BAB. 10: MARIO

5 3 0
                                    

Dara berjalan memasuki sebuah Cafe Shop tempat dimana dirinya biasa meluangkan waktu luangnya untuk sekedar minum kopi dan menjernihkan pikirannya dikala merasa pusing dengan kehidupannya yang berat.

Dara memasuki ruangan itu dan langsung mengambil posisi duduk dimeja paling pojok. Kehadiran Dara yang datang, membuat salah satu pekerja di sana memperhatikannya dari kejauhan dan kemudian menghampirinya.

"Lo jarang banget kesini" kata seseorang dengan nada lirih.

Dara hanya terdiam.

"Pesan gue juga nggak lo balas"

Dara menghembuskan napas beratnya. "Sorry Mar. Belakangan ini gue sibuk. Lo tahukan kalau gue sekarang kerja"

"Sama salah satu pelanggan kafe gue itu kan?"

Dara mengangguk.

Mario menggenggam kedua tangan Dara dengan lembut dan menatap matanya dengan lekat.

"Kalau lo merasa berat dan capek sama pekerjaan itu, lebih baik lo keluar. Apalagi lo itu bukan perempuan yang suka diatur. Kalau lo terkekang dengan pekerjaan lo, lebih baik keluar Dar"

Dara hanya tersenyum dan tidak mengeluarkan sepatah katapun. Dara sadar dengan perkataan dan tatapan Mario itu, ada sesuatu yang membuat laki-laki itu merasa khawatir padanya.

"Gimana kerjaan lo?" Tanya Dara basa-basi.

"Seperti biasa. Nothing special" jawabnya.

Seketika hening diantara keduanya. Dara menatap Mario yang sedari tadi menatap ke arah lain. Ekspresi wajahnya seperti sedang menutupi sesuatu. Bahkan dari perkataan yang dilontarkannya membuktikan jika ia sedang tidak baik-baik saja.

Dara menggenggam tangan Mario yang membuat pria itu langsung menatap wajah Dara dengan ekspresi kebingungan.

"Lo kenapa? Hari ini gue ngerasa lo beda. Lo ada masalah?" Tanya Dara dengan nada lembut.

"Gue enggak apa-apa" balasnya cuek.

"Mar, cerita sama gue"

Mendengar nada bicara Dara yang lembut membuat Mario luluh dan menceritakan semua keresahan dalam dirinya.

"Dar, kalau gue minta satu permintaan sama lo, apakah lo akan mengabulkan permintaan gue itu?"

"Apa permintaan lo?"

"Apa lo mau berhenti kerja sama laki-laki itu?"

Dara yang mendengar itu terkejut dan merasa jika sahabatnya itu kini berubah.

"Enggak bisa, itu satu-satunya cara gue dapat penghasilan" jelas Dara bicara dengan pelan-pelan.

"Tapi lo bisa cari penghasilan kayak dulu lagi"

"Mar, sekarang polisi itu masih berlalu lalang. Kalaupun kita cari tempat yang baru, gue nggak yakin kalau polisi nggak akan tahu. Lagi pula kenapa kalau gue kerja sama Sean?"

Mario menghela napas. "Gue nggak percaya sama dia Dar. Dia orang asing. Dia pengganggu"

Dara tersenyum dan mengusap kedua tangan Mario lebih lembut.

"Lo nggak perlu khawatir sama gue. Gue bisa jaga diri. Lo tahu sendiri kan setiap gue tanding, gue yang selalu menang. Bahkan sebesar apapun lawan gue, gue tetap pemenangnya"

"Gue bakal selalu hati-hati. Kalaupun dia sampai macam-macam sama gue, gue bakal habisi dia"

Mario mengangguk mendengar perkataan Dara. Namun di sisi lain, Mario masih merasa tidak yakin dengan perkataan Dara. Mario masih tidak percaya dengan pria asing itu. Pria yang tiba-tiba saja hadir di kehidupan sahabatnya. Sean Airell Dimitri.

***


Jam terus berbunyi ditengah malam yang kian sunyi. Penghuni rumah itu sudah nampak tertidur pulas, terkecuali Dara yang wajahnya masih nampak segar tanpa ada rasa mengantuk sama sekali. Wanita itu memang terlihat diam saja sedari tadi. Namun di dalam pikirannya, banyak sekali hal-hal yang membuat dirinya sampai saat ini masih belum merebahkan tubuhnya.

Black Suit, segerombolan pria berjas yang pernah menyerangnya waktu itu. Sampai saat ini  masih belum diketahui siapa mereka dan apa tujuan mereka menyerah Dara. Lalu segerombolan pria bersenjata yang awalnya Dara mengira perampok atau begal, juga turut menyerang Dara. Namun Dara selamat berkat Philip dan anak buahnya yang membantunya.

Dan sekarang kedatangan Sean yang berhasil membuat kehidupan Dara dipenuhi dengan banyak kejutan. Pria asing yang selalu ada di mana-mana dan selalu menyelamatkannya. Anehnya sampai saat ini Dara menjadi akrab dengan pria itu hanya karena perjanjian yang konyol. Ditambah dengan mendengarkan cerita masa lalu Sean yang kelam.

Dara mengusap wajahnya pelan. Wanita itu tampak frustasi dengan semua masalah yang tiba-tiba saja selalu menimpanya. Sedangkan dirinya sampai saat ini masih belum tahu satupun orang-orang misterius yang selalu berhadapan dengannya, termasuk Sean.

Karena sudah muak dengan isi pikirannya yang dipenuhi dengan tanda tanya, Dara memutuskan pergi keluar untuk mencari udara segar. Dara mengambil jaketnya serta kunci motornya dan berjalan keluar rumah.

Wanita itu menunggangi kuda besinya dan melajukan tanpa memikirkan arah tujuannya. Kecepatan kendaraan itu sangat tinggi ditengah jalanan yang sepi. Dara menguasai jalanan malam ini.

Ditengah fokusnya yang sedang berpacu pada kendaraannya, entah datang dari mana tiba-tiba segerombolan kendaraan mengikutinya dari belakang. Dara berdecih kesal karena disaat dirinya sedang mencoba menghilang sebentar dari masalah yang terus berputar dipikirannya, ia malah mendapatkan masalah baru.

Dara menghentikan motornya dengan kasar dan mencoba berhadapan dengan orang-orang yang berpakaian jas hitam. Melihat sasarannya berhenti, orang-orang misterius itupun ikut menghentikan kendaraannya.

"Kalian mau apa?" Tanya Dara dengan tenang.

"Serahin diri lo" jawab salah satu dari pria berjas hitam tersebut.

"Lo mau gue? Lewati dulu mayat gue!"

Dara berjalan maju menantang segerombolan pria itu dengan sangat berani. Para pria berjas itupun berjalan menghampiri Dara. Hingga pada akhirnya mereka berkelahi.

Dara melawan pria itu satu persatu dan menghindari setiap serangan. Hingga pada akhirnya, perkelahian itu dimenangkan oleh Dara. Para pria berjas itu dengan terbirit-birit berlarian pergi menjauh. Namun dengan cepat Dara menarik kerah jas salah satu pria agar tidak pergi. Dibelakang leher pria itu terdapat tato dengan tulisan "Black Suit". Inilah yang Dara cari, sekelompok pria misterius yang pernah menyerangnya waktu itu.

Dara mencengkram kuat-kuat pria itu dan menatap tajam kearahnya. "Jawab gue! Siapa bos kalian? Dan kenapa kalian semua ngincer gue?" Ujar Dara dengan nada pelan namun tajam.

Belum sempat menjawab, tiba-tiba pria itu mengeluarkan senjata api dan mengarahkannya tepat dikepala pria itu. Dara berusaha mencegah agar pria itu tidak membunuh dirinya, namun pria itu dengan cepat langsung menekan pelatuknya dan membuat dirinya tak sadarkan diri saat itu juga. Dara shock melihat kejadian dihadapannya dan segera pergi meninggalkan tempat itu.

***


Halo semuanya!
Jangan lupa untuk tinggalkan jejaknya yaa☺️

See you in the next part

Shintiacrlne🌻

She is DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang