13

40.2K 2.8K 29
                                    

...
Tandai typo ya guys
Vote dan komen
Selamat Membaca
...
.
.

Raja yang sudah bersiap bekerja pun berpamitan dengan kedua anaknya yang berada di ruang keluarga. "Papa berangkat dulu" pamit Raja menghampiri kedua buntutnya lalu mengulurkan tangannya, Ramazo yang paham pun salim mengecup tangan bapaknya ini.

Dan Raja mendekat ke Raona yang sedang asik makan biskuit di toples sampai belepotan kemana-mana, lihatlah pipinya sudah penuh dengan remahan biskuit, ia mengulurkan tangannya Raona yang paham pun mengecup tangan Raja tanpa mengelap tangan ataupun bibirnya.
"Aish! Tangan Papa jadi kotor" Raona hanya menaikan bahunya ia tak peduli.

"Buntalan genit masih marah?" dan tak mendapatkan jawaban apapun Raona hanya sibuk dengan biskuitnya. "Mau ikut Papa ke kantor?" tanya Raja namun diacuhkan oleh Raona.

"Udah Papa berangkat aja" kata Ramazo dan diangguki Raja. Raja pun mencuci tangannya lalu berangkat mencari segepok uang.

...
"Adek~" panggil Ramazo bernada.

"Apa!" sewot Raona.

"Adek masih marah sama Abang?" tanya Ramazo.

"Heum"

"Maafin Abang dek, kemarin Abang lupa sama kamu"

"Telcelah! Ona gak dengel! Ona lagi makan bickuit" kunyah Raona brutal sampai tercecer di sofa.

Ramazo yang melihat itupun khawatir nanti kalau adiknya ke- "Uhuk.. Uhuk" nah kan baru juga Ramazo mau bilang keselek. "Minum dulu" memberikan susu dalam botol dot.

"Pelan-pelan dek" nasihat Ramazo.

Raona pun bersiap akan tidur di sofa tanpa membersihkan wajahnya yang belepotan remahan biskuit, Ramazo yang melihat adiknya akan tidur tanpa mencuci wajah dan tangan pun menghentikannya. "Adek bersihin dulu nanti digigit semut" Omel Ramazo.

"Ona magel! Ona mau tidul aja" Ona merebahkan dirinya di sofa dengan dot susu yang masih menempel di mulutnya.

"Adek" suara dingin Ramazo tak membuat Raona takut. "Adek nanti digigit semut" ucap Ramazo mencoba sabar.

"Ona temenan cama cemut! Kemalin Ona tidul di lantai aja cemut gak gigit Ona tuh" sindir Raona.

"Huft Ona dengerin Abang, sekarang cuci muka dan tangan dulu ya"

"Gak mau! Ona ngantuk" yang masih diposisi rebahan, dengan botol dot yang ditegakkan bisa tumpah nanti.

"Raona ke kamar mandi sekarang!" tegas Ramazo dengan nada dinginnya.

"Ich! Iya iya" Ona pun turun dari sofa yang tidak tinggi itu, tak lupa membawa dot yang berisi susu.

Raona menghampiri Abangnya yang duduk di single sofa. "Ona malah cama Abang" kata Raona dengan menggembungkan pipi serta mata melotot dengan mimik muka yang diseram-seramkan. Pasti Abang Azo takut hihihi batin Raona.

Ramazo yang melihat adiknya seperti itu menggigit bibirnya bukannya takut malah makin gemas saja, lihat pipi adiknya semakin bulat saja.

Ramazo yang tak kuat pun menggigit pelan pipi bulat adiknya. "Uh Abang cakit" mengusap pipinya dengan pelan mungkin pipinya sudah merah, berlubang atau AAA BOPENG jerit Raona dalam hati.

"Kaca! Kaca! Ona butuh kaca" panik Raona mondar-mandir. Kalau nanti ia tidak cantik dan imut lagi gimana? bisa kalah pesona sama ria kutu kupret pikir Raona panik.

Ramazo yang melihat Raona panik ingin tertawa pasalnya adiknya ini seperti anak itik yang kehilangan arah. "Ini dek" menyerahkan kamera handphone ke Raona. "Makacih" singkat Raona mengambil kamera lalu melihat ada pipinya.

"Abang pipi Ona melah telus ada lubang kecil tiga" tunjuk Raona pada pipi bekas gigitan sang Abang.

"Maaf ya? Masih sakit?" mengelus pelan pipi Raona serta meniupnya "Fiuh" tiupan angin kecil dari mulut Ramazo.

"Ona malah! Malah..Malah..Malah" ucap Raona cepat, seperti sedang ngerap.

...
Raona berjalan meninggalkan ruang tamu ia memilih menaiki tangga karena kalau naik lift tangannya tidak sampai memencet tombol lift. Saat akan menaiki tangga ia melihat kolam renang. Aha! Ona punya ide batin Raona.

"Uh cegalnya.. Nah dah belcih deh" Raona selesai membersihkan wajah dan tangannya dari remahan biskuit dengan air kolam renang, tenang air kolamnya bersih kok.

Selesai membersihkan wajah dan tangannya ia pun melihat sekeliling, ternyata di sana terdapat kursi panjang kolam renang atau sun lounger, Raona meraih botol dotnya dan menuju kursi itu.

"Nikmatnya jadi holang kaya" rebahan di sun lounger dengan minum dot serta menikmati sinar mentari pagi.

Ting.. Ting..
(Komunikasi lewat batin)

"Nona ada misi"

"Ih lo Cic! Ups" ucap Raona yang lupa jika ada cctv, nanti bapaknya curiga kalau dia ngomong sendiri.

"Gak tau apa gue lagi menikmati hidup ini" sewot Raona dlm hati.

"Nona tidak mau poin?" tanya Sistem.

"Ya maulah Sis" jawab Raona cepat.

"Tidak gratis Nona.. Nona harus menjalankan misi"

"Heum.. Tampilkan misinya Sis" sambil meminum susunya.

Ting.. Ting..

Misi :
Bermain dengan pelampung bebek di kolam renang serta menyeburkan diri di kolam renang

Hadiah :
20% Daya tarik dan 200.000 Poin

Hukuman :
Penarikan 200.000 Poin serta penarikan aset berupa mansion di jalan singaren

Waktu :
30 Menit

Terima / Tolak

"Sis gue kan gak bica renang"

"Apalagi dengan badan gue yang mungil ini" sambung Raona.

"Justru itu Nona.. Misi akan berjalan dengan lancar" kata Sistem.

"Gue gak paham"

"Jadi Nona.. Orang-orang tidak akan curiga jika Nona sengaja menceburkan diri, mereka menganggap jika Nona bermain dengan tidak hati-hati mengakibatkan tercebur di kolam renang" jelas Sistem.

"Terus kalau gak ada yang nolongin gimana?" tanya Raona

"Mati dong" lanjutnya.

"Nona tinggal teriak saja" kata Sistem.

"Di toko sistem ada gak keahlian berenang? Gue mau beli dong"

"Ada Nona.. Tapi maaf kali ini Nona tidak bisa membelinya" kata Sistem.

"Kok lo gitu Sis" ketusnya.

"Maaf Nona"

"Huft.. Baiklah gue terima"

"Selamat menjalankan misi Nona"

"Mana ban bebeknya?" tanya Raona.

"Di lemari pojok dekat jendela Nona"

"Heum" berjalan lesuh kearah lemari pojok.

Kritt (suara kaca lemari yang tergeser)

"Wah! Banyak banget mainannya" pekik Raona melompat-lompat kecil.

"Itu saat Nona dan Antagonis pria masih di dalam rahim, ibu Nona membeli semua mainan-mainan itu" jelas Sistem.

"Gak nanya" ketus Raona

"Nona marah?" tanya Sistem. Tak ada jawaban dari Raona.

...

Twins Antagonis PriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang