━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
"DO Y/N! DO Y/N! DO Y/N!"
Seru-seruan lantang menguar di langit-langit gimnasium, spanduk nama berkibar, pun namanya diserukan luar biasa sampai menembus keluar gedung olahraga.
Peluh menetes dan mengaliri pada sekujur tubuhnya, jersey oranye yang dikenakan pun hampir nampak basah. Kakinya berlari mengitari dua orang dari kubu lawan yang mencoba mencuri bola ditangannya.
Berkali-kali dia memantulkan bola basket itu diatas lantai sambil dengan gesit menghindari lawan. Sang bintang kebanggaan, Do Y/n, tidak menunjukkan kelemahan bahkan setelah melewati empat quarter.
Semua orang juga bingung, latihan intens semacam apa yang dijalani gadis itu sampai tidak kelihatan kelelahan bahkan setelah dimainkan selama tiga quarter penuh.
"Y/N! DISINI!" Seseorang dari timnya berseru, meminta operan. Tapi Y/n tidak mengindahkannya, gadis itu melihat bahwa temannya tidak memiliki peluang banyak karena dijaga.
Y/n justru mengecoh, bergerak gesit diantara tiga orang yang menyelip nya, gadis itu melompat dan three-point masuk.
"LAST-SHOOT!" Pekik wasit disertai bunyi nyaring peluitnya.
Euforia meledak di bangku-bangku supporter, teriakan bahagia pecah di detik selanjutnya. Semua pemain, baik yang di lapangan maupun dibangku cadangan memasuki lapangan dan menyerbu Do Y/n dengan pelukan. Penonton berangkulan dan bersorak gembira.
***
"Kak!"
Y/n membuka pintu rumahnya dengan wajah senang yang kentara sekali nampaknya, dia mengenakan jaket putih gading yang menutupi Jersey oranye miliknya. Sebuah mendali emas dengan megah menggantung di dadanya.
Sinar senja menyelip dari sela kain jendela yang mengibar pelan terkena angin. Y/n membetulkan posisi tas dipundaknya, dia tidak mendapatkan jawaban antusias yang biasa menyambutnya. "Kak?"
Yang datang pada dirinya justru perasaan panik yang menjalar, Y/n menemukan testpack bertanda positif diatas meja. 'Punya siapa?' Tidak ada perempuan lain yang tinggal di apartemen ini selain sang kakak.
Dia baru sadar bahwa perabotan rumah kakaknya itu berantakan, pot bunga kesayangan kakaknya berserakan dimana-mana. Y/n baru ingat tadi berpapasan dengan pacar kakaknya di tangga, pria itu kelihatan turun dengan tergesa-gesa, ekspresi takut tercetak di wajahnya. Mungkinkah, pasangan itu habis bertengkar?
Y/n menepis pikiran aneh yang bertengger di kepalanya, segera bergerak mencari keberadaan kakaknya, "kak Jiwon!"
Gadis itu memeriksa kamar, tidak ada siapapun. Dia bergerak ke dapur dan hanya menemukan piring yang pecah diatas lantai.
Kakinya berjalan cepat menuju kamar mandi, dia membelalakkan mata saat mendapati pintu yang terkunci, dari dalam.
Dia memposisikan diri dan mendorongkan tubuhnya ke pintu, dengan segala tenaga dia mendobrak pintu kayu itu. Pada akhirnya pintu itu terbuka pada dobrakan Y/n yang kesekian kali. Gadis itu hampir terjatuh ke depan, dia akhirnya bisa masuk ke kamar mandi.
Tapi selanjutnya, perasaan aneh menyeruak ke permukaan dirinya. Y/n mendapati dirinya menatap sosok paling menyedihkan dari sang kakak.
Wanita muda kelihatan tergeletak diatas bathtub, Do Jiwon bersimbah darah dengan mata yang terbuka. Sebuah pisau menancap di kepalanya. Pada bagian perutnya terlihat ada belasan tusukan, ada darah yang merembes dari sana.
Y/n menghampiri tubuh kakaknya, berlutut dihadapan tubuh tak bernyawa Jiwon. Matanya berair, tapi wajahnya tidak menampilkan ekspresi. Dia marah, kesal, sedih, dan takut disaat bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐔𝐑𝐒𝐄, 𝗻𝗶𝗴𝗵𝘁 𝗵𝗮𝘀 𝗰𝗼𝗺𝗲
Fanfiction❝ 𝗪𝗵𝗼 𝗮𝗿𝗲 𝘆𝗼𝘂? ❞ Night has come Fanfiction Game kematian ini memaksa semua murid memainkannya. Meski mereka berdiri ditengah-tengah darah teman sendiri, mereka tetap bersikukuh terus hidup sampai esok hari. |✎NightHasCome only on