6 bulan lalu.
Di antara musik romantis yang terputar di restoran sky view menghadap pemandangan indah malam kota Jakarta, Dea tak patah semangat menyambut perasaan hangat jika sosok yang ditunggu nanti mulai menampakkan diri.
Namun sudah berlalu setengah jam, kehadirannya tak kunjung tiba dengan semua pesan dan telepon tak dibalas.
Rasa-rasanya tidak mungkin Diles yang sudah memesan satu meja lengkap dengan lilin romantis menyala di hadapan, namun laki-laki itu hanya bermaksud mengerjainya saja. Kan lucu karena Dea sudah mengenakan pakaian terbaiknya tapi Diles malah lupa.
Atau malah sosoknya ketiduran? Kan laki-laki itu memang pelor, bisa tidur dimana saja bahkan di tengah konser band favoritnya.
Waktu terasa amat lama kala Dea terus saja melirik pada arloji di pergelangan tangan kiri, hingga memutuskan untuk menikmati penampilan dari home band yang memutar musik begitu sopan masuk dalam telinga.
Dea tak sabar untuk mengerjai Diles dengan menceritakan ada satu pemain biola disana yang bermain jauh lebih baik darinya.
"Permisi kak, apa... pemesan meja atas nama Ardiles Septuaginta masih belum datang juga?" hampiri seorang pelayan.
Dea memutar otak untuk berbohong, "Oh iya, kayanya masih ada di jalan, kejebak macet. Ditunggu sebentar ya."
"Oh iya tidak apa-apa. Ada yang bisa dibantu lagi, kak?"
"Iyah, boleh minta air putihnya lagi, mbak? Nanti kalo pacar saya udah dateng, saya langsung pesan main course-nya."
"Baik kak, silakan ditunggu sebentar ya."
Mungkin dari sekian pengunjung yang datang malam ini, hanya Dea yang masih menyisakan satu kursi kosong di hadapan.
"Sayang-sayang, aku minta maaf telat," tiba Diles tanpa suara menyentuh punggung tangannya lembut.
Senyum bahagia Dea yang tadinya sempat memudar, kini kembali mengembang.
"Eh Diles, gapapa kok. Aku baru aja tiba. Kok ngos-ngosan gitu? Kamu lari-larian naik tangga?"
"Iyah, takut kalo kamu udah nunggu lama."
Dea tertegun pada penampilan pacar di hadapannya yang begitu tampan mengenakan kaos putih dibalut blazer hitam dan celana senada. Apalagi rambutnya yang on point yang aduhaiiii selalu membuat hati Dea berdentum dangdut.
"Gapapa kok, makasih loh ya udah rencanain ini semua. Aku kaget loh waktu kamu tiba-tiba ngajak pas aku baru pulang dari kantor tadi."
"Iya, sama-sama. Makasih juga udah jadi perempuan paling cantik banget satu Jakarta."
"Gomballl males ih haha."
"Permisi ya kak, ini pesanan air putihnya—"
"Oh iya mbak, kita sekalian mau order. Suami saya udah dateng," iseng Dea pada satu panggilan yang selalu berhasil membuat Diles salah tingkah, namun malam ini terlihat berbeda dengan tertegun memikirkan sesuatu.
"Baik, kak. Mau pesan apa?"
"Kamu mau pesan apa, bebs? Aku pengen Special beef of the day aja deh, ada iga-nya kan, mbak?"
"Saya Beef Tartare French Toast aja," angguk Diles yakin.
"Baik, ditunggu sebentar ya, kak."
"Makasih ya, mbak," turut pandang Dea pada sang pelayan, "Aku baru pertama kali kesini loh, Diles. Aku kelihatan norak gak?"
"Iya, kelihatan haha."
"Masa sih? Gak usah bohong deh haha. Abis tampil event ya hari ini? Di daerah mana?"

KAMU SEDANG MEMBACA
CEO vs DOSEN
RomantikDea Julyzia Destiana mulai kehabisan akal dan cara untuk menyelamatkan karirnya sebagai RCEO bank ternama karena tertangkap skandal di kelab malam. Pun hal sial lain menimpa dengan Dea yang tidak tahu jika ia dibawa kedua orang tuanya untuk mengunju...