31

13.5K 943 174
                                    

...
Tandai typo ya guys
Vote dan komen
Selamat Membaca
...
.
Oke karena kemarin pada bilang part sebelumnya sedikit, nah aku kasih 2179 kata.. Happy reading
.
.

...
"Ya, dulu aku berpikir papa lebih sayang Ona dari pada Azo" jawaban lirih dari Ramazo.

"Saat itu---" ucapan

"Zo" tegur Raja bingung. Ramazo yang mendengar teguran itu menoleh kearah bapaknya mereka saling menatap dengan tatapan yang hanya mereka dan tuhan yang tahu juga author hihihi.

"Saat itu adalah saat yang paling Azo benci, ketika Mama dan Adek terbaring lemah.. Azo kecil hanya punya Papa tapi Papa apa? Selalu abaiin Azo"

"Papa gak pernah tanya kabar Azo, gak pernah tanya Azo sakit atau enggak"

"Itu perasaan Azo kecil, tapi sekarang Azo tau alasan Papa dulu gak pernah lihat Azo karena Papa terpukul dengan keadaan Mama dan Adek yang hidupnya tergantung alat-alat medis"

"Setelah Adek sadar dari koma semua berubah.. Papa lebih banyak bekerja di rumah, lebih perhatian meskipun gengsinya Papa tetap sama" kekehan kecil terdengar di telinga semua orang.

"Dan lo--" ucapan Ramazo terpotong dengan plototan tajam dari sang ratu rumah yakni ibunda tercintah Ranggita Ferzuan ia lupa bahwa jika ada orang yang lebih tua darinya dan mau semarah apapun tidak boleh menggunakan bahasa gaul itu tidak sopan.

"Ehm.. Kita gak sedekat itu buat tau tentang kehidupan masing-masing.. Jadi Ria jangan pernah ikut campur urusan keluarga saya karena kamu bukan bagian dari keluarga ferzuan!" sarkas Ramazo.

"Kenapa Ram? Seharusnya kan kamu benci Raona" celetuk Ria.

"Tau apa kamu tentang saya! Tau apa!" marah Ramazo dengan suara kerasnya. Surya yang berada di samping kiri Ramazo mengelus punggungnya untuk menenangkan sang sahabat.

Raona yang sedari tadi duduk di samping kanan Ramazo mulai geram, ia pun berdiri semua pandang menatap ke arah Raona yang mulai melangkahkan kakinya ke arah Ria.

Setelah berdiri tepat di depan Ria, tanpa babibu Raona menarik tangan Ria tak lupa dengan tasnya, mereka berjalan menuju ke pintu utama. Setelah sampai di teras tanpa kata Raona menjambak rambut Ria, ia pun berbisik di dekat telinga Ria.

"Selama gue masih ada, lo dan ibu lo itu gak akan pernah gue biarin ngerusak keluarga gue.. Camkan itu Ria!" bisik Raona, lalu mendorongnya cukup kencang.

Bruk!

"Buntalan genit!" seru Raja mendekat ke arah mereka berdua, diikuti yang lain.

Raona yang bingung pun bertanya-tanya. Apa Papa lihat gue dorong Ria terus Papa marah ya? batin Raona was-was.

Raja pun mulai mendekati putrinya, lalu mengandeng tangan putrinya menuju ke taman depan teras lalu berdiri di depan keran air.

Raona yang sudah berpikir negatif pun bertanya kepada bapak tercintanya. "Papa nyuruh Ona minum air dari keran itu?" tanya Raona dengan menatap mata bapaknya intens.

"Buntalan genit mau?" tanya Raja

"Kalau mau bisa dicoba.. Rasanya kayak ada lumutnya sedikit" lanjut Raja membuat orang yang mendengarnya cengong. Apa katanya lumut?

"Papa pernah minun air keran?" tanya Raona penasaran.

"Pernah, dulu Papa penasaran rasa dari sumber air makanya Papa coba minum"

"Sumber air?" tanya Raona bingung, menurutnya sumber air itu kan dari pegunungan lalu di saring dengan alat-alat canggih jadilah air mineral, pikir Raona bingung.

Twins Antagonis PriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang