BAB. 11: BLACK SUIT

7 3 0
                                    

"Telah ditemukan seorang pria tergeletak di jalan Boelevard dengan keadaan tewas secara mengenaskan. Hasil otopsi menyatakan adanya luka tembak dikepala dan ditemukan barang bukti sebuah pistol yang diduga milik korban. Dugaan sementara korban melakukan aksi bunuh diri. Selain barang bukti berupa senjata, polisi juga menemukan tato bertuliskan Black Suit dibagian leher belakang korban yang diduga kuat merupakan nama dari gangster yang banyak meresahkan masyarakat. Polisi sampai saat ini masih menyelidiki dan mencari informasi mengenai korban yang sampai saat ini belum diketahui identitasnya"

Philip mematikan televisi itu dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi yang tengah ia duduki.

"Makin banyak aja orang-orang yang ikut gangster. Padahal nggak ada keuntungan sama sekali, justru malah yang didapat adalah kematian yang sia-sia" ujar Philip.

"Itu bukan anak buah Sean?" Tanya Dara ceplas-ceplos.

Philip tersenyum kearah Dara. "Kami bukan gangster. Kami hanya bodyguard biasa yang bekerja untuk tuan Sean. Kami bukan seperti orang yang ada di televisi tadi"

Dara mengangguk sambil menahan malu diwajahnya.

"Tapi saya tahu Black Suit"

Mendengar itu Dara langsung menatap serius kearah Philip. Pria itu seperti tahu banyak informasi mengenai gangster berjas bernama Black Suit yang saat ini sedang mengincar Dara.

"Kamu tahu?"

Philip mengangguk. "Bahkan saya pernah berhadapan dengan mereka."

"Mereka bukan gangster yang setiap hari selalu buat resah masyarakat. Mereka bukan orang sembarang dan selalu mempersiapkan setiap rencana mereka. Ya bisa dibilang seperti mafia"

Philip membuka jas hitam yang membaluti tubuhnya. Lalu melipat lengan kemeja putihnya hingga kesiku. Disana terlihat sangat jelas bekas luka-luka diseluruh lengan Philip. Dara bergidik ngeri menatap pemandangan mengerikan dihadapannya itu.

"Ini semua karena ulah mereka"

Dara menelan ludahnya ketika ia sekali lagi melihat luka-luka yang membekas di tubuh Philip.

"Saya berhadapan sama mereka karena mereka sempat mengincar tuan Sean. Tapi saya belum tahu tujuan mereka apa sampai-sampai mengincar tuan Sean"

Dara shock ketika tahu nasibnya sama seperti Sean, menjadi incaran gangster yang sampai saat inipun Dara juga masih belum mengetahui tujuan mereka.

"Sampai saat ini informasi yang saya dapat hanya latar belakang bos mereka."

"Bos mereka, anak dari salah satu orang yang pernah dinobatkan sebagai orang terkaya nomor tiga. Tapi semenjak orang tuanya meninggal, dia jatuh miskin dan keberadaannya masih belum diketahui" lanjutnya.

Dara merenung sebentar dengan informasi yang baru ia ketahui. Semua yang terjadi padanya dan orang-orang sekitarnya semakin membuatnya pusing. Apa tujuan gangster ini? mengapa mereka selalu mengincar orang-orang?

Tetapi disatu sisi Dara cukup senang karena sudah mendapatkan informasi mengenai "Black Suit" walaupun hanya sedikit. Setidaknya itu bisa membuat Dara tenang dan semakin semangat untuk menggali informasi lebih dalam lagi tentang "Black Suit".

"Kamu tahu mereka?" tanya Philip karena melihat tingkah Dara yang menurutnya aneh.

"E...enggak" jawab Dara terbata-bata.

"Seharusnya kamu tahu mereka. Apalagi kamu sering datang ke tempat pertandingan itu. Ditambah satu-satunya wanita yang paling mencolok di tempat itu. Sudah pasti kamu pernah bertemu atau berhadapan sama mereka" saut Philip yang membuat Dara tidak dapat berkata apa-apa lagi.

Tak lama kemudian, Sean datang menghampiri Dara dan Philip disana. Pria itu baru saja selesai mengurusi beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan di ruang pribadi miliknya.

"Philip, saya harus pergi ke lapangan buat ngecek keadaan di sana, kamu bisa urus disini sebentar?"

"Bisa tuan"

"Baik. Dara kamu ikut saya". Dara tak membalas apapun. Wanita itu menurut saja dan dengan segera bangkit dari duduknya.

Dara dan Sean berjalan menuju pintu keluar dan tentu saja lagi-lagi hal itu membuat perhatian semua orang yang ada di sana teralihkan kepada Dara dan Sean, salah satunya adalah Dian yang menatap sinis kearah Dara.

Dara dan Sean pergi keluar menuju kendaraan mereka. Sean dengan mobil miliknya dan Dara dengan motor kesayangannya. Keduanya pergi begitu saja meninggalkan gedung yang besar itu.

***


"Kenapa ngelamun terus?" tanya Sean yang membuyarkan lamunan Dara.

"Enggak apa-apa" jawab Dara cuek.

Sean menenggak kopi yang sudah dibuatkan oleh bude sebelumnya. Pria itu masih saja menatap Dara yang sedari tadi melamun. Wanita itu sedari tadi memang terlihat seperti sedang banyak pikiran. Bahkan dirinya sampai tak sadar jika pria dihadapannya ini sudah menatapnya selama sepuluh menit lamanya

"Semalam dijalan Boulevard ada jenazah pria. Katanya bunuh diri, tapi gue nggak yakin dia bunuh diri begitu aja. Pasti ada sesuatu" kata Sean memulai pembicaraan.

Dara mendengar perkataan Sean, namun ia berusaha untuk terlihat cuek dan tidak memperdulikannya.

"Lo harus hati-hati ke manapun lo pergi" katanya lagi.

"Enggak usah sok peduli. Mending urus aja diri lo sendiri"

Sean tersenyum dan tak menggubris perkataan Dara. "Gue nggak mau lo kayak orang yang ada ditelevisi itu"

Dara menatap sebentar kearah Sean dengan tatapan dan wajahnya yang malas. Sedangkan pria itu seperti biasanya merespon dengan sebuah senyuman khasnya.

"Ini gaji lo" kata Sean lagi sambil menyerahkan uang yang dibaluti dengan kertas berwarna coklat.

Dara memperhatikan benda itu dan segera meraihnya. Wajah yang tadinya terlihat masam, kini berubah seratus delapan puluh derajat. Dara tersenyum sumringah, bahkan kegirangan. Dara membuka kertas coklat itu dan melihat banyaknya kertas berwarna merah di dalamnya.

"Makasih karena selama ini lo udah kerja keras"

Dara tak menggubris perkataan Sean. Wanita itu masih saja fokus menghitung dengan benda yang ada ditangannya.

"Lo nggak dengar?"

"Dengar tuan muda Sean Airell Dimitri"

Sean terkekeh mendengarnya.

"Tapi selanjutnya gue mau lo kerja yang ikhlas. Jangan jutek. Kalau gue tanya, jawabnya harus ikhlas. Jangan lupa biasain senyum!" pinta Sean.

"Senyum? ogah. Nggak jelas senyum-senyum mulu!"

"Ini perintah!"

"Gue enggak mau. Lagian gue ini kerja sebagai bodyguard, bukan jadi sales! Kalau bodyguard harus pasang tampang serem"

"Tapi ekspresi lo itu terlalu berlebihan. Orang ngajak ngobrol masih aja dijutekin. Lagipula ngga ada salahnya buat senyum. Sekretaris gue, Philip, dia suka senyum"

Dara terdiam sambil menatap Sean dengan wajah kesalnya.

"Mulai sekarang biasakan senyum kalau ngobrol sama gue"

Dara memutar bola matanya dengan malas dan tak menjawab perkataan Sean.

"Paham?"

"Iya tuan" kata Dara dengan nada penekanan serta menunjukan senyum yang tak ikhlas dan seketika wajahnya kembali berubah jutek.

Sean tertawa. Entah mengapa ketika melihat sikap Dara yang sedang kesal, justru membuat pria itu langsung tertawa. Menurutnya Dara adalah wanita yang berbeda. Walaupun sikapnya sering kali menguji kesabarannya, tetapi disisi sikapnya yang cuek dan garang terkadang ada satu hal yang berhasil membuat pria itu tertawa.

***


Part 11 selesai☺️
Silahkan tinggalkan jejak untuk part ini!

See you in the next part
Shintiacrlne🌻

She is DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang