PART. 7: KESEPAKATAN

16 3 0
                                    

Dara menatap kosong kearah samsak yang terdiam menggantung dihadapannya. Sudah tiga hari, alat
olahraganya sekaligus mainan milik Dara itu menganggur. Dara sama sekali tidak menyentuh benda itu karena moodnya yang belakangan ini sedang tidak bagus.

Ditengah lamunannya, seketika Dara teringat dengan penawaran Sean tempo hari. Tawaran pekerjaan dengan bayaran yang menggiurkan bagi Dara. Namun sayangnya, pekerjaan itu mengharuskannya terus bersama dengan Sean. Dara tidak mau. Melihatnya saja sudah membuat Dara kesal apalagi terus berdekatan dengan pria itu. Tapi apakah Dara sanggup harus menunggu dengan waktu yang cukup lama sampai tempat pertandingan itu dibuka kembali?

Dara menghela napasnya gusar. Wanita itu bangkit dari duduknya dan pergi ke luar menuju tempat motornya terparkir. Dara memakai jaketnya dan memasang helm dikepalanya. Setelah itu, ia langsung menancapkan gas menuju kesebuah tempat tujuannya.

Sesampainya Dara disebuah mansion yang sangat besar, Dara langsung memarkirkan motornya tepat didepan gerbang dimana disana terdapat dua pria berjas yang sedang menjaga. Dara mendekati kedua pria itu. Bukannya dihadang, Dara
justru diperbolehkan masuk oleh kedua pria berjas itu. Tanpa berpikir panjang, Dara pun langsung berjalan memasuki mansion itu.

Di dalam sana, Dara menatap takjub kesekitar ruangan itu yang memiliki desain interior yang sangat modern dan mewah. Bahkan diruangan itu terdapat sebuah chandelier yang menggantung dengan sangat elegan. Masih dengan tatapan takjubnya, Dara tiba-tiba saja dikejutkan dengan kehadiran dua orang wanita dengan pakaian yang sama dan tersenyum kearah Dara. Mereka adalah pekerja disana yang bekerja sebagai maid.

“Nyonya Dara?” tanya salah satu maid.

“I..iya” saut Dara dengan canggung ketika dirinya dipanggil dengan sebutan ‘nyonya’.

“Silahkan duduk dulu, saya panggilkan tuan sebentar”

Dara hanya mengangguk dan menuruti perkataan salah satu maid itu yang kini pergi meninggalkan Dara. Dara duduk disalah satu sofa yang ada disana dengan seorang maid lainnya yang sedang menaruh secangkir teh hangat diatas meja yang telah dipersiapkan untuk Dara. Maid itu lalu tersenyum kearah Dara dan
pergi meninggalkan Dara disana.

Kini tinggal Dara sendiri yang berada disana. Tatapan matanya masih belum beralih dari bangunan yang besar itu. Memiliki rumah megah, pekerja maid, dan beberapa bodyguard membuat Dara berpikir jika Sean bukanlah orang sembarangan.

Tak berapa lama, Sean datang menghampiri Dara bersama dengan seorang pria berjas dibelakangnya. Kedatangan Sean membuat Dara sontak langsung membangkitkan tubuhnya dari sofa. Tatapan Dara terfokus kepada pria dibelakang Sean. Raut wajah, tinggi badan, dan semua hal yang ada pada pria itu nampak tak asing bagi Dara.

“Kamu orang yang mau nyerang saya malam itukan?” ucap Dara ketika sudah mengingat kejadian dimana dirinya hampir diserang oleh dua kelompok.

Pria berjas itu hanya membalas dengan tersenyum kearah Dara. “Saya tidak ingin menyerang kamu. Saya hanya ingin menyelamatkan kamu dari serangan orang-orang itu” katanya.

“Makasih udah tolong saya”

“Kamu harusnya berterima kasih kepada Sean karena dia yang menyuruh saya untuk menyelamatkan kamu”

Lagi-lagi Sean. Semuanya selalu Sean, membuat Dara menatap malas kearah pria itu. Melihat respon Dara dengan ekspresinya itu, membuat Sean terkekeh.

“Dar kenalkan ini Philip, dia sekretaris gue”

Pria bernama Philip itu menjulurkan tangannya kearah Dara dan kemudian disambut dengan Dara yang juga menjulurkan tangannya. Keduanya saling berjabat tangan dan memperkenalkan dirinya masing-masing.

She is DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang