y/n memanggil. Yoonseo sendiri masih menatap apa yang dia lihat tanpa tau Nami memanggilnya.
Gadis itu menepuk pundak Yoonseo, dia kelihatan agak berjengit kaget mendapati seseorang menyentuh. "Y-ya?" Ucapnya.
"Apa yang kamu lihat?" Y/n mengikuti arah pandang Yoonseo sebelumnya. Tapi Yoonseo sontak menggeleng, "tidak ada."
"Apa yang kalian lakukan?" Junhee muncul dari belakang. Dia menatap Yoonseo yang kelihatan seperti orang linglung. "Ada apa?"
Yoonseo kembali menggeleng. "Tidak ada."
"Baiklah. Ayo masuk." Ajak Junhee. Dia menoleh untuk melihat Nami disebelahnya, "ayo."
Ada patung dengan keseluruhannya berwarna putih bersih, patungnya berbentuk seperti seorang wanita cantik yang berpose duduk diatas sebuah kotak bercorak keramik. Patungnya disinari lampu biru.
Para murid termasuk Jungwon melakukan scan pada kode qr yang disediakan pihak retret, katanya dengan itu semua orang bisa mengakses wifi gratis dan mendapatkan aplikasi paduan.
Y/n yang terlalu malas mengeluarkan ponsel meminta Yoonseo membantunya, "ini," ucap Yoonseo memberikan ponsel milik Y/n setelah menutup tas ransel milik gadis itu.
"Makasih," ujar Y/n padanya, Yoonseo membalas dengan senyuman. "Kamu tidak memindai?" Junhee lagi-lagi muncul diantara keduanya. Laki-laki bertanya pada Yoonseo yang hanya mengambil selembaran.
"Tidak," jawab Yoonseo. "Aku bisa pakai ini."
"Kau mau membawanya selama dua hari penuh?" Tutur Y/n, dia mendengus. "Itu merepotkan tau." Yoonseo sendiri tertawa sambil menggumamkan kata tidak.
Y/n beralih meninggalkan Yoonseo bersama Junhee, dia menaiki tangga untuk menuju kamarnya. Y/n tanpa sengaja berpapasan dengan Jungwon di lorong.
"𝘠𝘢, kau sudah dapat kamar? Aku dan Yoonseo hanya berdua dalam sekamar, bagaimana jika kau bergabung dengan kami?" Itu Jungwon yang merekrut Y/n untuk tinggal sekamar dengannya.
Tanpa pikir lagi, Y/n mengiyakan. Dia menaruh tasnya di salah satu kasur dengan asal. Yoonseo yang baru tiba juga melakukan hal yang sama. Tiga gadis itu akhirnya memutuskan untuk turun ke bawah karena perintah Wali kelas.
Semua murid 11-2 berkumpul di auditorium gedung utama pada lantai dasar, kebanyakan sudah sibuk dengan urusan masing-masing. Menari, menyetel gitar, sekedar duduk, ada yang bercanda bahkan kelihatan couple kelas sedang berpacaran di tribun atas.
Y/n yang duduk disalah satu kursi mengangkat wajahnya saat wali kelas mereka datang. Memilih mengabaikan, Y/n kembali fokus pada ponselnya yang terus menerus menunjukkan tanda bahwa sinyal tidak terhubung pada smartphone miliknya. "Payah." Kesalnya.
"Aku tidak mendapatkan sinyal sama sekali," ucap Jungwon. Y/n menoleh padanya, rupanya bukan hanya dia yang merasakannya. Gadis itu bangun dari duduknya, Yoonseo beserta Jungwon menatapnya. "Mau kemana?"
"Kamar. Disini sesak." Ujar Nami.
***
𝘠𝘢. Ke kamar bukanlah tujuan sebenarnya dari Do Y/n, gadis dengan surai hitam sebahu itu membawa tungkainya menaiki tangga menuju rooftop bangunan ini. Selagi berjalan di tangga, dia memasang headphone hitam pada telinganya, menyumbat segala suara berisik dari lantai bawah.
Sunyi dan sepi. Hanya ada angin sepoi yang menyibakkan helaian hitam kecoklatan milik Y/n. Rok diatas lututnya pun ikut mengalun mengikuti nada angin malam yang membekukan kulitnya. Y/n hanya bersetelan seragam sekolah; kemeja putih dengan cardigan biru tua.
Mata cantiknya menatap jalanan yang dapat dipandang, sungguh, tempat ini cocok menjadi tempat syuting Korean horor series jika ada.
Sebab lokasinya yang berada ditengah hutan dengan jalan yang sepi tanpa mobil yang berlalu lalang bahkan sejauh mata memandang tak ada satupun rumah sipil yang kelihatan.Y/n mengelus lengannya sebentar, sebelum akhirnya dia beralih kembali ke dalam karena malam itu benar-benar seperti badai yang tenang. Tidak berisik, tapi menghanyutkan.
Namun. Suara deting dari ponsel mengalihkannya, Y/n menarik benda persegi panjang itu dari saku roknya. Menatap pada ikon aplikasi yang mulai terpasang pada beranda ponsel. "Apa-apaan?" Bingungnya.
Dengan alis berkerut dia menatap teks bertuliskan "Selamat datang. Permainan Mafia akan dimulai sekarang. Periksa identitasmu."
Lalu sebuah gambar surat muncul, dengan agak ragu, gadis itu menekannya sampai muncul tulisan "Do Y/n, identitasmu adalah 𝘄𝗮𝗿𝗴𝗮."
"Aneh." Katanya sebal. Dengan tempo langkah cepat dia menuruni tangga. Sampai dia menemukan bahwa ada hal ganjil dari aplikasi game mafia tadi.
Dia kembali merogoh saku, mengecek ponselnya yang mulai muncul deretan angka dan peraturan yang dituliskan diantaranya. Tak mau membaca semuanya, Y/n mengubah ke menu obrolan. Baek Eunha baru saja mengirimkan pesan.
𝘽𝙖𝙚𝙠 𝙀𝙪𝙣𝙝𝙖
Heo Yul adalah mafia. Ayo bunuh Heo Yul.Lalu notifikasi muncul, beberapa murid memilih mengeksekusi Heo Yul. Y/n memeriksa deretan nama anak kelasnya pada menu pilihan. Menekan nama Heo Yul dan mendapatkan opsi untuk memilih dia atau tidak.
Menatap sebentar sebelum menekan kata Ya.[]
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐔𝐑𝐒𝐄, 𝗻𝗶𝗴𝗵𝘁 𝗵𝗮𝘀 𝗰𝗼𝗺𝗲
Fanfiction❝ 𝗪𝗵𝗼 𝗮𝗿𝗲 𝘆𝗼𝘂? ❞ Night has come Fanfiction Game kematian ini memaksa semua murid memainkannya. Meski mereka berdiri ditengah-tengah darah teman sendiri, mereka tetap bersikukuh terus hidup sampai esok hari. |✎NightHasCome only on